Ambon Terbakar Lagi
Suasana bentrokan antardua kelompok massa yang terjadi di Kota Ambon sejak Minggu (11/9/2011) siang hingga petang. Bentrokan ini dikabarkan telah menewaskan tiga korban jiwa. (foto: kps)
Bentrok antara warga Muslim dan Kristen meletus lagi di kota Ambon. Menurut berita berawal terbunuhnya dua orang tukang ojek muslim di Gunung Nona. Kematian dua orang tukang ojek muslim itu, kemudian meledak menjadi konflik antara warga Muslim dan Kristen di kota Ambon Manise.
Peristiwa ini seperti mengulangi episode yang pernah terjadi di tahun 1999. Di mana peristiwa saat itu tepat pada hari Idul Fitri. Kaum Muslimin yang sedang bersuka-cita merayakan Idul Fitri, tiba-tiba diserang oleh orang-orang Kristen. Mereka menyerang kampung-kampung Muslim, dan menghancurkan masjid-masjid. Termasuk ada masjid-masjid yang ditulisi dengan kata-kata kotor, menghina Nabi Shallahu alaihi wassalam, dan dinding masjid digambari babi.
Peristiwa Idul Fitri di tahun 1999, berlangsung dalam jangka waktu yang lama, dan meluas di berbagai wilayah Maluku, termasuk di Maluku Utara. Orang-orang Kristen di Maluku Utara melakukan penghancuran terhadap kampung-kampung Muslim, dan membunuhi warganya. Mereka sangat agresif. Menggunakan senjata, menghancurkan orang-orang Muslim di wilayah itu. Salah satu daerah yang dihancurkan di Maluku Utara adalah kota Tobelo, yang banyak meninggalkan korban dari kalangan Muslim.
Orang-orang Kristen ingin melakukan “cleansing” terhadap komunitas Muslim di Ambon. Mereka mengklaim Ambon identik dengan Kristen. Karena itu, ketika kamunitas Muslim menjadi sebuah entitas (kekuatan) yang eksis, maka langkah yang mereka lakukan ingin menjadikan Muslim di Ambon dan Maluku menjadi “zero” (nol). Dengan kekuatan senjata yang mereka miliki.
RMS/foto: matanews.com
Sejatinya orang-orang Kristen itu menjadi “proxi” (tangan) penjajah, dan kemudian menjelma menjadi Gerakan RMS (Republik Maluku Selatan), dan tak pernah secara de facto dan de jure mengakui eksistensi Negara Republik Indonesia. Mereka sebuah entitas politik, yang masih tetap berpegang memori yang sifatnya emosional, yaitu sebuah “enclave” (kantong) Kristen, yang lahir sejak datangnya penjajah Eropa di wilayah itu. Maka, entitas RMS itu sifatnya permanen dan laten, dan mereka tetap ingin menegakkan RMS dengan segala cara.
Tokoh RMS yang sangat terkenal Alex Manuputty, sekarang tinggal New York, di Amerika, dan terus melakukan gerakan politik, dan ingin mendapatkan pengakuan atas eksistensi RMS di Maluku oleh PBB. Tentu, langkah-langkah ini, diperjuangkannya secara sistematis, terencana, dan segala bentuk konspirasi serta manipulasi untuk mencapai tujuan yang hendak ditegakkan.
Di manapun entitas Kristen yang berada di negeri-negeri Muslim, selalu menggunakan skenario konflik agama, dan kemudian mengharapkan campur tangan internasional, dan tujuan terakhir mereka memisahkan diri. Mereka membuat manipulasi informasi, sebagai fihak yang dizalimi sebagai minoritas.
Seperti peristiwa yang terjadi di tahun 1999, ketika terjadi titik balik, akibat perlawanan yang dilakukan oleh komunitas Muslim terhadap komunitas Kristen yang melakukan serangan, maka mereka membuat opini dan laporan, sebagai fihak yang dizalimi oleh kelompok mayoritas Muslim. Mereka membuat laporan kepada Komisi Hak Asasi Manusia di Parlemen Eropa dan PBB. Sehingga, terjadi pembalikan opini terhadap peristiwa yang terjadi di Ambon. Kemudian orang-orang Muslim, yang mempertahakan hidup mereka menjadi tertuduh, dan sebagai kelompok teroris.
Peristiwa Ambon tahun 1999, di masa pemerintahan Presiden BJ. Habibie itu, nyaris akan mengundang intervensi fihak militer Amerika Serikat, yang kala itu sudah menempatkan pasukan angkatan lautnya di perairan Ambon.
Maka situasi selanjutnya, fihak yang disalahkan adalah komunitas Muslim, dan bahkan fihak aparat keamanan di Ambon melakukan langkah-langkah deteren (penghancuran) terhadap kekuatan-kekuatan Muslim, yang ingin menjaga keberadaan komunitas Muslim, di wilayah itu. Entitas Muslim menjadi tertuduh sebagai kelompok ekstrim. Bersamaan dengan itu, ada perintah penarikan pasukan “Laskar Jihad” yang dipimpin Ja’far Umar Thalib dari Ambon, dan kemudian dibubarkannya laskar itu, yang semula terlibat dalam menjaga dan melindungi entitas Muslim Ambon.
Hal ini terjadi pula di Poso. Di mana entitas Muslim di Poso dihancurkan dan dan dibantai. Perempuan dan anak-anak, serta orang tua dibantai. Ratusan orang dibunuh dengan keji oleh milisi “Kelawar” yang dipimpin oleh Tibo, tapi kemudian yang menjadi tersangka dan tertuduh adalah kelompok Muslim, sebagai teroris. Bahkan, bagaimana di Poso digambarkan oleh pihak aparat keamanan dan intelijen, sebagai tempat latihan teroris, dan mengundang perhatian yang sangat luar biasa dari dunia internasioal terhadap Poso.
Meledaknya peristiwa di Ambon ini bersamaan dengan peringatan satu dekade (10 tahun) peristiwa 11 September, di mana di Amerika Serikat sedang berlangsung peringatan atas peristiwa runtuhnya Gedung WTC. Adakah ini memiliki korelasi dengan peristiwa yang sedang sekarang diperingati di Amerika Serikat, yang ingin tetap melestarikan peritiwa itu, dan menjadikan kaum Muslim sebagai biang kekerasan dan terorisme?
Padahal, mantan Perdana Menteri Malaysia Dr.Mahathir Mohammad, menyatakan dengan sangat tegas, bahwa peristiwa 11 September 2001, sebagai produk kebohongan yang dibuat oleh Presiden George Walker Bush, yang bertujuan untuk menjajah dan menguasai negara-negara Islam, seperti Irak dan Afghanistan dengan jalan militer.
Unsur-unsur lokal selalu ada yang bersedia menjadi alat penjajah yang ingin menjadikan Indonesia bercerai-berai atau mengalami destintegrasi dengan jalan menciptakan konflik, dan kemudian fihak asing melakukan campur tangan, seperti yang terjadi di Timor-Timur atau Sudan Selatan, kemudian melalui referendum, mereka memisahkan diri dengan negara induknya. Apalagi, Indonesia negara kepulauan, yang sangat rentan terjadinya desintegrasi. Wallahlu a’lam.
ERAMUSLIM > EDITORIAL
http://www.eramuslim.com/editorial/ambon-terbakar-lagi.htm
Publikasi: Senin, 12/09/2011 09:31 WIB
***
Dominggus Akui Pembantaian Santri Pesantren Walisongo Ulah Pasukan Merah
Rabu, 02 Agustus 2000, @08:08 WIB
Palu — Ini dia ‘orang yang paling dicari’ setelah Tibo. Usai menyerahkan diri ke Polsek Beteleme, Senin (31/7) sore, dengan kawalan ketat Resimen I Brimob, Bogor, Selasa (1/8) siang, Dominggus tiba di Mapolda Sulteng, Palu. Melihat sosoknya dari dekat, gambaran seorang pembunuh segera membayang. Bagaimana tidak, kulitnya legam, bicaranya tegas namun singkat, tatapannya dingin. Dan, yang paling seram, pembawaannya cuek, bahkan sedikit terkesan angkuh. Dijumpai di ruang kerja Wakapolda Sulteng, sosok kekar dengan wajah sangar itu, bertutur tentang siapa ia sesungguhnya. Berikut kutipannya:
Bagaimana Anda bisa ditangkap?
Menurut saya, ini bukan penangkapan. Tapi, saya dating menyerahkan diri untuk cari jalan yang bagus. Jadi, apa yang bengkok, harus diluruskan kembali.
Soal pembunuhan sejumlah orang, apa saudara yang lakukan?
Itu bukan pembunuhan, itu korban peperangan Pak!
Terus siapa yang lakukan?
Oh, itu banyak. Itu massa.
Massa dari mana?
Ya, antara Kelompok Merah dan Putih. Istilahnya korban perang.
Apa yang mendorong Anda ikut kasus ini?
Oh, itu spontanitas.
Apakah ada orang yang diajak?
Tidak ada.
Anda dibayar?
Tidak ada. Sama sekali tidak. Ini spontanitas.
Siapa yang ajak Anda untuk berperang?
Tidak ada yang ajak.
Ada kerjasama dengan Tibo?
Tidak ada.
Selama ini tidak ada komunikasi dengan Tibo?
Sering komunikasi. Tapi, sekali-sekali di lapangan saja.
Sebelum menyerahkan diri, tinggal di mana?
Saya tinggal di sekitar Desa Jamur Jaya.
Apakah Anda pindah-pindah?
Tidak. Saya tinggal di satu tempat saja.
Nama lengkapnya?
Dominggus
Nama lain?
Cuma itu saja, Dominggus.
Berapa umurnya?
33 tahun.
Lahir di mana?
Timor. Di Maumere.
Pekerjaannya?
Mekanik.
Di mana?
PT. Inco International. Di Sulawesi Selatan.
Sejak kapan di Desa Jamur Jaya?
Sejak tahun 1991.
Sudah kawin?
Belum. Masih bujangan.
Berapa orang yang Anda bunuh atau yang berduel dengan Anda?
Oh, kalau jumlah orang saya tidak tahu.
Kalau yang berhadapan dengan Anda dan jatuh jadi korban, berapa?
Tidak ada.
Kalau mayat-mayat yang ada di Pesantren Wali Songo itu, Anda tahu?
Iya, saya tahu.
Yang membunuh mereka?
Ya, massa.
Kelompok Putih atau Merah?
Merah.
Apakah di atas Anda, ada pimpinan yang lain?
Tidak ada.
Kapan Anda menyerahkan diri?
Kemarin. (Senin, 31/7-red)
Jam berapa?
Lima sore.
Apa ini karena Anda mendengarkan anjuran Tibo untuk menyerahkan diri?
Iya. Itu juga karena jalan yang terbaik.
Sebelum kerusuhan, apakah Anda sering berhubungan dengan Tibo?
Tidak ada.
Ketemunya waktu kerusuhan.
Iya.
Tinggalnya sama dengan Tibo?
Iya. Satu desa. Tapi, tempat kerjanya lain-lain. Saya di Selatan
(Sulawesi-red), dia di Tengah. Saya di Soroako.
Di PT. Inco itu?
Iya.
Sebelumnya berdomisili di mana?
Di Soroako
Bukan di Beteleme?
Bukan. Cuma saya punya kebun di trans, di Desa Jamur Jaya.
Anda sekolah di mana?
Saya tidak ada sekolah.
Sejak kapan bekerja di PT. Inco?
Sejak tahun 1991.
Kalau di Sulawesi Selatan sejak kapan?
Sejak tahun 1985.
Ketemu Tibo kapan?
Sesudah dia kerja di Tamaco.
Kapan itu?
Lama sekali. Mungkin 10 tahun lalu.
Jika Anda dinyatakan bersalah, Anda siap dihukum?
Oh, itu tunggu dulu, Pak! Karena ini spontanitas.
Sejak kapan Anda terlibat di Poso?
Sejak hari Selasa (23/5), yang ada pembakaran gereja itu.
Konon Anda kebal senjata tajam?
Enggak. Manusia ndak kebal parang. Cuma kuasa Tuhan ada.
Anda memimpin satu kelompok?
Tidak. Ini spontanitas, tidak ada pemimpin.
Sejak kapan diangkat jadi panglima?
(Sayang, ketika Dominggus tengah berpikir untuk menjawab pertanyaan ini, Wakapolda menghentikan wawancara). *** (far)
http://www.berpolitik.com/article.pl?sid=100/08/02/088258
Date: Wed, 2 Aug 2000 10:01:34 +0700
From: “Fami Fachrudin”
http://imanhijrahdanjihad.blogspot.com/2011/06/dominggus-akui-pembantaian-santri.html
***
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh
TRAGEDI RAMADHAN BERDARAH DI TOBELO DAN GALELA (2/3)
C. KETERLIBATAN PARA PENDETA & TOKOH-TOKOH KRISTEN ASAL AMBON “Upaya Membangun Jaringan RMS “?
Tragedi dan kerusuhan yang dimulai oleh warga Nasrani Tobelo ini mempunyai cara kerja yang sangat rapi dan sistematis. Diduga keras memiliki jaringan konspilasi dengan tragedi Ambon yang dilancarkan oleh RMS (Republik Maluku Sarani (sebutan untuk kaum Nasrani)). Adapun tokoh-tokoh kunci dalam tragedi Tobelo, Galela dan Halmahera Utara dimotori oleh beberapa pendeta dari Ambon (RMS ?). Seperti :
· Pdt. J. Sosellssa (Pimpinan Jemaat Kupa-Kupa Tobelo Selatan).
· Pdt. F.T. Tutuhatunewa (Pendeta di gereja Elim Gura).
· Chris Maltimu (Purn. Polisi, sebagai pemicu awal).
· J. Huwae (Mantan Camat Tobelo).
· Ny. May Luhullma (Anggota DPRD Tk.II Maluku Utara Fraksi PDI-P, juga seorang provokator utama)
· Marthen Lokollo (Pengawal Pengadilan Negeri Tobelo)
· Pleter Matahelamoal, SH. (Pengurus Gereja Katolik Ternate, kini di Tobelo, suami Dra. Joice Mahura)
D. TOKOH-TOKOH KRISTEN TOBELO YANG TERLIBAT
Tokoh-tokoh Kristen berpengaruh Tobelo yang merancang tragedi ini, atau terlibat dalam tragedi kemanusiaan ini, adalah SBB:
Prof. DR. Ir. J. L. Nanere. Msc.(P endiri dan pemilik PLPP Tobelo, suatu lembaga yang bekerja sama dengan LSM luar negeri, tokoh ini juga mantan rektor Univ. Kristen Jakarta dan UNPATTI Ambon, informasi terakhir ini sering melakukan kontak dengan Belanda dan diduga terlibat dengan kerusuhan ini).
Ir. Hendrik (hein) Namotemo, MSP.(Kepala Bidang Perekonomian BAPPEDA Tk.II Maluku Utara-juga wakil ketua MPS GMIH).
Drs. Djidon Hangewa, MS.(Kepala Dinas LLAJ Maluku Utara dan wakil ketua MPR GMIH).
Zadrak Tongo-tongo (Ketua Pemangku Dewan Adat Hibualamo Tobelo, Pegawai Statistik Kecamatan Tobelo).
Yorem Tongo-Tongo (Guru SD Inpres Tobelo)
Beberapa warga Kristen guru SMU Negeri 1 Tobelo yang turut dalam penyerangan Pdt. S.T. Ray-Ray, S.Th (Pengurus MPS GMIH) Dra. Joice Mahura (Pegawai Dinas Pariwisata Kantor Bupati Maluku Utara) Hanoch Tonoro (Pegawai Kakanoam P & K Tobelo) Pdt. Ny. Melyane Mahura (Pimpinan Jemaat Gane Timur yang ke Tobelo) S. Hangewa (Guru SMU Negeri 1 Tobelo) D. Koloba (Kepala Sekolah SLTP II Tobelo) Pdt. Gultom (dari Batak yang menjadi pimpinan jemaat di Desa Gamhoku) Ketua Sinode GMIH (Gereja Masehi Injil di Halmahera) Pdt. SS. Duan (Sekretaris MPS GMIH dan penyusun strategi untuk membunuh orang-orang Islam juga melakukan proses Kristenisasi terhadap orang-orang Islam) Ketua Sekolah Tinggi Teologi (STT) GMIH Tobelo dan Civitas Academicanya di STT-GMIH ini merupakan pertahanan dan penyimpanan amunisi serta tempat menggodok strategi menghancurkan Ummat Islam Tobelo Yudihart Nolja (Pegawai Dinas Sosial Tobelo Selatan, Sekretaris Perhimpunan Keluarga Ambon-Tobelo) Theodorus Sosebeko (Dari Galela) yang melakukan komando kepada pasukan merah (Nasrani) di Galela lewat HT Silvanus Bunga SH. Pengatur strategi untuk mengkristenkan orang Islam Bernard Bitjara (atau Benny Doro) Panglima Perang dari warga Kristen Kao yang membantu kelompok Kristen menyerang Ummat Islam, orang ini salah satu dalang utama rencana penghancuran Ummat Islam L. Singa (anggota DPRD Tk.II Maluku Utara dari Fraksi Partai Golkar) Kapolsek Kao yang menginstruksikan orang Togollua untuk tidak menutup jalan agar pasukan bantuan dari Kao dengan mudah menuju ke Tobelo.
Danramil Tobelo (I made Parsin ? Kapt) turut mempermulus kelompok Nasrani saat membantu warga muslim (kurang lebih 50 orang) yang berlindung di kantor Danramil Tobelo. 7 orang (dari sekitar 50 orang warga Muslim yang berlindung) jadi korban (meninggal) saat pembantaian biadab itu.
W.M Tahamata (Kepala Kejaksaan Negeri Tobelo-orang Ambon Kristen) diduga keras sebagai dalang yang sekarang melarikan diri pada saat tragedi itu pecah. Tapi, sebelum pecah tragedi di Tobelo, warga Muslim telah mencium gelagat yang kuurang baik dari Kejaksaan ini bersama koleganya Danramil & Mantan Kapolsek Tobelo. John Tenno, SH, (mantan Kapolsek Tobelo ? orang Ambon). Kapt. D. Momole (Kapolsek Tobelo).
E. KETERLIBATAN WARGA KETURUNAN DALAM MEMBANTU UMAT KRISTEN TOBELO UNTUK MENYERANG KAUM MUSLIM
Sedangkan finansial dan perlengkapan lain saat pasukan merah (Kristen) Tobelo melakukan penyerangan kepada ummat Islam, didukung oleh beberapa warga keturunan (Cina) pengusaha seperti:
Haenart Kusuma & Peny Kusuma (sun) Pemilik KM Garuda I & IV yang mengankol bahan amunisi dari Pulau Babole (kecamatan Kao), Hato Tabako (kecamatan Wasile), Pulau Kumo (kecamatan Tobelo, berhadapan dengan kota Tobelo), Desa Daru dan Desa Doro (keduanya Desa di Kecamatan Kao) saat melakukan penyerangan terhadap umat Islam di Tobelo (Pulau dan Desa yang digaris bawahi adalah lokasi perakitan dan pembuatan senjata milik kelompok Kristen).
Haernat Potoboda atau biasa dipanggil Hae ?Sake? (Pemilik Golden Star Karoke dab Pub di Desa Wasia Tobelo) yang menyumbang bahan bakar.
Suami-istri Edy Tobin (Pemilik Toko Sinar Mas ? Akrab dengan Ny. May Luhulima) juga penyandang Dana.
Aldi Pesot, penyandang dana dan bahan bakar minyak untuk warga Kristen Tobelo.
Beny loasari, penyandang dana dan bahan bakar untuk warga Krisren Tobelo. Donny wegiar,, penyandang dana serta bahan bakar untuk warga Kristen Tobelo.
Robert Loasari (Beo) penyumbang sarana Transportasi (yaitu 7 buah Truk untuk mengangkut pasukan merah dari Desa Pitu guna menyerang umat Islam di Tobelo.
Bing-Hoa, (Benny Luisan) pemilik Toko Sumber Jaya dan Pantai Indah Hotel, penyandang dana dan bahan bakar untuk warga Kristen Tobelo.
Audy wonggow, (Pengusaha, menantu Toko Fajar) penyandang dana untuk warga Kristen Tobelo.
Hendrik Umi, (Bo Ho , Pemilik Toko Sinar Harapan) penyandang dana untuk warga Kristen Tobelo.
Rudy Umi (atau Bu Hun, Pemilik Toko Metro) penyandang dana untuk warga Kristen Tobelo.
Tek Sin (Pengusaha Kopra) Penyandang dana untuk warga Kristen Tobelo.
Sun Tjiarata (atau Sun) & Istrinya Ny. Stella S. Tjiabrata, SH (Toko Karunia-Tobelo) sebagai jaringan informasi untuk warga Kristen Tobelo dengan Manado dan daerah kantongh Krisren lainnya.
Yunkelisan Tjiabrata (atau Ayung-Pemilik Wartel Karunia) sebagai jaminan informasi & komunikasi untuk warga kristen Tobelo dengan tokoh-tokoh Kristen di luar Tobelo, terutama di Manado.
Robert Wijaya (atau Along ? Pemilik toko Wijaya) penyandang dana (memiliki hubungan istimewa dengan Marthen Lokollo)
At (Warga Keturunan dari Ruko) penyandang dana & membantu warga Kristen saat penyerangan warga muslim di luari.
Juga PT. Nusa Halmahera Minorais (NHM) yang mengangkut amunisi dengan Helikopter milik perusahaan asing tersebut.
F KETERLIBATAN APARAT POLRI & TNI-AD TRAGEDI ?GALELA
Dalam tragedi kemanusiaan tersebut, ada oknum-oknum dari aparat POLRI & TNI-AD yang turut terlibat dalam penembakan warga muslim (baik di Tobelo maupun di Galela), yaitu:
Yetta imral ? dari Gura ( Anggota Kompi C Yonif 723 Tobelo)
Mepa???? (Anggota Kompi C Yonif 732 Tobelo)
Selly Bitjoli (Anggota Koramil Tobelo)
Sahureka (Anggota Kompi C Yonif 732 Tobelo )
John Alex Pattiwael ( Anggota Polisi KP3 Tobelo
John Ruhulessing (Anggota Polsek Tobelo)
Jumbo Leaua (Komandon KPLP Tobelo )
Herdianto Leledana ( Anggota TNI, terlibat dalam penembakan terhadap warga Muslim di Ngidiho Kec. Galela )
Jefry Selong ( Anggota POLSEK Tobelo ) (Pada tanggal 5 Januari 2000 telah melakukan penembakan terhadap Saf Amal [ warga Muslim ], korban meninggal)
Sianturi Kepala LP Tobelo yang membantu Warga Kristen dengan menyerahkan 6 Pucuk Senjata Otomatis saat terjadi Kontak Pertikaian di desa Gorua, pada tanggal 26 Desember 1999.
Jance Bella (Anggota BRIMOB-Letnan Satu dari Ambon) Terlibat dalam kerusuhan di Gorua menggunakan Pistol dan Senjata jenis “Stend”.
Benny Bella (Anggota Polisi dari Ambon) yang menyerang warga Islam di Mamuya di Galela.
Rudy Bella dan Okto Bella (Anggota Polisi dari Ambon) yang terlibat dan memperkuat pihak warga Kristen Tobelo dalam tragedi kerusuhan di Tobelo.
Sumber : Team Investigasi Posko Keadilan Peduli Ummat
Web site http://www.malu.ku.org
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh
http://www.mail-archive.com/diskusi-sara@mbe.ece.wisc.edu/msg01396.html
(nahimunkar.com)
Smua ummat Islam WAJIB upaya Amar Ma’ruf Nahi Mungkar!!!!!!!!!!
Siapa yan siap, insyaALLAH??????????