Antara Sesatnya Metafisika Profesor Kadirun Yahya dan Jahilnya Profesor Azyumardi Azra tentang Syiah
.
- Adalah sebuah landasan amoral kalangan intelektual muslim yang berobsesi sebagai nabi nabi Pluralisme, sambil menuangkan wacana pluralis kaum oreintalis yang menohok Islam menurut retorika ilmiah, kendati standarnya di buat buat.
- Lontaran Azyumardi Azra pada artikelnya tentang Syiah, standarnya juga masih ulasan ulasan paranormal yang berisi mistis, mereka-reka berdasarkan jangkauan yang lemah menatap “syiah” . Hal itu terkesan pada tulisannya yang menyamakan banyaknya persamaan yang sebenarnya tidak sama, dan sebuah kesamaan yang dipaksakan, dengan teori penyeragaman pluralisme dalam menempatkan kata “kebenaran”.
Memahami Predikat Profesor
Bicara sisipan “Profesor” pada kalangan ahli, belum tentu ahli dalam bidang bidang tertentu. Terkadang “professor” hanya sebuah kebesaran belaka yang tidak memiliki dukungan moral intelektual memadai. Terkadang pula Mereka baru sebatas bisa berbicara agama hanya dari cuplikan cuplikan majalah atau buku buku tertentu, tidak berdasarkan observasi menyeluruh menurut standar disiplin ilmuawan.
“Ironinya mereka tak pernah menyadari kealpaannya tentang banyak hal, karena tersandung pada ketenaran namanya dan disiplin ilmu di bidangnya. Sedangkan dalam konsep konsep tertentu bersikap serabutan menelaah ilmu.
Pernah seorang Profesor Ir. pertanian. Amin Aziz, yang komisaris Bank Mumalat, penulis buku “Power Of al Fatihah” , membuat bukunya Best Seller, terkenal di Gramedia, karena di kalangan pembacanya dikenal sebagai orang yang mampu menyingkap rahasia Alfatihah. Namun dari hasil sebuah penelitian mendalam, bukunya itu lebih bersifat aktualisasi ilmu ilmu pertanian belaka, hanya sedikit saja berbicara literatur alfatihan, sehingga tak mampu memberikan definisi ilmu alquran secara benar kepada para pembaca.
Lain Amin Aziz, ada model Kadirun Yahya yang hidup di jaman Bung Karno, konon katanya termasuk salah seorang guru Bung Karno dalam bidang eksakta dan metafisika, dan popularitasnya cukup menonjol dikalangan dukun dan Thoriqah, dikenal pula dengan pahamnya “Islam ayah”. karena buku bukunya yang melanggengkan antara kekuatan setan dan kekuatan Tuhan. Pak Profesor Kadirun Yahya ini menggali ilmu ilmu persenyawaan antara Tuhan dan Setan menurut dunia matematik metafisika, hingga di zamannya berdiri Universitas Metafisika, dan salah seorang tokoh Thoriqah Naqsanbandiyah. Pada satu pandangan gilanya disebutkan [ Setan X Dedemit X Gondoruwo x Malaikat = Tuhan].
Itu diantara model model Profesor yang reaktif pada hasil intimidasi pemikirannya sendiri, memaksa diri dalam hal hal yang diluar jangkauannya sehingga menghasilkan kesimpulan kesimpulan yang diluar nalar manusia normal.
Retorika Profesor Azyumardi Azra
Demikian halnya dengan Azyumardi Azra, ketika menyatakan Syiah bagian dari Islam, ikhtilaf layaknya para imam imam fiqih , Pandangan Prof .DR. Azyumardi Azra Mengenai Syiah : “antara Syiah dengan ahlu Sunnah, lebih banyak persamaannya ketimbang perbedaannya. Sedikit perbedaan hanya menyangkut hal yang tidak prinsipil. Misalnya, mengenai imamah (kepemimpinan) mau pun dalam hal fiqhiyah, perbedaan dalam hal furu’iyah (ranting), bukan pokok.”
Dapat dipastikan gaya artikel singkat tersebut memberikan jawaban kalau Profesor Azyumardi Azra tak ada bedanya dengan professor professor yang telah disebutkan sebelumnya, lontaran pendapatnya itu hanya sebuah kendaraan mengungkap suara dirinya dan dalam rangka meningkatkan rating popularitasnya , bukan dari sebuah hasil penelitian mendalam terhadap Syiah.
Dari ucapan tersebut nyata sekali terdapat pada tulisannya referensi yang minim dengan fakta fakta ilmiah tentang syiah sebagaimana banyak buku buku hasil penelitian para pakar yang melahirkan tulisan tulisan berskala ilmiah, dengan referensi up date dari kalangan Syiah sendiri.
Misalnya “buku Penyimpangan Syiah” oleh Majelis ulama lebih ilmiah dan faktual, menonjolkan pembedahan kitab kitab syiah yang menjadi rujukan mayoritas Syiah. Buku buku itu digunakan MUI, untuk meyakinkan umat dan responden bahwa Syiah memang sebuah keyakinan tersendiri dalam i’tiqadnya, bukan bagian dari Islam.
Landasan landasan yang bersifat prematur diajukan sebagai pijakan artikel Azyumardi Azra adalah sangat bernuansa pembelaan terhadap Syiah, condong menempatkan Syiah dekat dengan Islam [Taqrib]. Padahal stigmasi ulama ulama masa lalu yang berkutat di bidang ushuluddin , yang lebih dekat dengan peradaban Islam, dan lebih dekat ventalasi zaman keemasan, justru beranggapan tak ada di kalangan rofidhoh [Syiah] itu yang disebut Islam.
Bisa disebut sangat tergesa gesa Azyumardi Azra membuat kesimpulan adanya kesamaan aqidah dan ubudiyah Sunni dan Syiah. Padahal dalam rentang waktu yang tidak terlalu jauh dari munculnya syiah itu sendiri, sejarah menuturkan dengan pasti, bahwa Syiah sejak berdirinya diawali dengan “ghuluw” atau mitos dan kultus pada sifat sifat uluhiyah yang disangkakan ada pada diri Ali.
Kalau disebut ” umumnya syiah tidak yakin hal itu”, tentu bisa disangkal dengan kata, “pada umumnya Syiah hidup dalam keyakinan seperti itu”. Melindas dan ,menebas kitab kitab yang isinya adalah komuditas ketuhanan Syiah, seolah adanya sama dengan tidak adanya, justru Azyumardi Azra berada pada kegamangan diri, tidak mau berdiri sebagai subyek yang tidak pluralis, dan tidak bisa menerima kenyataan kalau syiah sebenarnya tersesat. Terlebih bila diasaskan pada pluralism, nilai “B” bisa menjadi “A” , dan yang “baik” bisa menjadi “jelek” dan juga sebaliknya. Sesuai dengan disiplin mistis pluralis yang meletakkan mizan keadilan berpikir secara paradox, artinya “Islam yang benar bisa menjadi salah dan sebaliknya ”. Adalah sebuah landasan amoral kalangan intelektual muslim yang berobsesi sebagai nabi nabi Pluralisme, sambil menuangkan wacana pluralis kaum oreintalis yang menohok Islam menurut retorika ilmiah, kendati standarnya di buat buat.
Sedangkan lontaran Azyumardi Azra pada artikel tersebut, standarnya juga masih ulasan ulasan paranormal yang berisi mistis, mereka reka berdasarkan jangkauan yang lemah menatap “syiah” . Hal itu terkesan pada tulisannya yang menyamakan banyaknya persamaan yang sebenarnya tidak sama, dan sebuah kesamaan yang dipaksakan, dengan teori penyeragaman pluralisme dalam menempatkan kata “kebenaran”.
Published on Thursday, 06 March 2014 11:50
Written by Zulkarnain El Madury
(nahimunkar.com)
zulkarnain el madury salah saru wahabi BIADAB!!!
SDR ZULKARNAIN SAMA DENGAN SYETAN
tidak salah lagi,pemikiran zulkarnain ini,adalah pemikiran kaum wahabi yang suka memecah belah umat islam yang rahmatan lilalamin
Betul.
Penulis tidak takut pertanggungjawaban di akhirat, dikarenakan ia tidak tabayyun (klarifikasi) ke surau yayasan Prof dr H Sayyidi Syekh Kadirun Yahya Al Khalidi An Naqsabandy Qs.
Salah satu tulisan anda “Pak Profesor Kadirun Yahya ini menggali ilmu ilmu persenyawaan antara Tuhan dan Setan menurut dunia matematik metafisika, hingga di zamannya berdiri Universitas Metafisika, dan salah seorang tokoh Thoriqah Naqsanbandiyah. Pada satu pandangan gilanya disebutkan [ Setan X Dedemit X Gondoruwo x Malaikat = Tuhan]” ini menunjukkan KETIDAKTAHUAN anda yang sesungguhnya. Juga mencerminkan betapa KERDILnya wawasan anda tentang THARIQAT / TASAWUF / SUFI.
Jika tidak mempunyai wawasan keilmuan yang cukup tentang sesuatu hal, jangan pernah coba-coba membahasnya, apalagi menyesatkan. Sepertinya anda sendiri yang SESAT pemikirannya, perlu banyak belajar lagi sebelum membahas & menulis sesuatu hal.
Hei penulis, ini pasti kaum tahdzir. Jangan asal bilang prof dr kadirun yahya sesat. Kamu baca dulu tulisannya baca sampai habis baru simpulkan, beliau banyak jasanya untuk negara jangan sampai di akhirat gara gara tulisan ini anda diminta pertanggung jawaban
Waw… Iblis yg nyata.
Hapus tulisanmu ini
tah apa-apa kau buat
klo blm bisa membuktikan jangan sembarangan ngomong !!!
Semoga saudara kita Zulkarnaen El Madury ini diberi HidayahNYA… sehingga bisa mengenal dirinya sendiri…
lucu sekali prof kadirin di sesatkan
prof kadirun di sesatkan.
lucu sekali
Ini bikin artikel adalah orang yang otaknya penuh dengan fikiran cabul, makanya gak setuju tentang pendapat prof. Dr Kadirun Yahya,…..
Eh…jaga bacot Lo… sebelum ada yg tempeleng bacot Lo
Ciri orang ‘wahabi’ emang begitu gampang menyesatkan orang..
Waktu ulama Ahlu Sunnah berkumpul di chezna blm lama ini ulama Syi’ah termasuk yg diundang pada acara tsb. Cuma ulama Wahabi yg tidak diundang! Kenapa bisa begitu?… ?
Bertanya masalah mesin mobil datang lah ke ahli mesin.. bertanya masalah pertanian datanglah ke ahli pertanian.. berbicara masalah tariqah, bertanyalah kepada ahli tariqah… Jangan ujung dan pangkal tidak mengerti, tau dari buku, sudah berkomentar yang berpotensi mengundang perpecahan.. Islam tidak diturunkan kecuali untuk memperbaiki akhlak, bukan untuk mencari sorga dan menghindari neraka.. Pertanyaanya adalah apakah yang saudara lakukan sudah sesuai dengan akhlakul kharimah? silakan kaji sendiri. Jika mau berbicara soal menanam padi, pelajari dulu, tanya kepada ahlinya, praktekkan dulu bagaimana menanam padi, maka pembicaraan anda masalah padi Insya Allah berkah. Sesuai fakta. Jika ingin bicara masalah tariqah, pelajari dulu, tanya kepada ahli tariqah.. (jangan ahli fiqih, jangan ahli mantiq, gak nyambung itu) tanya kepada ahli dan pengamal tariqah yang benar. Kalau perlu buktikan… Maka saat anda bericara masalah tariqah, Insya Allah berkah.. Kalau tariqahnya salah, anda nahi munkar.. kalau anda yang salah, akan menambah kemunkaran..
Silakan berfikir dengan benar.. Tanya kepada ahlinya…
Sotoy bgt ini yg nulis artikel..
Menulis tanpa ada dasar yg sah. (Menurut kebenarannya sendiri)
Yg nulis itu sekarat
Bcara tanpa dasar..asal nyaplok. Lambe turah.. Yo ngonokui..
maaf ketinggalan nyimak …
sudah biarkanlah itu bocah berbicara ….
.. namanya bocah, harus belajar dulu
ingat tidak gampang mempunyai gelar prof.. jika memang engkau bisa ( BUKTIKAN )
yang nulis artikel ini salah satu kaum WAHABI….hati-hati saudara Zulkarnaen dalam beropini kalau kedalaman ilmu tidak memadai…piece.
Mohon maaf, hal seperti tulisan inilah yang sangat rawan menyebabkan perpecahan di internal umat Islam sendiri. Sebuah penilaian bahkan pemvonisan tanpa data yg valid, tanpa literatur yg jelas, dan hanya menyimpulkan sepihak.
Saya tidak tau banyak tentang Prof Azyumardi Azra, tapi insyaAllah saya cukup banyak mengetahui informasi tentang Prof DR H Kadirun Yahya, karena saya berguru pada beliau dan mempelajari pemikiran-pemikiran Beliau melalui membaca puluhan buku dan karya ilmiah Prof DR Kadirun Yahya.
Saya tidak mau berdebat, namun saya ingin mengkritisi metode sdr. Zulkarnain El-Madury dalam membuat tulisan ini:
1. Sdr. Zulkarnain El-Madury sepertinya belum membaca satupun buku karya Prof. DR Kadirun Yahya, namun Sdr. Zulkarnain menyimpulkan sendiri, dengan mulai awal nampaknya Sdr. Zulkarnain sudah memiliki motif untuk menyudutkan Prof DR Kadirun Yahya. Perlu Sdr. Zulkarnain ketahui, bahwa Prof. Kadirun Yahya telah menulis puluhan judul buku dan makalah ilmiah. Paling tidak Saudara bisa mengkritisi pemikiran Prof DR Kadirun Yahya yang berdasar pada salah satu buku atau karya ilmiah Prof DR Kadirun Yahya, sebagai bahan kajian. Bukan melakukan kajian yang dasarnya adalah “kata orang lain”, sementara Saudara belum membaca sendiri tentang apa yg Saudara kritisi.
2. Kesimpulan yang dibuat Sdr. Zulkarnain tanpa analisa yang representatif, bahkan tanpa membaca buku karya Prof DR Kadirun Yahya sebagai referensi ini, bisa dikatakan sebuah tulisan kesimpulan tanpa dasar, sayangnya tulisan ini dipublish begitu saja di media publik, hal ini akan menggiring opini pembaca, namun sayangnya tanpa dasar referensi, metodologi, dan analisa yang benar. Belum terpisahkan mana yang hipotesa, mana yang analisa, mana yang kesimpulan. Hal ini sangat riskan bisa memecah-belah umat.
Demikian sedikit komentar saya dalam mengkritisi metode penulisan artikel ini. Semoga kita semua bisa ikut menjaga ukhuwah islamiyah. Boleh kita berbeda pendapat, dan memiliki hipotesa, namun tentunya semua harus memiliki dasar berpikir dan metodologi analisa yang benar.
Terima kasih dan mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang tepat atau menyinggung perasaan
Setuju…
Jangan hanya bisa berkata Kenal tapi pada dasarnya dia ngaku2..
Itu Zulkarnain cuma bisa omong besar, tanpa tahu apa itu Tarekat..
Karna tanpa Tarekat, dunia pasti hancur. Buktikan dulu, coba dulu, baru berkata.. Mantap.
maaf pak, permasalahannya memang seorang Zulkarnain El Madury ini tidak jelas… suka mengopinikan suatu keburukan tanpa fakta yg valid & jelas… coba aja cek facebook, akun kompasiana-nya… emg isinya gitu semua… jadi wajar aja emg rada gila
kok aku g pernah nemu buku nya syekh kadirun.
mungkin adanya cma di surau beliau.
metafisikanya bagus dan mempertegas wajib thoriqoh melalui frekuensi.
jgn urusi orang gila ini#elmadury
Zulkarnain El Madury…..ha ha ha …tidak mengenal allah swt dan rasulnya ….dan tidak mengenal ilmu metafisik……kalau seandainya Zulkarnain El Madury mengenal metafisik pasti pernah berdialog dengan almarhum prof dr ss moh Kadirun yahya lewat metafisik sehingga tidak menulis yang tulisannya tidakmemiliki RUH didalm tulisannya
Zulkarnain El Madury…
Sebelum menyimpulkan coba saudara buktikan dulu.. itu ajaran Prof. Dr. Khadirun Yahya M.A tidak ada 1 pun yg sesat, semua berdasar Qur’an dan hadist.. kalo ada artikel yg (Zulkarnain El Madury) buat berdasarkan opini nya sendiri, maka bisa dipastikan bahwa dia lah yg tdk mampu memahami apa itu Tarekat..?! Baca dulu yg benar semua buku2 yg ditulis oleh Prof. Dr. Khadirun Yahya, coba buktikan dulu ajaran Beliau baru saudara Zulkarnain boleh tarik kesimpulan. Apa guna Rohani kalo gk Mengenal Allah..? Sementara ilmu fiqih hanya bersifat jasmani yg akan masuk liang kubur, tampak bagus semasa hidup tapi faktanya nol besar.. saudara zulkarnain, harap mengingat baik2.. bahwa di zaman jahiliyah, tdk ada yg namanya MUI bahkan NU atau Muhammadiyah.. semua itu hanya ada di Indonesia yg bersifat Ormas.
Harap artikel saudara Zulkarnain itu ditarik kembali agar tdk menyakiti perasaan org lain, krna Islam bukan untuk didebatkan, melainkan urusan Individu dgn Tuhannya. Jgn asal bicara, yg tanpa dasar kebenaran.. islam itu sangat sensitif, jgn merasa benar, tp buktikanlah Kebenaran itu.