Dua Prof. UIN Ajak Selamatkan Ma’ruf Amin dengan Tidak Usah Memilihnya
Ma’ruf Amin. Foto ermslm
Prof. Ahmad Zahro: “Organisasi kami (NU) dimakan Parpol, kemudian diarahkan ke tempat sampah. Di sana menurut saya ada tempat sampah, ada yang bangga menjadi anak …, masa’ bukan sampah?”
Prof. Moeflich Hasbullah Hart, Guru Besar Sejarah Peradaban Islam, UIN Sunan Gunung Djati Bandung menilai, Ma’ruf Amin sejak nyawapres sudah mulai luntur ciri-ciri keulamaannya. “Sejak jadi cawapres, beliau menurunkan marwah keulamaannya,” ujarnya.
Menurutnya, Kiai Maruf mulai mengatakan banyak yang dipaksakan dalam dirinya seperti akan mempromosikan dan mengembangkan Islam Nusantara. “Itu bukan ucapan ulama,” tegas Prof. Moeflich.
“… Saya yakin dengan menjadi wapres tak akan membuat beliau lebih baik kecuali karir dunia saja,” tuturnya.
Bagaimana menyelamatkan Kiai Ma’ruf? “Dengan tidak memilihnya berarti menyelamatkan dan mencintainya,” tegas Prof. Moeflich.
Silakan baca selengkapnya berikut ini.
***
Untuk menyelamatkan Kiai Ma’ruf Amin, menurut Prof. Ahmad Zahro dan Prof. Moeflich Hasbullah Hart, adalah dengan tidak memilihnya saat Pilpres 2019 nanti.
Prof. Ahmad Zahro dan Prof. Moeflih Hart. (Foto: Google.com).
Prof. DR. H. Ahmad Zahro, MA, Guru Besar Bidang Ilmu Fiqih Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, dan Prof. DR. Moeflich Hasbullah Hart, Guru Besar Sejarah Peradaban Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung, ingin menyelamatkan KH Ma’ruf Amin.
Dalam Video “Main Cantik” Pilpres 2019 yang beredar itu ada pernyataan Prof. Zahro dalam sebuah pertemuan para ulama-kiai, Selasa (18/9/2018). Paparan Rektor Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Jombang itu juga beredar di sejumlah WA Group.
Ketua IPIM (Ikatan Persaudaraan Imam Masjid Seluruh Indonesia) itu menegaskan, dirinya akan bermain cantik dalam Pilpres 2019. “Saya mohon maaf, sekali lagi mohon maaf, saya merasa dikhianati oleh struktural (NU),” katanya.
“Mohon maaf, NU itu sejak 1984 sudah kembali ke khitthah 26. Lalu mengapa sampai seperti itu (ikut berebut Cawapres),” katanya disambut tepuk tangan hadirin. Sebagai Ketua Umum IPIM, Zahro menegaskan, ingin main cantik, tidak melukai siapa pun.
Hal itu dilakukan justru karena ingin menghormati kiai kita. “Jangan sampai kiai kita yang kita hormati, menjadi anak buahnya orang apa…,” jelasnya langsung disambut takbir Allahu Akbar, seperti dilansir Eramuslim.com, Senin (24/9/2018).
“Saya harus bijak, IPIM bebas memilih, asal jangan golput. Kalau bisa sama dengan pilihan saya. Dan, kemarin 100 persen bersama saya. Saya sedang keliling Indonesia. Yang jelas, saya tidak memilih kiai untuk jabatan yang duniawi seperti itu,” katanya disambut takbir.
Menurutnya, ia tidak akan membiarkan umat Islam keliru, salah dalam memilih pemimpin. “Organisasi kami (NU) dimakan Parpol, kemudian diarahkan ke tempat sampah. Di sana menurut saya ada tempat sampah, ada yang bangga menjadi anak …, masa’ bukan sampah?”
Prof. Moeflich Hasbullah Hart
Prof. Moeflich Hasbullah Hart, Guru Besar Sejarah Peradaban Islam, UIN Sunan Gunung Djati Bandung menilai, Ma’ruf Amin sejak nyawapres sudah mulai luntur ciri-ciri keulamaannya. “Sejak jadi cawapres, beliau menurunkan marwah keulamaannya,” ujarnya.
Menurutnya, dengan menjadi wakil dari seorang yang dari usia, pengalaman, wibawa, ilmu agama, kapasitas, dan lain-lain jauh di bawah Ma’ruf sendiri sebagai ulama sepuh, dihormati, berwibawa yang Ketua Ulama Indonesia (MUI) dan lain-lain.
“Bayangkan ketua para ulama berbagai ormas! Yang mengkoordinir dan mengomando para ulama se-Indonesia untuk membimbing pemerintah dan umat dan memberikan tuntunan dan pegangan kepada umat sebagaimana sebelumnya saat beliau masih Ketua MUI,” lanjutnya.
“Ini posisinya terbalik, harusnya Ma’ruf capres, Jokowi cawapres. Itu baru bermartabat,” ujar Prof Moeflih. Jadi politisi tentu saja derajat dan wibawanya lebih rendah dan menurun drastis dari seorang ulama apalagi dari ketua organisasi ulama dari sebuah bangsa yang besar.
Menurutnya, Kiai Maruf mulai mengatakan banyak yang dipaksakan dalam dirinya seperti akan mempromosikan dan mengembangkan Islam Nusantara. “Itu bukan ucapan ulama,” tegas Prof. Moeflich.
Ulama itu harusnya akan menjaga Islam dan ajaran Rasulullah SAW karena ulama adalah jelas-jelas gelar dan tugasnya sebagai waratsatul anbiya, pelanjut perjuangan para nabi. Islam Nusantara sebagai ciri khas wilayah kebudayaan, itu urusan dunia, tak perlu diperjuangkan.
“Itu khazanah kebudayaan saja. Yang harus didakwahkan oleh ulama itu Islam ajaran Nabi SAW, bukan Islam karakeristik wilayah, apalagi kalau karakteristik wilayah itu banyak yang tak sejalannya dengan ajaran Islam,” ungkap Prof. Moeflich.
Akan mempromosikan Islam Nusantara kepada dunia? “Ya gak akan diterima di wilayah bangsa lain, karena selain karakteristik wilayahnya berbeda, juga ramah, toleran dan damai itu sudah ada dalam ajaran Islam yang ada di berbagai wilayah dan negara,” lanjutnya.
Sedangkan tidak toleran dan tidak damai bukan masalah agama, yang merusaknya adalah situasi politik di wilayah masing-masing. “Kiai Ma’ruf juga memaksakan diri menegaskan anti khilafah demi meraih suara,” kata Prof. Moeflih.
Jangan-jangan itu untuk menjual sikap anti-Islam pada pemilih sekuler guna meraih simpati mereka. “Kan bahaya ulama begitu. Gak pantas ulama anti khilafah dan syariat Islam. Ulama gak pantas anti dakwah Islam untuk memajukan Islam atau menegakkan syariat-Nya,” tegas Prof. Moeflih.
Menurut Prof. Moeflih, kalaupun khilafah belum bisa diterima di Indonesia, jelaskan secara bijak kepada yang memperjuangkannya, tuntun dan tenangkan mereka, bukan memusuhi apalagi melawannya. “Hargai niat tulus dan semangat keagamaan mereka,” ujarnya.
“Allah SWT itu menghargai semangat dakwah, masa’ ulama malah mematahkannya. Ulama harusnya tidak begitu. Ulama itu lilin dalam kegelapan yang memberikan cahaya kepada berbagai kelompok umat,” tegas Prof. Moeflich.
“Anti khilafah itu biarkan Banser, Ansor, dan non Muslim saja sebagai penyeimbang wacana sehingga masyarakat bisa menilai mana yang lebih baik sikap dan ide-idenya,” lanjut Prof. Moeflich.
Prof. Moeflih menilai, Ma’ruf juga mulai menyerang-nyerang kelompok Prabowo Subianto yang didukung oleh Ijtima’ Ulama dengan mengatakan ulama pendukung Prabowo itu bukan ulama sebenarnya. “Ini kan aneh bin ironis, dan bisa jadi kejumawaan tanpa sadar. Ma’ruf mulai kotor oleh politik,” ungkapnya.
Sejak bersedia jadi cawapres, lanjut Prof. Moeflich, Kiai Ma’ruf jadi nampak ambisi jabatan. Ambisi jabatan bukan sifat dan karakter ulama apalagi ulama senior.
“Bandingkan saja dengan UAS (Ustadz Abdul Somad), ulama muda tapi sanggup menolak tawaran jabatan yang mentereng sebagai cawapres. Tak heran kalau UAS jadi ulama idola, dia istiqamah,” jelas Prof. Moeflich.
Sejak nyawapres alias terjun ke dunia politik praktis yang kotor, kalau kita ikuti ribuan dari komentar-komentar tentang Kiai Ma’ruf di internet dan medsos dari masyarakat yang tidak mendukung, “ya ampuuun … nama Ma’ruf jadi hancuuur.”
Banyak celaan, pelecehan, hujatan, dan hinaan yang tak pantas dilemparkan pada sosok ulama sepuh itu. Tentu saja sebagai rival politik, segala disorot. Sasaran pada usia dan fisik sudah pasti.
“Saya sedih sekali ulama kita diperlakukan begitu, tapi itu resiko yang harus diterima akibat beliau menceburkan diri. Kita gak bisa mengatur pikiran dan emosi orang. Psy-war di medsos dan perang dukungan memang dunia liar,” ujar Prof. Moeflih.
“Saya mencintai ulama. Sayangi Ma’ruf. Selamatkan dan jaga marwahnya sebelum jauh lebih rusak dalam persaingan politik. Saya yakin dengan menjadi wapres tak akan membuat beliau lebih baik kecuali karir dunia saja,” tuturnya.
“Beliau tidak akan berperan banyak. Lihatlah usia dan fisiknya. KH Zainuddin MZ saja juga pernah mengungkapkan dia tak kuat di politik padahal masih muda. Selamatkanlah ulama yang tadinya lurus pejuang Islam jadi kemungkinan bengkok,” tegas Prof. Moeflih.
Bagaimana menyelamatkan Kiai Ma’ruf? “Dengan tidak memilihnya berarti menyelamatkan dan mencintainya,” tegas Prof. Moeflich.
Sumber : pepnews.com
(nahimunkar.org)
Sebetulnya calon capres ama cawapres ada berapa sih??
Kalau cuma dua, miris, demokrasi mulai tergerus permainan baru, entah dari mana itu idenya?
Lagi2 rakyat dipaksa untuk memilih sesuatu yg blm tentu disukainya.
Setidaknya pilihan itu lebih dari itu, kalau cuma dua itu bukan pilihan tapi identik dg jebakan.
Ingat soekarno diangkat oleh rakyat untuk rakyat dan bahkan diangkat mnjadi presiden seumur hidup bukan diangkat serta merta oleh kepentingan partai politik atau golongan. Kalau soekarno masih hidup mungkin dia akan menyalakan rokok, rokoknya dibuang koreknya dihisap.
Malu terhadap rakyat dan pejuang demokrasi indonesia
Kalau kyai ttp di barisan ulama, kyai akan leluasa utk memberi nasehat kpd umaro, tp klo kyai duduk sbg umaro, kyai akan segan utk memberi nasehat yg jitu kpd umaro.
Mris bila perhatikan kiai Amin Ma’ruf nyalon capres….. Bukan hanya faktor usia dan kesehatan, Tetapi juga kebijakan yang dibuat tidak seperti dulu lagii karena disesuaikan dengan misi, untuk jadi calon wakil presiden….. Miris
bilang aja anda suka prabowo sandi.tak suka jokoewi maruf gitu ajar.intinya begitu.itu hak anda gak usah menjelek2kan orang lain.orang yang membenci ga akan kehabisan kata kebencian.orang yang suka ga akan kehabisan kata sanjungan. apakan anda yakin akan kebencianmu atau kesukaanmu bukan karena hawa nafsu.
*JANGAN BUNUH KYAI MA’RUF AMIN!*
Semoga lekas sembuh Kyai Ma’ruf Amin tercinta…
Kami menyayangimu Kyai, tetapi baru kampanye sebentar saja engkau sudah kelelahan, dan tak kuat lagi.
Hal itu wajar, karena usiamu sudah sepuh, dan tahun depan usiamu 76 tahun. Sekarangpun kau sudah tertatih-tatih untuk berjalan.
Apabila engkau nanti menjadi Wapres, tubuh dan fisikmu akan jauh lebih terkuras dari sekarang, tubuhmu akan sangat tersiksa. Ya Allah.. Sungguh kasihan ?
Sebagai Wapres, selain terkuras pikiran, kau akan banyak bepergian kemana-mana, kau akan menghadiri acara demi acara di berbagai kota di Indonesia.
Tak hanya itu, kau pun akan sering bolak-balik pergi ke luar negeri. Sungguh penyiksaan terhadap tubuhmu yang renta ini lebih menyiksa lagi bagi hati kami yang mencintaimu.
Kalau sekarang saja terlihat jelas fisikmu yang renta itu sudah tak mampu lagi untuk diforsir, sungguh kejam para oportunis politik yang ingin memanfaatkan statusmu sebagai Ulama untuk mengeruk suara dalam Pilpres, tak peduli bahwa hal itu justru mengancam keselamatan jiwamu.
Kami sayang kepadamu Kyai Ma’ruf Amin, kami tak mau membuatmu pingsan kecapekan, kami tak mau -secara tidak langsung- ikut membunuhmu karena kelelahan menjalani tugas.
Karena itu.. Istirahatlah Kyaiku sayang.. Biarkan Prabowo yang berfisik Tentara dan Sandiaga Uno yang berfisik Olahragawan yang memikul tugas memimpin Indonesia.
Prabowo – Sandi menang.. Engkau tidak akan hilang, justru Prabowo – Sandi sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI 2019 – 2024 akan memberimu posisi yang layak dan terhormat.
Engkau adalah seorang Ketua Umum MUI dan Rais Aam PBNU, biarkan Prabowo – Sandi menghormati dan memberimu kemuliaan di posisi yang pantas untukmu, bukan cuma jadi Ban Serep Presiden.
Insya Allah engkau akan diangkat menjadi Penasihat Prabowo – Sandi, sehingga hubungan Kyai Ma’ruf dengan para pecintanya justru akan semakin dekat dan erat.
Aamiin ya robbal alamiiin.
Kalau kyai ttp di barisan ulama, kyai akan leluasa utk memberi nasehat kpd umaro, tp klo kyai duduk sbg umaro, kyai akan segan utk memberi nasehat yg jitu kpd umaro.
astaghfirullah
? Saya tetap ikut mendukung pak Kiai kita selamatkan sampai menjadi wakil presiden periode 1924 Allah maha Adil Aamiin
SELAMATKAN ULAMA PAK MA’RUF AMIN DENGAN CARA TIDAK MEMILIH JOKOWE….
Demi menyelamatkan pak kyai, saya sependapat utk menghormati beliau dengan tdk memilih beliau.
Kami sejah awal turut prihatin dan turut merasa bersalah tak menyadarkan sejak sedini mungkin KH Maruf Amin ,ketua Umum MUI RI pasti di ben turkan kepentingan politik Qurban dan politik identitas status MUI RI ,cukup risau dan cukup resisten konflik kepentingan sebagai wahana strategi perang PECAH BELAH antar komunitas ummat Islam ,sarana efektif dan efisien lumpuhkan lawan politik. Jauh lebih feasible dan layah negarawan Islam Prof.Mahfud MD ahli hukum tata negara ,mantan menteri Hukum Ham dan menteri Pertahanan.integritas kebangsaan tak diragukan kredibel dan berintegritas.Kondisi phisik dan mental KH Mahruf Amin usia 71 tahun dgn 3 ring jantung cukup riskan beban tugas negara saat sidang kabinet,tugas otonomi pembantu Presiden.Skenario memang di sengaja peluang mundur di tengah jalan,mati mendadak kelelahan jantung koroner.Qurban wakil ban serep hanya Skenario sasaran ban serep beneran sirep.
Pak Yai…kenapa bibir mu cembetut..? apa lagi sakit atau gelisa kalau sampai tdk jadi cawapres. sudah lah pak yai lebih baik banyak zikir, banyak sholat, dan minta ampun pada Allah atas kekhilafan akhir2 ini dari segala perbuatan, tingkah laku dan ucapan2 yg merusak keimanan pak yai.
Pak yai…apa untungnya buat pak yai kalau jadi cawapres? bergunakah utk dunia dan akhirat jika jadi cawapres. kabar2nya pak yai sudah murtad karena sudah menjadi pentolan islam nusantara? bahkan pak yai meragukan ke ulamaan teman sendiri..teman2 di MUI dan GNPF..pak yai menganggap mereka bukan ulama atau ulama abal2, atau mungkin hanya pak yai yg memang benar2 ulama?
tapi kalau memang pak yai seorang ulama, kenapa pak yai tidak taat dgn peringatan Rasulullah dibawah ini:
Akan ada sepeninggalanku para penguasa, maka siapa yang mendatanginya dan membenarkan kebohongannya, menolong atas kedhalimannya, bukan golonganku, serta aku bukan golongan dia, dan tidak akan memasuki haudh (telaga Rasulullah di Surga), dan siapa saja yang tidak mendatanginya, tidak menolongnya atas kedahlimannya, tidak membenarkan kebohongannya, termasuk golonganku dan akan memasuki haudh. (HR. Tirmidzi, Nasa’i dan Al-Hakim)
“……dan barangsiapa yang mendatangi pintu-pintu penguasa maka dia akan terkena fitnah”. (HR Tirmidzi)
“Ulama adalah kepercayaan para rasul selama mereka tidak bergaul dengan penguasa dan tidak asyik dengan dunia. Jika mereka bergaul dengan penguasa dan asyik dengan dunia maka mereka telah mengkhianati para rasul. Karena itu, jauhilah mereka. (HR al-Hakim).
Pasti pak yai pernah membaca peringatan Rasulullah itu, kalau pak yai memang cinta kepada nabi Muhammad maka tinggalkanlah jokowi, tapi kalau pak yai tetap memilih jokowi maka Rasulullah akan meninggalkan pak yai….berfikirlah.
Amdulillah, Masih Banyak Ulama NU yg lurus, tdk terjebak oleh hal2yg sedang ramai hari ini jdi bahan Gunjingan Masa
Aamiin