FUUI: Bom Cirebon Sandiwara Pembenci Islam
FUUI: Bom Cirebon Sandiwara Pembenci Islam
Liputan6.com
BANDUNG – Ketua Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI), KH Athian Ali, menilai ledakan bom bunuh diri di Masjid Mapolresta Cirebon merupakan upaya untuk merusak dan menjatuhkan citra Islam.
“Pastinya, ini bisa dikatakan sebagai upaya untuk merusak Islam oleh kelompok atau organisasi tertentu,” kata Athian Ali ketika dihubungi Antara pada Jumat (15/4).
Athian menilai ledakan bom bunuh diri di Masjid Mapolestra Cirebon bisa diibaratkan sebagai sandiwara untuk merusak citra Islam oleh kelompok pembenci Islam. Pihaknya menyakini pelaku bom bunuh diri tersebut bukanlah orang Islam.
“Memang sulit untuk menebaknya. Karena dalam Islam, seorang muslim dilarang keras membunuh manusia walaupun itu terjadi saat berperang,” ujar Athian Ali. Ia menambahkan ledakan bom di Masjid Mapolresta Cirebon tersebut juga sarat akan “kepentingan politik” dari kelompok tertentu.
Sebuah bom rakitan meledak di sebuah masjid di kompleks Mapolresta Cirebon, Jawa Barat, ketika jamaah akan melangsungkan shalat Jumat. Bom yang ledakannya terdengar hingga radius 500 meter itu mengakibatkan belasan orang orang terluka. Pelaku bom bunuh diri tewas di tempat kejadian.
Redaktur: Didi Purwadi
Sumber: Antara
REPUBLIKA.CO.ID, Jumat, 15 April 2011 16:56 WIB
Kapolri: Pelaku Peledakan Cirebon Berusia 20-25 Tahun
Cirebon: Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo menyatakan, orang yang diduga pelaku bom bunuh diri di Masjid Al Dzikro, Mapolresta Cirebon, Jawa Barat, Jumat (15/4), diperkirakan berusia antara 20 hingga 25 tahun. Kapolri yang saat ini berada di Mapolresta Cirebon juga menegaskan bahwa berdasarkan luka pada jenazah orang itu, kemungkinan besar bom dililitkan pada perut.
Sore tadi jasad orang yang diduga pelaku bom bunuh diri telah dibawa ke Rumah Sakit Polri dr Soekanto, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Menurut Kapolri, pihaknya sampai sekarang masih melakukan penyelidikan dan pengembangan terkait kasus ledakan bom di Masjid Al Dzikro Mapolresta Cirebon. Polisi masih belum tahu jenis bom yang digunakan pelaku.
Kapolri menambahkan, kejadian ledakan bom tersebut merupakan yang pertama di Cirebon dan berharap tidak akan terulang kembali. Ia meminta jajaran kepolisian dan masyarakat Cirebon untuk meningkatkan kewaspadaan dan keamanan.
Sementara itu, dari 26 korban ledakan yang sempat mendapat perawatan di Rumah Sakit Pelabuhan, sebanyak 21 orang di antaranta masih dirawat dan lima orang sudah diperbolehkan pulang. Korban lainnya yakni Kapolresta Cirebon AKBP Herukoco telah menjalani operasi di RS Pertamina .(IAN/Ant)
Achmad Yani
Liputan6.com, 15/04/2011 19:31
(nahimunkar.com)
BOM BUNUH DIRI DI CIREBON PERMAINAN INTELIJEN.
Sebagaimana yang dilansir berbagai media tentang catatan berbagai kejadian teroris di tanah air dan terakhir bom bunuh diri di Cirebon, masyarakat awam dengan gampang bisa menganalisa bahwa setiap kejadian teror yang terjadi akhir-akhir ini tidak lebih adalah sebuah sandiwara intelijen saja. Kenapa demikian? Tentu saja dari berbagai pemberitaan terakhir masyarakat bisa melihat dari kasus peledakan bom bunuh diri di Mapolresta Cirebon Jawa Barat, bahwa secara nyata masyarakat telah dibodohi oleh pengaburan dan pengalihan perhatian seakan-akan Negara kita sarang teroris, pada hal kalau dinas intelijen itu benar-benar ada atau menjalankan fungsinya, kejadian seperti ini tidak mungkin terjadi. Hal ini kalau dilihat dari segi pelaku bom bunuh diri itu sendiri.
Berbagai kegiatan yang dilakukan oleh pelaku jika seandainya pelakunya adalah benar Muhammad Syarif, sudah nyata terpantau kegiatannya dalam berbagai aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh pelaku dengan sangat anarkis, bahkan sampai menyerang petugas, dan itu tidak terjadi sekali saja tapi terjadi dalam beberapa kejadian yang di tayangkan oleh berbagai media elektronik.
Malah aksi yang dilakukan oleh pelaku dalam aksi-aksi unjuk rasa seakan-akan ditonjolkan dan dibiarkan begitu saja, karena kita tidak melihat proses penanganan yang dilakukan oleh petugas terhadap pelaku ketika atau pasca aksi unjuk rasa, pada hal kita menyatakan bersama-sama bahwa negara ini sarang teroris, namun ketika kegiatan yang mengarah ke aksi-aksi anarkis itu terjadi, intelijen kita malah tidak melakukan tugasnya sebagai intelijen, buktinya kemudian terjadi aksi bom bunuh diri di Cirebon yang dilakukan oleh pelaku yang sudah sangat sering terpantau melakukan aksi-aksi yang sporadis ditengah kegiatan unjuk rasa.
Atau memang keadaan ini sengaja dibiarkan untuk memancing opini masyarakat, kemudian malah pelaku dijadikan martir dengan direkrut oleh pihak intelijen itu sendiri. Kalau ini yang terjadi, bagaimana kita masyarakat Indonesia bisa menggantungkan harapan bahwa kita bisa hidup tanpa rasa ketakutan atas aksi-aksi teror yang terjadi, jika teror itu kemudian seakan-akan dibiarakan untuk kepentingan pihak-pihak yang seharusnya hanya berkepentingan menjaga keselamatan masyarakatnya. Jadi kita setuju saja jika asumsi bahwa pihak kepolisian tidak kecolongan dengan kejadian tersebut sebagaimana yang disampaikan kepada masyarakat, karena kejadian ini bisa saja direkayasa oleh pihak Intelijen, malah pihak kepolisian dalam berbagai kejadian secara personal dan secara institusi malah ikut menjadi korban atau dikorbankan.
Berbagai pernyataan tokoh penting negeri ini dan hasil pemberitaan berbagai sumber menyikapi kejadian peledakan bom bunuh diri juga bisa dijadikan referensi pandangan kita terhadap apa yang terjadi dengan intelijen Negara kita. Adapun tokoh-tokoh dan sumber lainnya menyatakan sebagai berikut:
1. Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin, berpendapat sebagai berikut :
Mengutuk aksi bom bunuh diri di Masjid Ad-Zikra di lingkungan Mapolresta Cirebon, Jawa Barat. Din berpendapat, pelaku bertujuan untuk mengganggu umat Islam sehingga takut beribadah di masjid. "Jelas kita semua mengutuk aksi teror seperti itu apalagi dilakukan di dalam masjid. Pelakunya jelas tidak berperikemanusiaan dan berketuhanan," kata Din dalam rilis yang diterima detikcom, Sabtu (16/4/2011). Menurut dia, tindakan pelaku tersebut jauh dari nilai agama. "Besar kemungkinan tindakan itu bertujuan untuk mengganggu umat Islam sehingga tidak nyaman dan bahkan takut beribadah dalam masjid," ujar Din yang kini sedang menghadiri The US-Islamic World Forum di Washington, DC, ini.
2. Ketua Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI), KH Athian Ali, menilai ledakan bom bunuh diri di Masjid Mapolresta Cirebon merupakan upaya untuk merusak dan menjatuhkan citra Islam. “Pastinya, ini bisa dikatakan sebagai upaya untuk merusak Islam oleh kelompok atau organisasi tertentu,” kata Athian Ali ketika dihubungi Antara pada Jumat (15/4). Athian menilai ledakan bom bunuh diri di Masjid Mapolestra Cirebon bisa diibaratkan sebagai sandiwara untuk merusak citra Islam oleh kelompok pembenci Islam. Pihaknya menyakini pelaku bom bunuh diri tersebut bukanlah orang Islam. “Memang sulit untuk menebaknya. Karena dalam Islam, seorang muslim dilarang keras membunuh manusia walaupun itu terjadi saat berperang,” ujar Athian Ali. Ia menambahkan ledakan bom di Masjid Mapolresta Cirebon tersebut juga sarat akan “kepentingan politik” dari kelompok tertentu.
3. Ketua gerakan anti pemurtatan dan aliran sesat di Cirebon Andi Mulya mengaku hanya mengenal Syarif secara sepintas. Menurut Andi keterlibatan Muhammad Syarif sebagai peserta aksi diluar koordinasi ormas. Namun Muhammad Syarif juga diakui Andi juga sering mengikuti pengajian pengajian di masjid raya Attaqwa, Cirebon. Namun status Syarif sebagai anggota maupun aktifis dibantah sejumlah pimpinan ormas.
4. Direktur JAT Media Center, Sonhadi : tidak membenarkan jika Syarif adalah kader JAT. “Kita tidak tahu soal itu. Kami belum bisa mengatakan apakah dia kader atau bukan, tapi tidak ada nama itu di kelompok kami,” kata Direktur JAT Media Center saat dikonfirmasi salah satu sumber.
5. Mabes Polri telah mendapatkan informasi kronologi ledakan bom yang dikumpulkan detikcom serta versi Mabes Polri yang disampaikan Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Anton Bahrul Alam di RS Kramat Jati, Jakarta Timur, Sabtu (16/4/2011).
Pukul 11.30 WIB, Jumat (15/4), pelaku yang menumpangi becak tiba di Mapolresta Cirebon. Namun pelaku singgah sebentar ke sebuah warung di sebelah Mapolres. Pelaku yang mengenakan baju koko ini pun membeli minuman botol di warung.
Pukul 12.00 WIB, pelaku meninggalkan warung dan berjalan memasuki Masjid Ad-Zikra di dalam kompleks Mapolresta Cirebon.
Pukul 12.17 WIB, saat takbiratul ikram dikumandangkan, tiba-tiba pelaku yang berada di shaf tengah, menerobos maju ke shaf depan. Ledakan pun terjadi. 30 korban mengalami luka-luka. Sedangkan 1 orang yakni pelaku sendiri tewas di tempat.
6. Indosiar.com, :”Muhammad Syarif yang diduga pelaku bom bunuh diri kerap ikut di aksi unjuk rasa yang digelar sejumlah ormas Islam. Dua aksi terakhir yang sempat terdokumentasi adalah unjuk rasa penistaan agama di Pengadilan Agama Sumber Cirebon serta aksi penyerangan Ahmadiyah di Kuningan. Syarif saat itu terlihat tempramental dan provokatif terhadap aparat. Dua aksi yang sempat terdokumentasi adalah pada saat sidang penistaan agama di pengadilan negeri Sumbang, Cirebon pada 14 Mei 2010.Syarif terlihat sangat provokatif menyerang mobil tahanan dengan membawa terdakwa pimpinan aliran sesat surga ADN Ahmad Tantowi. Dia juga terlihat dalam aksi Ahmadiyah di Manis Lor, Kuningan. Syarif terlihat menyerang barikade brimob sebelum bentrokan terjadi. Dalam aksinya 29 July, 2010 Syarif terlihat berada dalam barisan paling depan saat perang batu dengan warga ahmadiyah. Namun dia menutup identitasnya.
Uraian diatas menggambarkan bagaimana kelemahan atau malah keterlibatan pihak intelijen terhadap kejadian teror bom di Negara kita. Tapi kalau intelijen mengatakan bahwa mereka tidak merekayasa kejadian ini, berarti intelijen itu yang tidak melaksanakan fungsinya, buktinya kegiatan yang dilakukan oleh pelaku yang sangat kontras dengan kegiatan unjuk rasa pada umumnya malah luput dari perhatian pihak intelijen. Jadi kesimpulan bom bunuh diri di Mapolresta Cirebon adalah :
1. Dinas Intelijen saat ini tidak becus melaksanakan tugasnya, dilihat dari berbagai rangkaian kejadian gangguan keamanan yang dilakukan oleh teroris yang mengancam keselamatan warganegara yang semestinya harus dilindungi oleh Negara!
2. Dinas Intelijen merekayasa berbagai kejadian gangguan keamanan di Negara kita dengan mengabaikan fungsi sebenarnya demi tujuan tertentu ?
Sumber: Antara, Liputan6.com, REPUBLIKA.CO.ID