Hukum Merendahkan Orang Lain dan Dalilnya
Hukum Merendahkan Orang Lain dan Dalilnya
Merendahkan orang lain itu sangat sering terjadi di dalam kehidupan sehari-hari, apalagi kita sebagai manusia pasti banyak sekali kata-kata orang yang menghina diri kita.
Sedangkan apabila kita mengerjakan sesuatu yang tidak dapat di pahami oleh orang lain pasti akan dianggap remeh. Tapi tahukah anda orang yang diremehkan dan di hina boleh jadi lebih mulia di sisi Allah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan sabdanya,
وَلاَ تَحْقِرَنَّ شَيْئًا مِنَ الْمَعْرُوفِ وَأَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلَيْهِ وَجْهُكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنَ الْمَعْرُوفِ وَارْفَعْ إِزَارَكَ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ فَإِنْ أَبَيْتَ فَإِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالَ الإِزَارِ فَإِنَّهَا مِنَ الْمَخِيلَةِ وَإِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ الْمَخِيلَةَ وَإِنِ امْرُؤٌ شَتَمَكَ وَعَيَّرَكَ بِمَا يَعْلَمُ فِيكَ فَلاَ تُعَيِّرْهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيهِ فَإِنَّمَا وَبَالُ ذَلِكَ عَلَيْهِ
“Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau dengan berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan.
Tinggikanlah sarungmu sampai pertengahan betis. Jika enggan, engkau bisa menurunkannya hingga mata kaki. Jauhilah memanjangkan kain sarung hingga melewati mata kaki. Penampilan seperti itu adalah tanda sombong dan Allah tidak menyukai kesombongan.
Jika ada seseorang yang menghinamu dan mempermalukanmu dengan sesuatu yang ia ketahui ada padamu, maka janganlah engkau membalasnya dengan sesuatu yang engkau ketahui ada padanya. Akibat buruk biarlah ia yang menanggungnya.” (HR. Abu Daud no. 4084 dan Tirmidzi no. 2722. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Al Hafizh Ibnu Hajar menyatakan bahwa hadits ini shahih).
Di antara wasiat Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits di atas adalah janganlah menghina orang lain. Setelah Rasul menyampaikan wasiat ini, Jabir bin Sulaim pun tidak pernah menghina seorang pun sampai pun pada seorang budak dan seekor hewan.
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memberi wasiat,
لاَ تَسُبَّنَّ أَحَدًا
“Janganlah engkau menghina seorang pun.” Abu Jurayy berkata, “Aku pun tidak pernah menghina seorang pun setelah itu, baik kepada orang yang merdeka, seorang budak, seekor unta, maupun seekor domba.”
Dalam surat Al Hujurat, Allah Ta’ala memberikan kita petunjuk dalam berakhlak yang baik,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” (QS. Al Hujurat: 11)
Ingatlah orang jadi mulia di sisi Allah dengan ilmu dan takwa. Jangan sampai orang lain diremehkan dan dipandang hina. Allah Ta’ala berfirman,
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS.Al Mujadilah: 11)
Semoga kita senantiasa menjadi manusia yang tidak sombong dan tidak merendahkan orang lain. Karena sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai hambanya yang sombong.
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-merendahkan-orang-lain
Ilustrasi.foto/mrdkcom
***
Miskin tapi ternyata mulia
Dalam sebuah hadits dari Sahl bin Sa’d As-Sa’idi berkata,
مَرَّ رَجُلٌ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ لرَجُلٍ عِنْدَهُ جَالِسٍ: «مَا رَأْيُكَ فِي هَذَا» فَقَالَ: رَجُلٌ مِنْ أَشْرَافِ النَّاسِ، هَذَا وَاللَّهِ حَرِيٌّ إِنْ خَطَبَ أَنْ يُنْكَحَ، وَإِنْ شَفَعَ أَنْ يُشَفَّعَ، قَالَ: فَسَكَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ مَرَّ رَجُلٌ آخَرُ، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَا رَأْيُكَ فِي هَذَا» فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَذَا رَجُلٌ مِنْ فُقَرَاءِ المُسْلِمِينَ، هَذَا حَرِيٌّ إِنْ خَطَبَ أَنْ لاَ يُنْكَحَ، وَإِنْ شَفَعَ أَنْ لاَ يُشَفَّعَ، وَإِنْ قَالَ أَنْ لاَ يُسْمَعَ لِقَوْلِهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «هَذَا خَيْرٌ مِنْ مِلْءِ الأَرْضِ مِثْلَ هَذَا
“Ada seorang lelaki yang berjalan melalui Nabi shalallahu alaihi wasalam, lalu beliau bertanya kepada seorang yang sedang duduk di sisinya: “Bagaimanakah pendapatmu tentang orang ini.” Orang yang ditanya itu menjawab: “Ini adalah seorang lelaki dari golongan manusia bangsawan. Orang ini demi Allah, sudah nyatalah apabila ia melamar seorang wanita, tentu terlaksana ia dikawinkan dan apabila memintakan pertolongan pada sesuatu, tentu akan dikabulkan permintaan pertolongannya itu -untuk kepentingan orang lain.” Selanjutnya ada seorang lelaki lain berjalan melalui Nabi shalallahu alaihi wasalam kemudian Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda -kepada kawan seduduknya itu-: “Bagaimanakah pendapatmu tentang orang ini?” Orang itu menjawab: “Ya Rasulullah. Ini adalah seorang lelaki dari golongan kaum fakirnya orang-orang Islam. Orang ini nyatalah bahwa jikalau meminang, tentu tidak akan diterima untuk dikawinkan -dengan yang dipinangnya- dan jikalau memintakan pertolongan pada sesuatu, tentu tidak akan dikabulkan permintaan pertolongannya itu.” Kemudian Rasulullah bersabda: “Yang ini -yakni yang engkau hinakan karena kefakirannya- adalah lebih baik dari pada seluruh isi bumi itu penuh dari yang seperti yang ini -yakni yang dimuliakan karena kekayaannya-.” (HR. Bukhari 8/95 no. 6447)
Dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin mengingatkan bahwa janganlah kita menjadikan penilaian terhadap orang lain dari sisi dunianya. Tatkala orang tersebut adalah seorang pejabat, orang kaya, atau orang terkenal, maka serta merta kita pun menghormatinya dan kita tidak berani merendahkannya, padahal status tersebut bukanlah barometer yang dijadikan tolak ukur oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Akan tetapi Allah menjadikan ketakwaan sebagai tolak ukur kedudukan seseorang. Allah Subhanahu wa ta’alaberfirman,
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ (13)
“Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara kalian.” (QS. Al-Hujurat : 13)
Sumber: https://firanda.com/3671-khutbah-jumat-jangan-suka-merendahkan-orang-lain.html
(nahimunkar.org)
Jadikan dalam hidup kita….baik kerja dijalan raya di warung sholat makan minum…tidur..ngobrol….atau curhat….bicara yang dalam hati..atau lisan…sendirian atau ramai….waktu sehat sakit…. pengen didengar dilihat dan disaksikan Allah yang tak nampak oleh kita…Allah yang tak nampak kita dari Arsy Nya selalu melihat mendengar dan menyaksikan dan mengetahui dan mengenal keadaan kita…semuanya tak tersembunyi bagi Allah…begitu pula keadaan seluruh manusia tiada yang tersembunyi bagiNya…semuanya nampak jelas… itu kunci ikhlas… itu pula kunci supaya takut dan hati hati kepada Allah..maka dengan itu kita mohon ampun petunjuk dan keselamatan kepada Allah….
Dalam hati atau lisan atau keduanya…
Sebelum Alam Dunia Alam Akhirat Langit Bumi Dicipta
Sebelum kita dicipta…
Tuhan berbicara sendirian
Katanya:Aku Raja Tiada Raja selain Aku….
La ilaha ilallah…..Aku kok bicara sendiri…
Memang tiada yang lain selain Aku…sebelumKu tidak ada tuhan…sesudahKu tiada Tuhan…. lailaha ilallah…Subhanallah …Walhamdulilkah…Lailaha ilallah Allahuakbar
Aku maha tau maha bijak…..
Aku tau segala dimasa lalu sekarang yang akan datang….semua ciptaanKu
Lalu Allah berfikir dalam ilmu pengetahuaNya:sekarang aku rancang langit bumi dunia akhirat…malaikat jin manusia hewan tumbuhan…dan semuanya kisahnya baik buruk malang mujurnya juga ilmuan ilmuan agamawan agamawan ilmu pengtahuan dan teknologi dari awal sampai akhir zaman…. itu yang dipikirkan Allah….
Maka saat itu langit bumi dunia akhirat…malaikat jin manusia hewan tumbuhan…dan semuanya dari awal sampai akhir zaman.ilmuan ilmuan agamawan agamawan ilmu pengetahuan..orang muslim semuanya orang kafir semua..orang baik semuanya orang jahat semuanya orang tobat dan orang tak tobat…belum jadi…maka berfirmanlah Ia:Jadilah….maka jadilah semua itu …..
Pertama dalam bentuk cerita dicatatan pena dilauhul mahfud…..
Kemudian dia berfirman lagi…:Jadilah semua cerita tahap demi tahap…proses demi proses…kejadian demi kejadian….
Maka jadilah segala berita dan kejadian dimasa lalu sekarang dan yang akan datang….
Langit dan bumi
Dunia dan akhirat…
Semua memuliakan Allah dari sebelum segala abad…sekarang sampai selama lamanya…
Kita diuji Allah dengan adanya kesenjangan kaya dan miskin adakah kita membantu sesama manusia…lansia fakir miskin anak yatim…disabilitas…adakah kita berjuang untuk agama dengan harta kita atau malah memerangi agama dengan harta kita…Allah melihat mendengar mengetahui menyaksikan…..kita milik Allah dan akan kembali kepadaNya..Allah yang melapangkan rizki dan menyempitkannya..menjadikan suka duka tawa tangis….kehidupan dan kematian dan kebangkitan dihari kiamat
.Allah maha tau dan bijak…maha mendengar maha melihat segala yang dilangit dan dibumi..Allah hidup kekal tak mengantuk tak tidur…segala puji bagi Allah…..