Ketua Komisi VIII: Menag Tergesa-gesa Putuskan Al Zaytun Tak Terkait NII
Ketua Komisi VIII: Menag Tergesa-gesa Putuskan Al Zaytun Tak Terkait NII
Jakarta – Ketua Komisi VIII DPR Abdul Kadir Karding menilai pernyataan Menag Suryadharma Ali bahwa Pondok Pesantren Al Zaytun tak terkait NII KW 9, terlalu tergesa-gesa. Menag dinilai tak menghargai proses yang sedang berjalan.
“Ini terlalu tergesa-tergesa. Saya tidak tahu itu mewakili negara atau dia pribadi,” ujar Karding sebelum rapat dengan Menag dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Ansyaad Mbai, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (18/5/2011).
Menurut Karding, Menag tidak selayaknya mengatakan Al Zaytun tak terkait NII KW 9, di tengah proses penyelidikan yang sedang dilakukan aparat. Kunjungan Menag ke ponpes di Indramayu itu juga disayangkan.
“Kunjungan Menag itu tidak tepat dan tidak proporsional,” ucap Karding.
Menurut politikus PKB itu, seharusnya Kementerian Agama meneliti Al Zaytun lewat gerakan bawah tanah, bukan lewat kunjungan. Sebab, kunjungan di tengah belum ada kejelasan tentang status Al Zaytun, akan menimbulkan banyak pertanyaan.
Karding secara pribadi menilai NII bukan hanya perlu dibubarkan, tetapi juga dicabut sampai ke akar-akarnya. Sebab, gerakan NII bertentangan dengan ideologi negara.
“Faktanya sudah banyak korban dari NII ini, calon intelektual bangsa ini dicuci otaknya menjadi calon perampok,” terangnya.
(lrn/gun)
Sumber: Laurencius Simanjuntak – detikNewsv, Rabu, 18/05/2011 11:43 WIB
(nahimunkar.com)
Bukan tergesa-gesa. Sejak awal SDA sudah punya kesimpulan spt itu. Untuk formalitas, ia melakukan kunjungan ke Al-Zaytun.
Lebih parah lagi, kalau SDA berkesimpulan spt itu tanpa berkunjung sama sekali.
Sekali-sekali SDA berkunjung ke warung remang-remang di pantura, lengkap dengan pejabat eselon dan protokoler. Pasti ia akan disambut dengan lagu Indonesia Raya, dan akan menemukan PSK sedang mengaji. Botol-botol miras diganti soft drink.
Pulang berkunjung, SDA bisa menyampaikan kesimpulannya, bahwa warung remang-remang di Pantura tidak ada praktek prostitusi. Apalagi bila SDA diminta jadi Imam Shalat, yang makmumnya PSK yang baru seelsai ngaji. Pasti SDA akan berkomentar, "waduh, PSK-nya solihah semua…"