Kongres Umat Islam Indonesia 2020 akan Bahas Islam dan Pancasila di Saat Kepala BPIP Dinilai Terpapar Komunis
Kongres Umat Islam Indonesia 2020 akan Bahas Islam dan Pancasila di Saat Kepala BPIP Dinilai Terpapar Komunis
Foto bangka.tribunnews.com
Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VII akan dibuka Wapres Ma’ruf Amin di PangkalPinang Bangka Belitung, Rabu malam (26/2 2020).
Kongres itu dijadwalkan berlangsung 26-29 Februari 2020, diantaranya akan Bahas Islam dan Pancasila di Saat Kepala BPIP Dinilai terpapar Komunis, karena menyatakan ‘agama musuh terbesar pancasila’.
Diberitakan, Prof Suteki dalam ILC tvOne (18/2/2020) menyebut Prof Yudian Wahyudi (Kepala BPIP, juga Rektor UIN Jogja, dan Pengurus NU Jogja) yang berpendapat “Agama adalah musuh terbesar Pancasila” sebagai terpapar paham Marxisme Leninisme dan Komunisme dengan indikasi sama dengan dan serupa dengan kalimat kaum komunis agama sebagai racun. (liat beritanya di bawah).
Dulu Aidit juga mengklaim PKI lah yang paling pancasilais.
Bila dirunut ke belakang lagi pernyataan ‘agama adalah lawan Pancasila’ juga bukan hal baru. Di jaman DN Aidit menjadi penguasa Partai Komunis Indonesia dia juga mengatakan ‘justru yang paling Pancasilais adalah PKI, bukan Masyumi (partai politik berbasis pada umat Islam). Omongan Aidit ini diucapkan dalam sebuah acara kampanye terbuka di Malang pada musim kampanye Pemilu 1955. Saat itu Aidit pun diserbu massa mau dipukuli banyak orang di tengah lapangan hinga ditarik turun dari atas mimbar. Aidit pun pucat pasi. Dia selamat dari amukan setelah minta maaf, meski beberapa hari ke berikutnya meralat permintaan maaf itu seraya mengatakan itu merupakan insiden provokasi kader Masyumi kepadanya.Dan sikap Aidit seperti tersebut, kalau disimak pada tulisan dan pidatonya, memang terasa berusaha keras membenturkan Pancasila dengan agama. Di banyak kesempatan dia terus membuli Masyumi yang disebutnya sebagai ‘Sarekat Hijau’ atau DII/TII versi baru, dan terlibat dalam pemberontakan PRRI/Permesta. [Islam, Candu, Tuhan Telah Mati: Agama Lawan Pancasila?
Kamis 13 Feb 2020 04:31 WIB Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika/ /republika.co.id]
***
Kongres Umat Islam Indonesia Bahas Islam dan Pancasila
Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Muhammad Hafil
JAKARTA — Ketua Lembaga Pentashih Buku MUI M Arif mengatakan Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) merupakan spirit untuk pergerakan komprehensif umat Islam.
“MUI sebagai penyelenggara KUII dapat dilihat sebagai miniatur umat Islam, dalam kegiatan ini kami ingin memberi pesan umat Islam tidak boleh terjebak dalam diksi pertentangan Islam dan nasionalisme,” ujar dia di Kantor Republika, Selasa (7/1).
Pancasila sebagai dasar negara sebenarnya terserap dalam ajaran agama. Sehingga dapat dikatakan Islam merupakan cikal bakal lahirnya Pancasila.
Demikian juga dengan kemerdekaan Indonesia yang tidak terlepas dari keberadaan ulama. Arif berharap umat tidak terjebak dalam adu domba Islam dan Pancasila. / republika.co.id, Rabu 08 Jan 2020 12:35 WIB
***
Kongres Alim Ulama se Indonesia Tahun 1957 di Palembang: Meyakini Komunis Hukumnya Kafir
Posted on 1 Mei 2016
Sejarah mencatat, sikap umat Islam Indonesia tegas terhadap paham komunis sudah dimulai sejak Kongres Alim Ulama se Indonesia tahun 1957 di Palembang. Ada beberapa point yang dihasilkan dalam Kongres Alim Ulama se Indonesia tersebut, antara lain:
Pertama, Ideologi atau ajaran komunis kufur hukumnya, dan haram bagi umat Islam menganutnya. Kedua, bagi seseorang yang menganut ideologi komunis dengan keyakinan dan kesadaran, maka dia termasuk kafir dan tidak sah menikah dengan orang Islam, tidak ada waris mewarisi (ahli waris), serta jenazahnya tidak diboleh diselenggaran secara Islam.
Ketiga, bagi seseorang yang memasuki organisasi atau partai yang berideologi komunis tidak dengan keyakinan dan kesadaran, maka dia termasuk orang yang sesat, dan harus diajak agar meninggalkan organisasi atau partai tersebut.
Keempat, walaupun Indonesia belum menjadi Negara Islam, namun haram bagi umat Islam mengangkat/memilih Kepala Negara/pemerintah yang berideologi komunis (di masa itu dasar Negara RI sedang dibahas dalam Konstituante berdasarkan UUD Sementara tahun 1959).
Kelima, memperingatkan kepada pemerintah agar bersikap waspada terhadap gerakan aksi subversif asing yang membantu aksi-aksi perjuangan kaum komunis di Indonesia.
Keenam, mendesak kepada Presiden RI (Soekarno ketika itu) untuk mengeluarkan dekrit yang menyatakan PKI dan mantel organisasinya sebagai partai terlarang di Indonesia. (Selasa, 20 Zulhijjah 1435 H / 1 Oktober 2013 07:07 wib Ingat! Banyak Kiai dan Santri yang Syahid Dibunuh PKI Secara Keji voa-islam.com/nahimunkar.com)
(nahimunkar.org)
***
Posted on 26 Februari 2020
Terpapar Paham Komunis
Ketika Prof Suteki dalam ILC tvOne (18/2/2020) menyebut Prof Yudian Wahyudi yang berpendapat “Agama adalah musuh terbesar Pancasila” sebagai terpapar paham Marxisme Leninisme dan Komunisme dengan indikasi sama dengan dan serupa dengan kalimat kaum komunis agama sebagai racun, lalu ramai orang berpendapat bahwa itu tidak mungkin, sebab Prof Yudian itu Kyai (NU, red NM) Rektor IAIN Sunan Kalijogo Jogja tidak mungkinlah beliau terpapar Komunisme.
Saya agak merasa tercengang juga banyak orang lupa sejarah atau sengaja melupakan bahwa para tokoh tokoh PKI di Indonesia itu adalah awalnya seorang Kyai putra Kyai aktifis Organisasi Islam yang akhirnya keblinger oleh paham Komunisme lalu mereka berubah memusuhi agama terutama Islam, itulah goresan sejarah kita, mari kita baca ulang mari kita bongkar lagi.. saya kemukakan di sini 3 tokoh saja:
1. Kyai Ahmad Dasuki Siradj sejak kecil mondok di Jamsaren solo, Pondok pesantren mambaul di solo lalu di Rembang, aktif dalam pergerakan Serikat Islam lalu berkenalan dengan ISDV lanjut jadi tokoh PKI*.
2. Musso atau Munawar Musso putra kyai besar di Kyai Hasan Muhyi di Kediri awalnya berguru pada HOS Tjokroaminoto bersama Bung Karno lalu berkenalan dengan ISDV juga lanjut jadi tokoh PKI memusuhi Islam memberontak dan berkhianat pada Kemerdekaan
3. Tan Malaka dari Tanah Sumatra kecilnya pandai mengaji khatam quran lanjut berkenalan dengan ISDV lanjut menjadi tokoh PKI
Mereka semua punya latarbelakang yang kental dengan agama namun keblinger dengan idiologi komunis melalui pikiran-pikiran yang intinya akhirnya menyebut agama adalah racun masyarakat, Agama adalah musuh terbesar Pancasila ini sudah serupa dengan pikiran yang keblinger tersebut.
Jaman itu hanya berputar kadang mengulang apa yang sudah pernah terjadi, sebuah kebodohan yang besar bila kita tidak bisa mengambil hikmahnya.
By Agus Maksum [fb]
Ketika Prof Steven Suteki dalam ILC menyebut Prof Yudian Wahyudi yang berpendapat Agama adalah musuh terbesar Pancasila…
Dikirim oleh Agus Maksum pada Jumat, 21 Februari 2020
Video:
[portal-islam.id] Selasa, 25 Februari 2020 CATATAN
***
*Kyai Dasuki Solo
*(Para muballigh di Jawa terutama sekitar Solo Jawa Tengah tahun 1970-an setelah dibubarkannya PKI 1966 karena PKI berontak 1965 yang ke-empat kalinya, kemudian banyak yang mengisahkan bahwa Kyai Dasuki di zaman PKI mempengaruhi Umat Islam untuk masuk PKI dengan berdalil memotong ayat, tidak diteruskan secara utuh pengertiannya, yaitu ayat فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, [Al Ma’un:4]
Ketika ayat itu tidak diteruskan, maka pengertiannya justru orang yang shalat lah yang celaka. Padahal yang celaka adalah yang shalatnya disebut dalam ayat-ayat berikutnya, . (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. Selengkapnya sebagai berikut:
{فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (4) الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ (5) الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ (6) وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ} [الماعون: 4 – 7]
4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, [Al Ma’un:4]
5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, [Al Ma’un:5]
6. orang-orang yang berbuat riya’, [Al Ma’un:6]
7. dan enggan (menolong dengan) barang berguna. [Al Ma’un:7]
Jadi Kyai PKI yang di Jawa dikenal dengan Kyai Dasuki (Solo) itu menggunakan ayat untuk mem-PKI-kan Umat Islam dan menjerumuskan, bahkan agar tidak shalat. Padahal orang yang tidak shalat bahkan akan disiksa sepedih-pedihnya di neraka Saqar.
{ مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ (42) قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ (43) وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ (44) وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَائِضِينَ (45) وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ (46) حَتَّى أَتَانَا الْيَقِينُ } [المدثر: 42 – 47]
42. “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?” [Al Muddatstsir:42]
43. Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, [Al Muddatstsir:43]
44. dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, [Al Muddatstsir:44]
45. dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, [Al Muddatstsir:45]
46. dan adalah kami mendustakan hari pembalasan, [Al Muddatstsir:46]
47. hingga datang kepada kami kematian”. [Al Muddatstsir:47]
Dahsyatnya siksa di neraka Saqar dijelaskan dalam ayat suci Al-Qur’an:
{سَأُصْلِيهِ سَقَرَ (26) وَمَا أَدْرَاكَ مَا سَقَرُ (27) لَا تُبْقِي وَلَا تَذَرُ (28) لَوَّاحَةٌ لِلْبَشَرِ (29) عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَ } [المدثر: 26 – 30]
26. Kelak, Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar[1].
27. Dan tahukah kamu apa (neraka) Saqar itu[2]?
28. Ia (Saqar itu) tidak meninggalkan dan tidak membiarkan[3],
29. yang menghanguskan kulit manusia.
30. Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga)[4]. (QS Al-Muddatstsir: 26-30)
[1] Saqar adalah salah satu nama neraka Jahannam.
[2] Kalimat ini adalah untuk memperbesar perkaranya.
[3] Yang dimaksud dengan ‘tidak meninggalkan dan tidak membiarkan’ ialah bahwa mereka dalam keadaan tidak hidup dan tidak mati.
[4] Yang kasar dan keras; yang tidak mendurhakai perintah Allah dan mengerjakan apa yang diperintahkan.
Itulah contoh nyata yang tercatat dalam sejarah bahkan masyarakat Islam pun mengecamnya karena mengingat ganas dan kejamnya PKI dalam membantai Umat Islam dan 4 kali memberontak Indonesia malah ada kyai atau ulama atau tokoh Islam yang mempengaruhi untuk masuk PKI bahkan pakai jualan faham komunisnya dengan menyalah gunakan ayat suci Al-Qur’an pedoman Umat Islam sedunia. (red NM)
Artikel yang menghantam keras Yudian kepala BPIP yang menyatakan ‘Agama musuh terbesar Pancasila’ beredar luas, di antaranya ini:
Alumni Lemhannas: Bubarkan BPIP, Waspada Penyebaran Pancasila Cita Rasa Komunis
Posted on 13 Februari 2020
- Pernyataan kepala BPIP (bahwa “Musuh terbesar Pancasila itu adalah agama”) tersebut langsung mengingatkan kita kembali kepada prinsip dan doktrin dasar komunis Mao Tse Tung yang mengatakan bahwa, “Agama itu adalah candu“.
- … membuat agama adalah sebagai musuh dan ancaman negara itu adalah murni dan konkrit doktrin ala komunis.
- Sontak pernyataan kepala BPIP Yudian Wahyudi yang juga rektor UIN Sunan Kalijaga Jogja ini memantik kemarahan masyarakat berbagai kalangan, khususnya ummat Islam yang mayoritas di negeri ini. MUI langsung mengeluarkan pernyataan keras agar Presiden mencopot ketua BPIP. Fraksi PKS pun melalui wakil ketuanya Dr Almuzzamil juga mengeluarkan pernyataan keras dan tegas. Bahkan Fadli Zon wakil ketua Gerindra meminta BPIP dibubarkan saja.
https://www.nahimunkar.org/alumni-lemhannas-bubarkan-bpip-waspada-penyebaran-pancasila-cita-rasa-komunis/