Koran Tempo Ga’ Ngerti Kalau Nikah Itu Istilah Agama?
Akun @korantempo menulis: Pernikahan adalah hubungan keperdataan. Jadi, tidak sepatutnya diatur berdasarkan agama.
Lhah, apakah koran tempo ga’ tahu kalau nikah itu sendiri dari istilah agama? Kenapa nikah yang merupakan istilah agama disebut tidak sepatutnya diatur berdasarkan agama?
Apakah koran tempo tidak melek bahwa negara Indonesia ini berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa?
Bukankah agama dari Tuhan Yang Maha Esa memang punya aturan-aturan di antaranya mengenai pernikahan?
Tidak sepatutnya manusia koran tempo melarang-larang atau mempersoalkan Tuhan Yang Maha Esa memiliki aturan nikah yang telah difahami oleh manusia bahwa nikah itu memang istilah agama.
***
Bisa² nya berfikir seperti ini???? Mungkin tak ada niatan sehidup sesurga #JanganNikahBedaAgama
Dewi ElNajmha
@elnajmha
(nahimunkar.org)
Sikap koran tempo tersebut merupakan contoh soal bahwa ujung sekulerisme paling tinggi adalah komunisme atheisme.
Silakan simak ini:
Membenci Islam, Menjajakan Sekulerisme Bermuara Komunisme dan Atheisme (Arsip)
Posted on 25 Desember 2020
by Nahimunkar.org
•
Membenci Islam, Menjajakan Sekulerisme Bermuara Komunisme dan Atheisme (Arsip)
ilustrasi
.
Pada salah satu tulisannya, mendiang Nurcholish Madjid pernah menyatakan: “Komunisme adalah bentuk lain dan lebih tinggi dari sekularisme. Sebab, komunisme adalah sekularisme yang paling murni dan konsekwen. Dalam komunismelah seseorang menjadi atheis sempurna”
Pernyataan itu dikutip oleh Abdul Hadi W.M. melalui tulisannya berjudul Islam, Marxisme dan Persoalan Sosialisme di Indonesia yang dipublikaskan di situs Bayt al-Hikmah Institute, bisa juga ditemukan di http://ahmadsamantho.wordpress.com/2008/01/28/islam-marxisme-dan-persoalan/.
https://www.nahimunkar.org/membenci-islam-menjajakan-sekulerisme-bermuara-komunisme-dan-atheisme-arsip/