Larangan Puasa Muslim Cina. Lalu Apa Gunanya Jalinan Persahabatan Dengan Partai Komunis Cina?
Jum’at, 3 Ramadhan 1436 H / 19 Juni 2015
JAKARTA (voa-islam.com) – Indonesia dinilai lemah dalam melakukan aksi protes kepada pemerintah Cina terkait larangan berpuasa muslim suku Uighur di Cina. Padahal, sudah banyak lembaga pembela hak asasi internasional yang memprotes Cina terkait larangan itu.
Demikian halnya dengan pemerintah Indonesia sebagai negara dengan umat muslim terbesar di dunia tidak mengajukan protes atas aksi pemerintah komunis Cina yang melarang muslim Uighur menjalankan kewajiban berpuasa selama Ramadhan.
Di Indonesia, baru Majelis Ulama Indonesia, MUI, yang mengimbau pemerintah Cina untuk memperkenankan muslim Uighur berpuasa selama Ramadhan. Tolong dicatat, bahkan MUI pun hanya mengimbau, bukan memprotes, apalagi mengecam,” ungkap pengamat politik dan kebijakan publik dari Zoon Politikon, Fahmi Andriansyah, Jumat pagi (19/6).
Menurut Fahmi, wajar jika Indonesia memprotes tindakan pemerintah Cina itu. Alasan utamanya, ya, itu tadi: Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk beragama Islam terbesar di dunia. Selain itu, tambah Fahmi, banyak warga Cina bermukim di Indonesia, yang kemungkinan besar bisa menjadi bahan pertimbangan pemerintah komunis Cina untuk mencabut larangan berpuasa itu bila pemerintah Indonesia memprotes.
Apalagi, dua partai pendukung pemerintah Jokowi, PDIP dan Nasdem, punya hubungan yang sangat dekat dengan Partai Komunis Cina, partai satu-satunya di negara itu.
“Apalagi, dua partai pendukung pemerintah Jokowi, PDIP dan Nasdem, punya hubungan yang sangat dekat dengan Partai Komunis Cina, partai satu-satunya di negara itu. Kader-kader PDIP dan Nasdem kan banyak dikirim ke Partai Komunis Cina untuk kursus politik, jadi mestinya mereka bisa melobi petinggi-petinggi Partai Komunis Cina, yang tentunya juga petinggi-petinggi pemerintahannya. Kalau tidak bisa, lalu apa gunanya jalinan persahabatan mereka dengan Partai Komunis Cina selama ini?” ujar Fahmi.
Seperti diberitakan banyak media internasional, pemerintah bagian di Distrik Xinjiang mengeluarkan larangan terhadap anggota partai Islam, pegawai negeri, pelajar, dan guru yang beragama Islam dari etnis Uighur untuk berpuasa selama bulan suci Ramadhan. Muslim Uighur merupakan penduduk minoritas berbahasa Turki yang menempati wilayah Xinjiang barat laut. Diperkirakan mereka berjumlah delapan juta jiwa.
Ataukah persahabatan hanya sekedar utopia bisnis dan investasi semata? Apa pendapat Muslim Indonesia? [Pur/adivammar/pribumi]
http://www.voa-islam.com/read/politik-indonesia/2015/06/19/37712/larangan-puasa-muslim-cina-lalu-apa-gunanya-jalinan-persahabatan-dengan-partai-komunis/#sthash
(nahimunkar.com)
Indonesia Mayoritas muslim”nya” tp sering “tertidur” sehingga dalam memilih pemimpin pun mgkn sedang tidur…dan terpilihlah para pemimpin di negeri ini yg “berkedok ” islam tp pro kafir mana mgkn akan membela muslim xinjiang, muslim di indonesia sj ditindas, berpenampilan membela yg lemah tp betul2 lemah dalam membela atau maksud hati mmg tak akan membela, berpura2 bodoh atau mmg bodoh betulan shg tak tau adab dlm memimpin..skrg nasi sdh jd bubur…mari rapatkan barisan kaum muslimin …gencarkan silarurahim sesama saudara muslim….para ulama dam umaro mari didik umat dgn sungguh2 demi masa depan generasi muda islam…demi agama islam tercinta.
Jelas sekali motif pemerintah Indonesia dan pemerintah Cina memiliki kerjasama bilateral di bidang ekonomi. Dan jelas sekali tidak ada sedikitpun keinginan pemerintah Indonesia membawa isu muslim xinjiang (uighur) dalam urusan ekonomi belaka ini.
Ini jelas membuktikan bahwa Indonesia bukanlah negara Islam yang dapat menjadi contoh model Islam yang baik. Karena untuk menolong kaum muslimin Xinjiang saja, pemerintah Indonesia tidak memiliki kepentingan.
Solusi untuk menyelamatkan muslim Xinjiang adalah dengan Khilafah.