Ngawurnya A. Mustofa Bisri dalam Membela Ahmadiyah
Oleh Hartono Ahmad Jaiz
Masih ingat pembela goyang ngebor Inul Daratista? Pembelanya banyak, tetapi yang khas membela dengan lukisan yang melecehkan dzikir, berjudul Dzikir Bersama Inul, itu hanya satu, yakni A. Mustofa Bisri.
Kemudian di saat kaum sepilis (sekulerisme, pluralisme agama, dan liberalisme) disengat MUI dengan fatwanya tentang haramnya sepilis itu dalam Munas VII di Jakarta, Juli 2005, muncul pula A. Mustofa Bisra mertua dedengkot JIL Ulil Abshar Abdalla ini dengan suara aneh, membela sepilis dan menghantam fatwa MUI.
Belakangan di saat gonjang-ganjing Ahmadiyah yang direkomendasikan Bakor Pakem Kejagung pada 16 April 2008 agar Ahmadiyah menghentikan kegiatannya karena terbukti menyimpang dari pokok-pokok agama Islam, maka A. Mustofa Bisri pun bertandang untuk membela Ahmadiyah.
Berikut ini saya kutip tulisan A. Mustofa Bisri yang dimuat Koran Indo Pos, Rabu, 23 April 2008 berjudul Yang Sesat dan Yang Ngamuk.Kutipan ini satu persatu saya tanggapi atau saya komentari.
Kutipan:
Yang Sesat dan Yang Ngamuk
Oleh A. Mustofa Bisri
Karena melihat sepotong, tidak sejak awal, saya mengira massa yang ditayangkan TV itu adalah orang-orang yang sedang kesurupan masal. Soalnya, mereka seperti kalap. Ternyata, menurut istri saya yang menonton tayangan berita sejak awal, mereka itu adalah orang-orang yang ngamuk terhadap kelompok Ahmadiyah yang dinyatakan sesat oleh MUI.
Saya sendiri tidak mengerti kenapa orang -yang dinyatakan- sesat harus diamuk seperti itu? Ibaratnya, ada orang Semarang bertujuan ke Jakarta, tapi ternyata tersesat ke Surabaya, masak kita -yang tahu bahwa orang itu sesat- menempelenginya. Aneh dan lucu.
Komentar kami:
Kyai NU yang mertua Ulil Abshar Abdalla ini tidak dapat membedakan antara yang tersesat di jalan dengan Ahmadiyah yang sesat karena mengikuti nabi palsu dan memiliki kitab suci sendiri, Tadzkirah, serta mempunyai tanah suci sendiri yaitu Qadyan dan Rabwah, namun justru mereka mengklaim bahwa itu yang benar Islamnya, dan yang lain kafir lagi musuh; serta kesesatannya itu disebarkan untuk membujuk manusia agar ikut sesat, sebagaimana syetan membujuk manusia agar sesat dan kelak menjadi temannya di neraka.
Jadi masalahnya, kalau mau diibaratkan, mereka membuat plang petunjuk jalan dan dipasang agar orang mengikuti, namun plang itu menyesatkan (misalnya dari Semarang ke Surabaya mestinya ke timur, tapi malah ke barat, maka menyesatkan; bukannya sampai Surabaya tapi malah ke Jakarta); maka wajar kalau plang yang menyesatkan itu dirusak orang, agar tidak menyesatkan. Selama plang itu masih dipasang maka tetap akan menyesatkan orang, merugikan banyak orang. Bila kita tahu tetapi diam saja, maka berarti ikut merugikan banyak orang. Maka yang aneh justru orang yang mendukung adanya plang yang menyesatkan itu tetap dipasang dan tidak boleh dirusak. Lebih buruk lagi, sudah mendukung yang menyesatkan itu, masih mengecam orang yang ingin memberantas kesesatan. Betapa buruknya itu, namun anehnya justru bangga dengan keburukannya hingga mengecam orang lain sambil mengajak ke jalannya yang buruk itu.
Kutipan:
Konon orang-orang yang ngamuk itu adalah orang-orang Indonesia yang beragama Islam. Artinya, orang-orang yang berketuhanan Allah Yang Mahaesa dan berkemanusiaan adil dan beradab. Kita lihat imam-imam mereka yang beragitasi dengan garang di layar kaca itu kebanyakan mengenakan busana Kanjeng Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam.
Kalau benar mereka orang-orang Islam pengikut Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam, mengapa mereka tampil begitu sangar, mirip preman? Seolah-olah mereka tidak mengenal pemimpin agung mereka, Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam.
Kalau massa yang hanya makmum, itu masih bisa dimengerti. Mereka hanyalah mengikuti telunjuk imam-imam mereka. Tapi, masak imam-imam -yang mengaku pembela Islam itu- tidak mengerti misi dan ciri Islam yang rahmatan lil ‘aalamiin, tidak hanya rahmatan lithaaifah makhshuushah (golongan sendiri). Masak mereka tidak tahu bahwa pemimpin agung Islam, Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam, adalah pemimpin yang akhlaknya paling mulia dan diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Masak mereka tidak pernah membaca, misalnya ayat Ya ayyuhalladziina aamanuu kuunuu qawwamiina lillah syuhadaa-a bilqisthi…al-aayah_ (Q.S 5: 8). Artinya, wahai orang-orang yang beriman jadilah kamu penegak-penegak kebenaran karena Allah dan saksi-saksi yang adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu kepada suatu kaum menyeret kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah; adil itu lebih dekat kepada takwa. Takwalah kepada Allah. Sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang kau kerjakan.
Komentar:
Gambaran sangar, tidak berlaku adil dan semacamnya serta perilaku itu dinisbatkan kepada umat Islam dan imam-imamnya, itu juga belum menunjukkan sikap yang adil. Sikap yang adil adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya. Untuk itu harus diketahui lebih dulu duduk soalnya, dan siapa mereka itu, baik yang melakukan apa yang disebut mengamuk maupun yang sesat dalam kasus ini Ahmadiyah. Lha kalau melihat televise berupa gambar sepotong pada buntutnya, lalu bertanya kepada isterinya yang menonton tayangan berita tivi itu dari semula, lalu menulis kecaman ini dan itu; apa itu adil? Padahal yang namanya berita di leveisi itu sendiri untuk dijadikan landasan atau sumber untuk mengomentari suatu peristiwa, dalam kasus ini justru yang dikomentari bahkan dikecam adalah umat Islam, perlu ditelusuri dulu; seberapa akurasi berita itu dalam hal menayangkan kejadian sebenarnya. Ketika melihat berita sepenuhnya di televise itupun belum tentu kita dapat langsung melontarkan komentar dengan ditulis panjang lebar apalagi kecaman. Karena berita itu sendiri juga tidak sepi dari aneka hal yang melingkupi, termasuk belum tentu akurat, dan ada maksud-maksud tertentu, misalnya dalam rangka membela Ahmadiyah. Sehingga sangat tidak adil ketika Tuan A Mustofa Bisri begitu bersemangatnya untuk menulis kecaman hanya berlandaskan sepotong tayangan televise (entah televise mana, tanggal berapa jam berapa, kasus di mana) lalu bertanya kepada isterinya yang menonton berita tivi itu sejak awal.
Menyuruh orang lain agar adil, bahkan mengecamnya, namun tidak menyadari kepada dirinya sendiri apakah memang sudah adil, itu justru lebih baik diam, karena tidak akan menjatuhkan kedzaliman kepada orang lain. Menimpakan ayat untuk orang lain tetapi untuk dirinya sendiridilupakan, itu justru telah dikecam oleh Allah subhanahu wata’ala, yang dilontarkan kepada orang-orang yang sudah dikenal licik yaitu kaum Yahudi:
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ(44)
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?” (QS Al-Baqarah: 44).
Bagaimana pula kalau memang mereka yang mengamuk itu hanya merupakan akibat dari suatu sebab yang sebabnya itu sendiri tidak ditayangkan dalam berita tivi yang memang biasanya mengejar batasan waktu yang sangat singkat? Padahal kalau Tuan A Mustofa Bisri mau membaca tentang kejahatan-kejahatan Ahmadiyah terhadap Islam, di antaranya memalsu kenabian, memutar balikkan dan membajak-bajak kitab suci Al-Qur’an; maka seharusnya muncul ghirah Islamiyahnya, kalau memang masih hidup ghirah Islamiyah itu, akibat Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam dan kitab suci Al-Qur’an dipalsu dan dibajak oleh Mirza Ghulam Ahmad.
Coba dibandingkan, mana yang lebih dulu menjahati dan buruk perlakuannya: Ahmadiyah yang memalsu kenabian dan memalsu kitab suci Al-Quran, membajaknya dan memutarbalikkanya itu, ataukah tiba-tiba orang yang Tuan kecam sebagai sangar itu tanpa ada sebab ini dan itu langsung mengamuk? Dan mana yang lebih berharga, Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam yang dipalsu serta kitab suci Al-Qur’an yang dibajak atau tempat “ibadah” pemalsu dan pembajak yang diamuk orang itu?
Coba, sudah adilkah Tuan dalam bersikap?
Kenapa kejahatan Ahmadiyah yang sangat tinggi Tuan sembunyikan, sedang kejahatan yang hanya sebagai akibat dan tingkatnya tidak sebanding dengan penyebabnya, justru Tuan kecam lebih dulu sambil seolah tak ada masalah tentang kejahatan Ahmadiyah? Ada apa sebenarnya.
Kutipan:
Apakah mereka tidak pernah membaca kelembutan dan kelapangdadaan Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam atau membaca firman Allah kepada beliau, wabimaa rahmatin minallahi linta lahum walau kunta fazhzhan ghaliizhal qalbi lanfaddhuu min haulika... al-aayah_ (Q.S 3: 159). Artinya, maka disebabkan rahmat dari Allah-lah engkau berperangai lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau kasar dan berhati kejam, niscaya mereka akan lari menjauhimu…_
Komentar:
Ayat lain juga perlu Tuan baca. Fatwa ulama juga perlu Tuan baca. Ahmadiyah (baik Qadyan maupun Lahore) itu telah dinyatakan kafir oleh Mujamma’ al-Fiqh Al-Islami (Akademi Fiqh Islam) Organisasi Konferensi Islam . Teks Keputusannya sebagai berikut:
إِنَّ مَاادَّعَاهُ مِيرْزَا غُلاَم أَحْمَد مِنَ النُّبُوَّةِ وّالرِّسَالَةِ وَنُزُوْلِ الْوَحْيِ عَلَيْهِ إِنْكَارٌ صَرِيْحٌ لِمَا ثَبَتَ مِنَ الدِّيْنِ بِالضَّرُوْرَةِ ثُبُوْتًا قَطْعِيًّا يَقِيْنِيًّا مِنْ خَتْمِ الرِّسَالَةِ وَالنُّبُوَّةِ بِسَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ، وَأَنَّهُ لاَيَنْزِلُ وَحْيٌ عَلَى أَحَدٍ بَعْدَهُ، وَهذِهِ الدَّعْوَى مِنْ مِيرْزَا غُلاَم أَحْمَدَ تَجْعَلُهُ وَسَائِرَ مَنْ يُوَافِقُوْنَهُ عَلَيْهَا مُرْتَدِّيْنَ خَارِجِيْنَ عَنِ اْلإِسْلاَمِ، وَأَمَّا الَّلاهُوْرِيَّةُ فَإِنَّهُمْ كَالْقَادِيَانِيَّةِ فِي الْحُكْمِ عَلَيْهِمْ بِالرِّدَّةِ، بِالرَّغْمِ مِنْ وَصْفِهِمْ مِيرْزَا غُلاَم أَحْمَدَ بِأَنَّهُ ظِلٌّ وِبُرُوْزٌ لِنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ.
“Sesungguhnya apa yang diklaim Mirza Ghulam Ahmad tentang kenabian dirinya, tentang risalah yang diembannya dan tentang turunnya wahyu kepada dirinya adalah sebuah pengingkaran yang tegas terhadap ajaran agama yang sudah diketahui kebenarannya secara qath’i (pasti) dan meyakinkan dalam ajaran Islam, yaitu bahwa Muhammad Rasulullah adalah Nabi dan Rasul terakhir dan tidak akan ada lagi wahyu yang akan diturunkan kepada seorangpun setelah itu. Keyakinan seperti yang diajarkan Mirza Ghulam Ahmad tersebut membuat dia sendiri dan pegikutnya menjadi murtad, keluar dari agama Islam. Aliran Qadyaniyah dan Aliran Lahoriyah adalah sama, meskipun aliran yang disebut terakhir (Lahoriyah) meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad hanyalah sebagai bayang-bayang dan perpanjangan dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam “. (Keputusan Mujamma’ al-Fiqh al-Islami –Akademi Fiqih Islam– Organisasi Konferensi Islam (OKI) Nomor 4 (4/2) dalam Muktamar II di Jeddah, Arab Saudi, pada tanggal 10-16 Rabi’ al-Tsani 1406 H / 22-28 Desember 1985 M).
Orang kafir itu satu sama lain berteman, bantu membantu atau bela membela. Allah swt berfirman:
وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ(73)
Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar. (Qs Al-Anfaal: 73).
Ketika sudah diingatkan bahwa orang kafir itu satu sama lain saling melindungi, sedang Ahmadiyah termasuk kafir, maka sebagai orang Islam mestinya Tuan A Mustofa Bisri paling kurang adalah menyelamatkan diri lebih dulu jangan sampai kecemplung dalam lingkaran yang termasuk melindungi Ahmadiyah alias melindungi orang kafir sebagaimana para kafirin melindunginya. Kalau sudah selamat dari itu, kemudian betapa bagusnya kalau menuntun umat ini agar menyikapi masalah itu sebaik-baiknya. Bagaimana agar terwujud masyarakat yang sesuai dengan yang disifati dengan baik oleh Allah subhanahu wata’ala:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا(29)
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS Al-Fat-h: 29).
Kutipan:
Tak Mengerti
Sungguh saya tidak mengerti jalan pikiran atau apa yang merasuki pikiran mereka sehingga mereka tidak mampu bersikap tawaduk penuh pengayoman seperti dicontoh-ajarkan Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam di saat menang. Atau, sekadar membayangkan bagaimana seandainya mereka yang merupakan pihak minoritas (kalah) dan kelompok yang mereka hujat berlebihan itu mayoritas (menang).
Sebagai kelompok mayoritas, mereka tampak sekali -seperti kata orang Jawa- tidak tepa salira. Apakah mereka mengira bahwa Allah senang dengan orang-orang yang tidak tepo saliro, tidak menenggang rasa? Yang jelas Allah, menurut Rasul-Nya, tidak akan merahmati mereka yang tidak berbelas kasihan kepada orang.
Saya heran mengapa ada -atau malah tidak sedikit- orang yang sudah dianggap atau menganggap diri pemimpin bahkan pembela Islam, tapi berperilaku kasar dan pemarah. Tidak mencontoh kearifan dan kelembutan Sang Rasul, pembawa Islam itu sendiri. Mereka malah mencontoh dan menyugesti kebencian terhadap mereka yang dianggap sesat.
Apakah mereka ingin meniadakan ayat dakwah? Ataukah, mereka memahami dakwah sebagai hanya ajakan kepada mereka yang tidak sesat saja?
Atau? Kelihatannya kok tidak mungkin kalau mereka sengaja berniat membantu menciptakan citra Islam sebagai agama yang kejam dan ganas seperti yang diinginkan orang-orang bodoh di luar sana. Tapi…
*A. Mustofa Bisri, pengasuh Pesantren Roudlatut Thalibin, Rembang
(Indo Pos, Rabu, 23 April 2008)
Komentar:
Ada hal-hal yang belum jelas, namun kemudian dikomentari dengan ketidak mengertian pula. Siapa pelaku-pelaku itu belum jelas, sudah dilontari bahwa itu orang Islam dan imam-iamamnya. Padahal di Indonesia yang orang Muslimnya 200-an juta orang ini tidak dapat langsung disebut orang Islam dengan imam-imamnya. Tempatnya di mana, dalam keadaan bagaimana dan penyebabnya apa, itu semua harus jelas.
Dalam ketidak jelasan itu kemudian dilontarkan tanda tanya- tanda tanya yang tidak jelas pula. Lalu dikaitkan dengan pengandaian mayoritas- minoritas, kalah-menang, dan dakwah. Masalahnya lebih tidak jelas lagi.
Yang namanya kebenaran itu tidak tergantung dengan mayoritas dan minoritas. Demikian pula kejahatan dan kesesatan, sekalipun Ahmadiyah itu minoritas, maka kejahatan (memalsu kenabian dan membajak-bajak Al-Qur’an dan merusak aqidah Islam) tetap merupakan kejahatan yang amat besar.
Apakah karena mereka minoritas, kemudian tidak boleh diberantas kejahatannya? Apakah ada orang Ahmadiyah yang ditelanjangi lalu disunduti api seluruh tubuhnya? Dan kalau ada, apakah sudah dtelusuri siapa pelakunya dan apa sebabnya serta apa maksud di balik itu dan aneka rangkaiannya?
Sebenarnya justru kekerasan lewat kata-kata yang ditulis secara serampangan oleh Tuan A Mustofa Bisri itu lebih keras ketimbang perilaku mereka yang Tuan A Mustofa Bisri kecam itu. Karena skalanya hanya terbatas, dan sudah jelas sasarannya yaitu benda orang Ahmadiyah di tempat tertentu, yang Ahmadiyah itu sendiri kejahatannya dalam agama sudah jelas. Sementara itu kecaman Tuan A Mustofa Bisri ini melontar tak keruan ke mana-mana, skalanya tak terbatas, sasarannya pun melebar luas, tidak ditujukan kepada orang-orang tertentu secara terbatas.
Seandainya niatnya untuk memperbaiki umat Islam, tampaknya niat itu tinggal niat. Dan seandainya ada maksud-maksud lain, Allah lah yang lebih tahu.
Yang jelas lontaran yang ditulisnya itu bukan pula sikap tawadhu’ seperti yang dia sendiri sarankan, karena sasarannya tidak terbatas dan masalahnya pun belum jelas. Adapun sikap adil yang sejak awal dia sarankan, justru dari awal pula telah dia langgar. Maka benarlah nasihat nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam:
30 حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ …
30 Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Kiamat, maka hendaklah dia berkata hanya perkara yang baik atau diam_ (HR Muttafaq ‘alaih).
Untuk mendapatkan gambaran bagaimana sikap A Mustofa Bisri dalam menghadapi masalah yang berkaitan dengan Islam, mari kita tengok di antara ungkapan A Mustafa Bisri ketika diwawancarai untuk menanggapi sebelas fatwa hasil Munas VII Majelis Ulama Indonesia (MUI) akhir bulan Juli 2005:
Bagaimana pandangan Anda tentang haramnya pluralisme, liberalisme, dan
sekularisme agama?
Paham itu kan gagasan (ide) dan isme itu pemikiran. Saya kira,
menghukumi pemikiran, selain tidak lazim, juga sia-sia. Itu sama saja dengan
melarang orang berpikir. Mestinya, pemikiran harus dilawan dengan
pemikiran juga. Kecuali bila pemikiran itu diejawantahkan dalam tindakan yang
merusak dan merugikan orang banyak. Kalau sudah demikian, yang
berwenang mengambil tindakan adalah pemerintah.
Jadi, kalau pemikirannya sendiri, gagasan-gagasan, tidak bisa
diharamkan. Kalau Sampean punya gagasan akan menzinahi bintang film, ia baru
haram kalau Anda laksanakan. Kalau masih gagasan, tidak apa-apa. (Novriantoni
dari Kajian Islam Utan Kayu (KIUK) mewawancarai pengasuh PondokPesantren Raudlatut Thalibin, Rembang, KH Mustofa Bisri, Kamis (4 Agustus 2005) lalu mengenai dampak fatwa itu).
Itulah ungkapan A Mustofa Bisri, dalam rangka membela sepilis (sekulerisme, pluralisme agama, dan liberalisme) dia berani berkata:
Kalau Sampean punya gagasan akan menzinahi bintang film, ia baru haram kalau Anda laksanakan. Kalau masih gagasan, tidak apa-apa.
Perkataan A Mustofa Bisri itu coba kita bandingkan dengan sabda Nabi shallallahu ‘alahi wasallam :
1550 حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ حَظَّهُ مِنَ الزِّنَا أَدْرَكَ ذَلِكَ لَا مَحَالَةَ فَزِنَا الْعَيْنَيْنِ النَّظَرُ وَزِنَا اللِّسَانِ النُّطْقُ وَالنَّفْسُ تَمَنَّى وَتَشْتَهِي وَالْفَرْجُ يُصَدِّقُ ذَلِكَ أَوْ يُكَذِّبُهُ *
1550 Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Nabi shallallahu ‘alahi wasallam bersabda: Allah subhanahu wata’ala telah mencatat bahwa anak Adam cenderung terhadap perbuatan zina. Keinginan tersebut tidak dapat dielakkan lagi, di mana dia akan melakukan zina mata dalam bentuk pandangan, zina mulut dalam bentuk pertuturan, zina perasaan yaitu bercita-cita dan berkeinginan mendapatkannya manakala kemaluanlah yang menentukannya berlaku atau tidak * (Muttafaq ‘alaih).
Dari hadits yang shahih ini maka benarlah sabda Nabi saw, dan dustalah A Mustafa Bisri yang berani mengatakan: “Kalau Sampean punya gagasan akan menzinahi bintang film, ia baru haram kalau Anda laksanakan. Kalau masih gagasan, tidak apa-apa.”
Kalau dia mau berfikir sedikit saja, tentu akan tahu. Misalnya orang menulis-nulis atau menyiarkan kepada umum bahwa mencuri harta orang ataupun isteri orang itu boleh-boleh saja. Karena harta dan wanita itu ibarat air dan rumput, siapa saja boleh mengambil dan menggunakannya. Gagasan yang disiarkan kepada umum seperti itu apakah tidak apa-apa selagi belum dipraktekkan? Apakah itu tidak boleh dihukumi haram, tidak boleh dilarang karena baru berupa gagasan yang diedarkan, belum dilaksanakan? Apakah baru salah ketika dilaksanakan dengan menzinai isteri Tuan? Kalau baru gagasan berupa bujukan untuk menzinai isteri Tuan, maka walau disiarkan bolehnya menzinai, tidak Tuan apa-apakan, asal tidak dilakukan zina betulan, baru penyebaran bolehnya dizinai?
Yang dilakukan kaum sepilis bukan sekadar gagasan terpendam dalam batin yang tak dikeluarkan dan tak disiarkan. Tetapi adalah gagasan-gagasan busuk yang menjeru-muskan dan merusak aqidah Islam diwujudkan dalam propaganda yang luar biasa lewat aneka sarana.
Perkataan dusta A Mustofa Bisri (“Kalau Sampean punya gagasan akan menzinahi bintang film, ia baru haram kalau Anda laksanakan. Kalau masih gagasan, tidak apa-apa.”) itupun masih pula untuk menohok fatwa MUI yang mengharamkan sepilis(sekulerisme, pluralisme agama, dan liberalisme) demi membela sepilis yang merusak aqidah Islam itu.
Rupanya bukan hanya angan-angannya yang jorok, namun angan-angan itupun diwujudkan dengan nyata yaitu membela Inul Daratista yang dipersoalkan umat karena ulahnya yang erotis, yaitu yang disebut joget goyang ngebor. Pembelaan A Mustofa Bisri itu diujudkan dengan membuatlukisan dinamai BERZIKIR BERSAMA INUL,sebuah bentuk pembelaannya atas GOYANG NGEBOR INUL. Yaitu lukisan perempuan berjoget goyang-goyang dengan menonjolkan (maaf) pantatnya di tengah lingkaran lelaki yang berdzikir.
Demikianlah adanya. Ahmadiyah dibela, sepilis pun dibela, goyang maksiat juga dibela, sedang fatwa MUI dibantah-bantah sekenanya. Pemimpin pesantren kok seperti itu lakonnya. Mudah-mudahan saja lekas sadar.
Foto: Warta Kota
Yaa.. mungkin bagi admin, Bpk Mustafa Bisri dianggap gangguan, maka perlunya untuk mengkritik Musta Bisri sedemikian “keras”, sehingga disangkutpautkan kepada menantunya. Semoga upaya kita mendekatkan diri pada Allah tidak dikotori dengan menyimpan kebencian terhadap orang lain. Aamiin
Situs berita ini diawaki siapa atau apa sih…???
Jika manusia,
aq mengajak mu … Manusiakanlah manusia itu
Mengapa kamu kok meributkan pemikiran Gus Mus yang memanusiakan manusia melalui nalar pemikirannya
Gus Mus … Nggak perlu pembela
aq hanya sayang kamu
ayo mbarokahi ilmu dan umur mu untuk memanusiakan manusia
itu saja
Tetaplah jadi manusia,mengertilah manusia dan manusiakanlah manusia …
Menantunya aja ulil absar si orang JIL
lebay
Gus Mus maksudnya sdh benar, cuma forum & artikel ini aja yg ngawur menanggapi komentar beliau. Jika ahmadiyah salah, pantaskah kita menghakimi dgn membabi buta kaya preman?? Itukah akhlak kita orng muslim. Sy yakin maksud gus mus adalah melakukan pendekatan yg halus sesuai akhlak orng muslim, membimbing mereka kembali ke jalan Allah, tdk dengan rusuh dan kekerasan. Artikel ini kaya propaganda dan sifatnya mengajak umat untuk berbuat onar..
ahmadiyah gadiani (bukan Lahore) memang diluar Islam. tapi apa yang disampaikan oleh situs nahi mungkar ini syarat dengan kemungkaran. karena berdeasarkan kebencian, anti pati pada suku atau ras tertentu, lalu salah me labeln ya, sangat berbahaya hanya akan memancing tindakan balasan dari yang dilecehkan. kalau diteruskan cara pandang seperti ini, tunggu kehancurannya.
dasar kiyai kaga mutu, sama persis kaya gus dur, kiyai keblinger, coba anda renungkan, sumbangsih apa yang telah anda berikan pada negara ini?jawabannya adalah NOL BESAR. yang bisa anda berikan hanyalah pernyataan pernyataan bodoh.
selama yang disakiti adalah diri pribadi, beliau tidak marah.. tetapi bila syariat di langgar, hak-hak Allah dilecehkan, maka beliau akan marah. sayangi agama kalian.. peluk dengan erat.. jangan sampai diam bila dilecehkan!!
Memang beda antara islam jahiliyah dan islam rohmah
Tegas!!!! tetapi tidak keras
Kalo kekerasan tanpa alasan yg jelas, sy jg tdk setuju 1000%. Tp utk kasus Ahmadiyah, ini adlh PENISTAAN AGAMA ISLAM, dan wajib kita perangi aqidahnya. Kalo Ahmadiyah mengaku bukan Islam, ya..kita tdk berhak memeranginya. Yg salah, karena Ahmadiyah mengaku Islam tp aqidahnya SESAT DAN MENYESATKAN, dan disebarkan ke kaum muslim lagi !!! Waspada wahai Saudara2ku, Kaum Kafir dan antek2nya tidak akan tenang sampai kalian mengikutanya. Allah telah mengatakan hal itu dan yakinlah bhw firman Allah SWT PASTI BENAR !!!
pokoknya ajaran yang tdk jelas menyelisihin dari sunah nabi dan alquran jelas itulah sesat.
ini bukan negara islam..kekerasan bukanlah jalan untuk menyelesaikan masalah..perlunya memahami islam dengan menyeluruh bukan hanya kulitnya..islam damai lebih baik dari pada islam kekerasan
Ente ini kalo Nabinya dilecehkan apa mau membela ? yang setiap saat kita berselawat ? gue nggak tahu kulit atau isi tapi kalo Islam dilecehkan yah…harus marah …ente itu nggak punya Wala' kali
betul, betul, betul, luruskan mereka ke jalan yang benar
Nabi sendiri ketika diludahi dan dilempari seorang yahudi tiap lewat depan rumahnya tetap santun dan tidak mengandalkan kekerasan, bahkan ketika seorang yahudi tersebut sakit, nabi langsung menengoknya. jadi sikap anarkis yg dilakukan sekelompok orang yg mengaku muslim itu sesuai dengan apa yang nabi ajarkan apa tidak ya? harusnya kalau ada orang yang kesasar, keliru atau salah ya diluruskan supaya kembali kejalan yang benar, tidak dengan cara kekerasan, karena islam itu agama damai, rahmat bagi seluruh alam. Semoga baik Ahmadiyah maupun yang menyerang ahmadiyah sama-sama dibukakan petunjuk kejalan yang benar oleh Allah SWT. Amin
astaghfirullah… malah pada ribut, mencari pembenaran masing2.. maksud gus mus, mgkin cara menunjuk'kan jalan yg benar pd org yg tersesat adalah bukan dgn kekerasan, tp dgn cara2 yg halus.. ini negara hukum bung, sbg org beragama, melanggar hukum itu saja sudah salah..
alhamdulilah…ada yg membenarkan sudut pandang yg keliru…semoga kekliruan ini bisa dipahami semua pihak.amin
Ck ck ck,,apa dan bagaimana ya hati dan otot pikiran orang2 yang isinya penuh kebencian dan pembenaran sepihak,,,pasti ototnya tegang terus..n gak bakal merasakan ketenangan jiwa…lagi2 NU yang kena…buku2 yg ditulis oleh pak Hartono juga banyak mencla NU ,,gak malu napa pak? teman2 anda kan banyak dari NU juga….
dulu nabi Muhammad dikejar-kejar akan dibunuh oleh kaum kafir yg sesat, sekarang saatnya kita balas dendam, kita buru dan bunuh mereka yg sesat haha…
Tingkat pemahaman seorang hamba terhadap Sang Kholiq nya, itulah yang menjadikan buah tindakan seorang hamba tersebut terhadap alam semesta disekelilingnya.
Kalau kita memahami bahwa segala sesuatu yg terjadi di alam semesta ini semua seijinNYA, berarti sesuatu yang buruk ataupun baik semua terjadi pasti seijin ALLAH SWT.Betul?mis:gempa bumi, tsunami…itu terjadi pasti seijin ALLAH SWT, tidak peduli kita susah atau senang mendapat bencana tsb.Begitu pula dengan perbedaan yang ada saat ini, pasti juga seijinNYA,berarti apa?….dan siapa yang salah dalam hal ini..? Ya ga ada,KEBENARAN hanya milik ALLAH.Bukan milik siapapun kecuali DIA.
untuk yuni; mohon anda berpikir jernih menempatkan Islam dalam konteks yang benar, jangan menafsirkan sepotong-sepotong akibatnya komentar anda terasa hambar, ngambang, cenderung dipaksakan… Anda harus bercermin dalam cermin yang bening agar kelak anda tidak menyesal sebagai pemeluk Islam. untuk hizburrahman, anda salah kamar… mohon anda jujur pada diri sendiri jangan bawa2 NU yang anda klaim serampangan… ini masalah ALIRAN SESAT AHMADIYAH !!!!
wong jelas sesat dan menyesatkan kok masih aja dibela..PATUT DITANYA DIA ISLAM APA BUKAN.
Gitu ajah repot !!! Pak, kalau mau bela, coba belain orang-orang yang jelas-jelas kelaparan lalu diberi bantuan kemudian diajak taat kepada Yang Maha Pencipta. Karena, mereka lapar tidak punya pendidikan lalu mau saja kemudian masuk agama seperti agama yang memberi bantuan entah itu makanan, pakaian dan sembako.
Atau bantuan kita dech… do'ain… agar jadi pinter seperti bapak. Tapi tidak pintar bela-bela yang tidak pantas dibela toh…
Matur nuwun…. Mohon maaf. Kami juga do'ain semoga bapak lebih arif dan lebih tawadhu dan tetap istiqamah.
'Minta petunjuk' Gan, siapakah orang bijak di negeri kita? Ane orang awam,maap…
Ini bukan masalah minoritas dan mayoritas tapi masalah penistaan agama, lah si mustofa bisri neh malah marah kalo penghina islam dihina tapi ga marah kalo islam dihina… Orang2 NU emang banyak jadi biang pelaku kesesatan, bid'ah dan kemusyrikan, penjaga kemungkaran, pencegah jihad, pembela kebatilan.. Makanya kalo anda penjahat, tukang maksiat, penyebar ajaran sesat, datanglah ke NU, terutama Gus dur, mustofa bisri, dan ulil abshar, maka anda akan dibela, karena sesama orang sesat dan pelaku kemungkaran memang harus saling membela
Lebih baik berdialog pak Hizburrahman daripada menghujat satu golongan atau orang tertentu. Yg jelas akan lebih ketemu titik permasalahan dari setiap sikap yg di ambil.
Aduh pak, ini bukan lagi masalah benar dan salah. Taruhlah Ahmadiyyah sesat. OK/ Benar, Ahmadiyyah memang sesat, dari sudut pandang Anda, dan anda harus berpikir demikian karena memang sudah seharusnya Anda berpikir demikian.
Mungkin Bapak Mustofa Bisri hanya mencoba membela minoritas, karena orang Islam di Indonesia selama ini udah terlalu kalap merasa jadi mayoritas. Merasa benar sudah pasti harus, itulah inti dari beragama, tapi bagaimana dengan keangkuhan sebagai mayoritas?
Perlakukanlah dengan adil. Ahmadiyyah memang sesat, (Sekali lagi dari sudut pandang Anda), tapi mereka bukan orang jahat. Mereka berpraktik seperti itu bukan karena iseng ingin mengacau Islam dan mendapat keuntungan dari itu. Mereka itu mencari Tuhan, dan dalam jalan mencari Tuhan, banyak sekali godaan atau jalan yang sangat berbahaya dan menjerumuskan.
Kalau anda merasa meresa sesat, pandanglah mereka sebagai saudara yang ter'sesat' (sekali lagi nih, sudut pandang Anda) bukan memberi ultimatum atau penyerbuan yang AMIT-AMIT sangat memalukan. Apalagi dilihat dari mata dunia.
Anda wajib menyampaikan kebenaran dengan cara yang baik pula. Persuasif. Intelek. Dan ini sangat-sangat berbeda denga kompromi.
Di luar sana, di negara di mana Islam jadi minoritas, ulama sibuk dan berusaha mengkampanyekan dan membuktikan bahwa Islam itu agama damai. Tapi lihat bagaimana Islam memperlakukan minoritas? Orang Indonesia sebagai negara dengan umat Islam mayoritas ngga pernah bisa jadi contoh. Padahal kita punya potensi yang sangat baik untuk itu.
Anda menyebut berita itu sepotong. Begitulah berita itu ditayangkan di luar negri. Sepotong, dahsyat, dahsyat mencoreng muka.
Dan lihatlah Anda, siapa yang anda bela.
Jadilah contoh. Jadilah perintis. Dan kalo orang jawa bilang, "tepakno awakmu dewe ndhisik", maksudnya, "bayangkanlah dirimu yang mendapat perlakuan serupa" dalam konteks sebelum berbuat sesuatu.
Kurang lebihnya mohon maaf. Tabik.
Semoga kita semua lekas sadar.