Orang Ini Blusukan ke Gereja dan Telah Beri Izin 300 Tempat Penyembahan Non Islam, Per Tahun 60 Izin Dia Terbitkan Demi Non Muslim
“Janganlah kalian memasuki tempat ibadah orang kafir pada saat mereka sedang merayakan hari agama mereka, karena kemarahan Allah akan turun kepada mereka.”
{ تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْ فَوْقِهِنَّ وَالْمَلَائِكَةُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِمَنْ فِي الْأَرْضِ أَلَا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ} [الشورى: 5]
“Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atasnya (karena kebesaran Allah) dan malaikat-malaikat bertasbih memuji Tuhannya dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi. Ingatlah, sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS asy-Syura: 5)
{تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا (90) أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا} [مريم: 90، 91]
“Hampir saja langit pecah dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh (karena ucapan itu) karena mereka menganggap Allah Yang Maha Pengasih mempunyai anak,” (QS Maryam: 90-91).
Supaya ga’ banyak yang tanya nih di share dah ayatnya, kalo masih tanya juga berarti OON —
***
Republika memberitakan, Emil Keluarkan Izin 300 Rumah Ibadah Non-Muslim
Bahkan, Wali Kota Bandung, M Ridwan Kamil selama lima tahun, ia telah memberikan izin untuk 300 rumah ibadah non-Muslim.
“Itu jumlah terbanyak di Indonesia. Artinya, 60 bangunan ibadah per tahun kami izinkan,” ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil saat memberikan sambutan di acara Pemberian Penghargaan kepada Ridwan sebagai tokoh penggerak pluralisme. Penghargaan tersebut diserahkan oleh Maruarar Sirait pada acara Natal Pemuda-Pemudi Kristen Bandung Raya, Sabtu malam (28/1). / www.republika.co.id Ahad , 29 Januari 2017, 09:28 WIB
***
Pluralisme Agama mengembalikan kepada kemusyrikan
by Nahimunkar.com, 20 Oktober 2013
Oleh Hartono Ahmad Jaiz
Apa itu inklusivisme?
Inklusivisme itu adalah faham yang berbahaya bagi Islam. Apa itu inklusivisme? Berikut ini penjelasan dari pihak mereka sendiri:
Yang dikembangkan dalam Islam Liberal adalah inklusivisme dan pluralisme.
Inklusivisme itu menegaskan, kebenaran setiap agama harus terbuka. Perasaan soliter* sebagai penghuni tunggal pulau kebenaran cukup dihindari oleh faksi inklusif ini. Menurutnya, tidak menutup kemungkinan ada kebenaran pada agama lain yang tidak kita anut, dan sebaliknya terdapat kekeliruan pada agama yang kita anut. Tapi, paradigma ini tetap tidak kedap kritik. Oleh paradigma pluralis, ia dianggap membaca agama lain dengan kacamata agamanya sendiri.
Sedang paradigma plural (pluralisme): Setiap agama adalah jalan keselamatan. Perbedaan agama satu dengan yang lain, hanyalah masalah teknis, tidak prinsipil. Pandangan Plural ini tidak hanya berhenti pada sikap terbuka, melainkan juga sikap paralelisme. Yaitu sikap yang memandang semua agama sebagai jalan-jalan yang sejajar. Dengan itu, klaim kristianitas bahwa ia adalah satu-satunya jalan (paradigma eksklusif) atau yang melengkapi jalan yang lain (paradigma inklusif) harus ditolak demi alasan-alasan teologis dan fenomenologis (Rahman: 1996). Dari Islam yang tercatat sebagai tokoh pluralis adalah Gus Dur, Fazlurrahman (guru Nurcholish Madjid, Syafi’I Ma’arif dll di Chicago Amerika, pen), Masdar F Mas’udi, dan Djohan Effendi. (Abdul Moqsith Ghazali, Mahasiswa Pascasarjana IAIN Jakarta, Media Indonesia, Jum’at 26 Mei 2000, hal 8). (Lihat Hartono Ahmad Jaiz, Tasawuf, Pluralisme dan Pemurtadan, Pustaka Al-Kautsar, Jakrta, cetakan pertama, 2001, hal 116-117).
Inklusivisme itu menganggap ada kebenaran pada agama lain yang tidak kita anut, dan sebaliknya terdapat kekeliruan pada agama yang kita anut. Itu jelas meragukan benarnya Islam, maka di situlah rusaknya keislaman seseorang ketika sudah meragukan benarnya Islam; berarti dia telah keluar dari Islam alias murtad.
Bagaimana bisa terjadi, MUI Bali kok pernah mengundang orang (yakni Eep Sefulloh Fatah) untuk diangsu (diambil) ilmunya, padahal anjuran darinya justru mengandung masalah yang sangat berbahaya bagi Islam.
Ada ungkapan-ungkapan Eep yang berbahaya di antaranya:
- MUI yang telah berfatwa Juli 2005 tentang haramnya faham sepilis (sekulerisme, pluralisme agama alias menyamakan semua
agama, dan liberalisme) –yang di antara dedengkotnya adalah Ulil— malah Eep menyarankan agar MUI menghormati Ulil. Ini sama dengan membiarkan MUI pusat mengeluarkan fatwanya, namun Eep cukup menggerilya MUI daerah seperti yang ia lakukan terhadap MUI Bali itu. - Eep menganjurkan bersikap inklusif, dengan menagatakan: “Jadi menurut saya yang terpenting adalah bersikap inklusif dengan ketegasan tertentu yang kita yakini, jangan bersikapeksklusifdengan ketegasan yang kita yakini.” Perkataannya itu
berbahaya, karena inklusivisme itu adalah faham yang berbahaya bagi Islam.
https://www.nahimunkar.org/eep-ajak-mui-bali-hormati-ulil/
*so·li·ter /solitér/ a secara menyendiri atau sepasang-sepasang, tidak secara kelompok (tt pola hidup organisme di alam) (KBBI)
***
Inti faham inklusivisme: tidak menutup kemungkinan ada kebenaran pada agama lain yang tidak kita anut, dan sebaliknya terdapat kekeliruan pada agama yang kita anut.
Bagi Islam, faham itu adalah faham kufur alias ingkar terhadap Islam, pelakunya disebut kafir. Karena telah mengingkari mutlak benarnya Islam yang telah ditegaskan dalam Al-Qur’an:
ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (٢)
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.” (QS Al-Baqarah:2).
Lebih dari itu, ketika inklusivisme meningkat jadi faham pluralism agama maka jelas sangat bertentangan dengan Islam. Karena menurut faham pluralisme agama, klaim bahwa ia (suatu agama, bagi muslim ya Islam) adalah satu-satunya jalan (paradigma eksklusif) atau yang melengkapi jalan yang lain (paradigma inklusif) harus ditolak demi alasan-alasan teologis dan fenomenologis.
Penolakan (terhadap aqidah Islam yang menegaskan Islam adalah satu-satunya jalan yang benar) itu sama dengan menolak Islam. Karena dalam Islam telah jelas :
{وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ} [آل عمران: 85]
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS Ali ‘Imran/3 : 85).
Menolak Islam itu sendiri adalah kufur, orangnya disebut kafir. Nasib orang kafir telah dijelaskan, kekal di neraka Jahannam selama-lamanya.
{إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ } [البينة: 6]
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (QS Al-Bayyinah/ 98 : 6).
Jadi faham inklusivisme dan pluralisme agama itu adalah faham kufur yang sangat berbahaya bagi Islam. Menjadikan keyakinan Tauhid diganti dengan kekufuran. Bahkan masih ditingkatkan lagi dengan faham yang mereka sebut multikulturalisme, yang itu sama dengan pluralism agama, hanya saja semua kultur dianggap sejajar, parallel, dan tidak boleh ada yang mengklaim bahwa hanya kulturnya sendiri saja yang benar. Ketika demikian maka dianggap sumber konflik. Padahal, agama (Islam) hanya dianggap sebagai sub kultur, bagian dari kultur atau bagian dari budaya. Sehingga ketika Islam jelas-jelas ajarannya mengklaim sebagai satu-satunya yang benar (mereka sebut eksklusivisme itu tadi) maka dianggapnya sumber konflik, maka dianggap sebagai musuh bersama. Itulah jahatnya faham multikulturalisme
- Kata multikulturalisme ini digunakan kelompok liberal sebagai usaha untuk tetap menyesatkan umat Islam yang mulai mengerti sesatnya pluralism dan pernah difatwakan sesat oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dan faham pluralism agama itu ditolak ormas-ormas Islam.
- Celakanya multikulturalisme ini sudah masuk ke kurikulum pendidikan agama Islam dari SD, SMP hingga SMA.
Yang cukup mencengangkan, pihak Kementerian Agama (Kemenag) sendiri justru sudah menerbitkan buku mengenai multikulturalisme ini. Salah satu judul buku Kemenag ini adalah“Panduan Integrasi Nilai Multikultur Dalam Pendidikan Agama Islam Pada SMA dan SMK.”(lihat Multikulturalisme Sama Bahayanya dengan Pluralismehttps://www.nahimunkar.org/multikulturalisme-sama-bahayanya-dengan-pluralisme/)
Apa bahayanya ?
Bahayanya, tiga faham tersebut (inklusivisme, pluralisme agama, dan multikulturalisme) itu adalah semua menolak Islam yang menegaskan hanya Islam lah yang benar, yang diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala, yang pemeluknya yang beriman dan beramal shalih ikhlas untuk Allah maka dijanjikan surga oleh Allah Ta’ala. Penolakan itu adalah kekafiran. Bahkan kemusyrikan. Karena dalam riwayatnya, orang Majusi yang menolak haramnya bangkai lalu dibisikkan kepada kafir Quraisy agar membantah Islam tentang itu, kemudian dijawab oleh Allah Ta’ala :
{وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ} [الأنعام: 121]
..dan jika kamu menuruti mereka, Sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik. (QS Al-An’am : 121).[i]
Ketika yang dibantah itu hanya satu bagian dari hukum Islam yakni haramnya bangkai saja ternyata bila diikuti maka menjadi orang-orang musyrik ; apalagi kalau yang dibantah itu seluruh Islam, disamakan dengan agama lain, maka jelas-jelas lebih nyata jadi orang musyrik. Dan itulah yang dilakukan oleh faham inklusivisame, pluralisme agama, dan multikulturalisme. Jadi tidak lain hanyalah kemusyrikan baru yang sangat dahsyat, namun karena istilahnya bukan dari Islam, maka Umat Islam banyak yang tidak tahu dan tidak menyadari bahwa inklusivisme, pluralisme agama, dan mukltikulturalisme itu adalah kemusyrikan baru..
Ketika yang dikembangkan di pendidikan tinggi Islam se-Indonesia, bahkan kini ementerian Agama telah membuat panduan buku mutikulturalisme dalam apa yang disebut “Panduan Integrasi Nilai Multikultur Dalam Pendidikan Agama Islam Pada SMA dan SMK.” Maka sebenarnya yang dilakukan oleh Kementerian Agama dan juga perguruan tinggi Islam se-Indonesia adalah pemusyrikan. Maka benarlah buku Hartono Ahmad Jaiz berjudul Ada Pemurtadan di IAIN. Maksudnya adalah di perguruan-perguruan tinggi Islam di Indonesia. Bahkan kini Kementerian Agama sudah menggarap sampai tingkat SMA dan SMK. Sehingga, namanya pendidikan (Islam) namun sejatinya pemusyrikan. Maka tidak mengherankan, di antara tokohnya seperti Azyumardi Azra yang kini jadi Kepala Sekolah Pasca Sarjana UIN Jakarta telah bangga dengan biografinya yang jelas-jelas menuturkan pembelaannya terhadap agama musuh Islam yakni Ahmadiyah.(lihat Azra “Jawara” Pembela Ahmadiyah Agama Nabi Palsu https://www.nahimunkar.org/azra-jawara-pembela-ahmadiyah-agama-nabi-palsu/ )
Betapa memprihatinkannya.
Kenapa?
Karena pemusyrikan baru yang dilancarkan di dalam pendidikan Islam di Indonesia dengan nama inklusivisme, pluralism agama, dan multikulturalisme itu menurut Al-Qur’an adalah lebih dahsyat bahayanya dibanding pembunuhan fisik. Karena kalau seseorang itu yang dibunuh badannya, sedang hatinya masih beriman (bertauhid), maka insya Allah masuk surga. Tetapi kalau yang dibunuh itu imannya, dari Tauhid diganti dengan kemusyrikan baru yakni inklusivisme ataupun pluralism agama, ataupun multikulturalisme, maka masuk kubur sudah kosong iman tauhidnya berganti dengan kemusyrikan; maka masuk neraka. Hingga ditegaskan dalam Al-Qur’an:
وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ [البقرة/191]
dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan. (QS Al-Baqarah: 191)
وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ [البقرة/217]
Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. (QS Al-Baqarah: 217).
Arti fitnah dalam ayat ini adalah pemusyrikan, yaitu mengembalikan orang mu’min kepada kemusyrikan. Itu dijelaskan oleh Imam At-Thabari dalam tafsirnya:
عن مجاهد في قول الله:”والفتنة أشدُّ من القتل” قال: ارتداد المؤمن إلى الوَثن أشدُّ عليه من القتل. –تفسير الطبري – (ج 3 / ص 565)
Dari Mujahid mengenai firman Allah وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ ia berkata: mengembalikan (memurtadkan) orang mu’min kepada berhala itu lebih besar bahayanya atasnya daripada pembunuhan. (Tafsir At-Thabari juz 3 halaman 565).
Itulah betapa dahsyatnya pemusyrikan yang kini justru digalakkan secara intensip dan sistematis di perguruan tinggi Islam se-Indonesia, bahkan sudah dilancarkan pula ke sekolah-sekolah.
Relakah generasi Muslim yang menjadi mayoritas penduduk Indonesia bahkan merupakan penduduk yang jumlah Muslimnya terbesar di dunia ini dibunuhi imannya secara sistematis dijadikan pelaku-pelaku kemusyrikan baru dengan sebutan inklusivismer, pluralism agama, dan multikulturalisme itu?
Relakah generasi dan anak-anak Muslim se-Indonesia ini dijerumusukan oleh para pembawa ajaran kemusyrikan baru itu?
Dan relakah negeri ini menyedot uang dari rakyat (ingat, 70 persen penghasilan Negara adalah dari pajak, dan itu tentu disedot dari penduduk) yang mayoritas Muslim namun justru untuk membiayai perusakan iman Umat Islam diganti dengan kemusyrikan baru yang akan menjerumuskan ke neraka kekal selama-lamanya?
Relakah wahai saudara-sauadara?
[i] تحفة الأحوذي (7/ 391)
ثُمَّ ذَكَرَ رِوَايَةَ الطَّبَرَانِيِّ عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : لَمَّا نَزَلَتْ { وَلَا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرْ اِسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ } أَرْسَلَتْ فَارِسٌ إِلَى قُرَيْشٍ أَنْ خَاصِمُوا مُحَمَّدًا وَقُولُوا لَهُ لِمَا تَذْبَحُ أَنْتَ بِيَدِك بِسِكِّينٍ فَهُوَ حَلَالٌ وَمَا ذَبَحَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بشمشير مِنْ ذَهَبٍ يَعْنِي الْمَيْتَةَ فَهُوَ حَرَامٌ فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ { وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ إِلَى أَوْلِيَائِهِمْ لِيُجَادِلُوكُمْ وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ } أَيْ وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ مِنْ فَارِسَ لَيُوحُونَ إِلَى أَوْلِيَائِهِمْ مِنْ قُرَيْشٍ .
(nahimunkar.com)
opas-edit tulisan dari anak muda – Reza Yorghi Resadita
“Bantahan tentang pandangan pluralisme”
Kutipan:
“Sejak masih bayi saya didoktrin bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar.
Saya mengasihani mereka yang bukan muslim, sebab mereka kafir dan matinya masuk neraka.
Ternyata,
Teman saya yang Kristen juga punya anggapan yang sama terhadap agamanya. Mereka mengasihani orang yang tidak mengimani Yesus sebagai Tuhan, karena orang-orang ini akan masuk neraka, begitulah ajaran agama mereka berkata”
————————————
Kenapa merasa kasihan ?
Standar Islam itu bukan soal kasihan atau tidak kasihan.
Lalu kalau ada non Muslim meyakini Islam sesat, apa gak tersinggung ?
Gak! kita punya akal! Komparasi saja.
Kenapa untuk menghargai pemeluk agama lain harus dengan pluralisme, membenarkan semua agama ?
Kenapa menghargai orang lain harus berarti membenarkan semua orang ? Apakah mengatakan orang lain salah adalah bentuk tidak menghargai orang lain ?
Saya meyakini hanya Islam yang benar dan agama lain salah, apakah ini berarti saya tidak punya rasa kasihan ?
Apa hubungannya antara ‘kasihan’ dengan meyakini Islam yang menyatakan hanya dirinya yang benar dan yang lain salah ?
Meyakini yang benar adalah benar dan meyakini yang salah adalah salah, itu hal yang wajar bukan ?
Dalam Islam, orang² eksternal istilahnya ‘kafir’.
Dalam Kristen, orang² eksternal istilahnya ‘domba tersesat’. Kenapa harus marah dengan terminologi² ini ? Kan semua agama punya istilah internal-eksternal masing². Kenapa harus baper ?
Saya meyakini Islam benar dan Kristen salah, ada yang merasa tidak dihargai dengan statement ini ? Jadi saya harus meyakini Kristen benar juga ? Kok bisa ?
Apa yang diluar Islam merasa butuh untuk agamanya saya yakini sebagai benar ? Ini pemaksaan namanya. Intoleran Bro.. Sist. Pluralisme jadi gagasan paling intoleran, memaksa saya untuk membenarkan yang saya yakini salah.
Guru punya murid, guru kasih tes, apakah guru harus membenarkan seluruh jawaban siswa agar jadi guru yang baik ? Kok aneh sih ?
“Nak, jawabanmu salah, ini yang benar” | “Kok ibu guru intoleran sih” | #pluralisme
Urusan menghargai, urusan kasihan atau tidak kasihan, gak ada hubungannya dengan meyakini benar atau salah. Menghargai orang lain adalah respon terrhadap orang lain, baik ketika orang lain kita yakini salah atau pun benar.
Kenapa harus tersinggung ketika Muslim meyakini agama lain salah ? Kami harus meyakini agama2 lain benar, baru kami benar ? Lhoh kok bisa sih ?
Islam menolak pluralisme. Islam satu2nya jalan yang benar, yang lain salah. Al-Kaafiruun tegas menyatakan. Jika Islam menyalahkan yang lain, dan pluralisme membenarkan semuanya. Saya memilih Islam.
Untuk menghargai orang lain atau punya rasa kasihan, saya merasa tidak perlu meyakini bahwa orang lain adalah kebenaran juga.
Saya meyakini Islam satu2nya agama yang benar dan yang lainnya salah, tapi yang saya anggap salah ini kan gak saya pukulin. Ini toleransi, bukan pluralisme.
Saya anti pluralisme, karena gagasan ini sangat intoleran bagi Islam. Dan untuk damai, kita gak butuh pluralisme. Islam sudah buktikan.
Saya shalat (ini benar). Anda ke Gereja (ini salah), tapi ya monggo silahkan ke Gereja. Gak masalah kan ? Apa harus saya bilang ke Gereja adalah benar juga ?
Anda silahkan saja menyebut saya ini domba tersesat yang paling tersesat dari yang tersesat. Rajanya domba tersesat. Gak masalah. Kenapa saya harus tersinggung ?
Anda meyakini hanya Kristen yang benar dan saya Muslim adalah raja domba tersesat, masuk neraka. Bagus, yakinilah itu. Seharusnya memang begitu. Jangan malah mencla-mencle sehingga mengatakan semua benar.
Silahkan Anda meyakini hanya agama Kristen yang benar dan jadilah orang Kristen yang paling kristen sekristen2nya. Gak masalah, gak ngusik Muslim.
Yang Kristen, jadi Kristen yang sangat Kristen. Yang Hindu, jadi Hindu yang sangat Hindu. Begitu pun yang lain. Enak to ?
Islam prinsip saya, Islam standar nilai, ada benar salah. Islam adalah standar rasa saya. Sedih senang marah benci, Islam standarnya.
Pluralisme itu musuh semua agama. Membenarkan semuanya adalah topeng untuk membunuh semuanya.
Kristen yang meyakini bahwa ke Gereja dan ke Masjid adalah sama benarnya, maka akan luntur iman Kristennya. Hindu yang meyakini bahwa mereka yang Nyepi dan mereka yang tidak Nyepi itu sama benarnya, maka akan luntur iman Hindunya.
Saya anti JIL justru untuk membuat suasana agama di Indonesia ini kondusif untuk semua agama. Gerakan #IndonesiaTanpaJIL seharusnya menjadi milik semua agama. Karane pluralisme dan liberalisme destruktif terhadap semua agama.
Pluralisme justru menjadi pemicu konflik, karena pesan intolerannya sangat kuat, terutama terhadap Islam. Pluralisme ini penyakit, yang melunturkan keyakinan pemeluk agama terhadap agamanya, setelah itu giliran liberalisme menghajarnya.
Siapa yang melarang Anda ke Gereja ? Silahkan Anda ke Gereja. Kalau udah ke Gereja, jangan ajak Muslim ikut2an ke Gereja ya. Tiap jam juga boleh ke Gereja. Monggo, asal jangan ajak Muslim.
Ketika menyebut saya domba tersesat, saya santai2 aja kok. Bahkan kalau ada kata yang lebih dahsyat untuk menggambarkan ketersesatan saya, saya siap. Pun begitu seharusnya ketika saya meyakini dan menyebut non Muslim dengan diksi yang sangat sederhana dari Al-Qur’an: “kafir”.
Kenapa harus tersinggung dengan terminologi Al-Qur’an untuk menyebut eksternal Islam ? Ini seperti “domba tersesat” bukan ?
“Yaa ayyuhal kaafiruun, laa ‘abudu ma ta’buduun” … “Lakum dinukum waliyadiin”. Ini surah tentang anti pluralisme.
Surah Al-Kaafiruun adalah surah anti pluralisme, sejak ayat pertama hingga ayat terakhir.
Ayat 1. Rasùlullàh (yang benar), menyapa orang yang salah dengan sebutan, “yaa ayyuhal kaafiruun”, hai orang2 kafir. Ini anti pluralisme.
Kenapa ada terminologi kafir ? Lanjut ayat 2 nya. “Laa ‘abudu ma ta’buduun”. “Aku tidak menyembah apa yang kamu sembah”.
Sebutan kafir karena ada perbedaan yang disembah. Allah dan selain Allah. Ini yang membedakan Muslim dan kafir.
Ditutup dengan penegasan “lakum dinukum waliyadiin” untukmu agamamu dan untukku agamaku. Kita beda, Anda salah, kami benar. Jangan campur aduk.
Kita berbeda, Islam disisi sini (benar) dan kafir disisi sana (salah). Kami Muslim anti pluralisme. Gak masalah kan ?
Mungkin agama lain bisa menerima pluralisme tanpa merasa rugi sedikitpun. Kalau Islam tidak bisa, kami punya prinsip. Hanya Islam yang benar.
Ketika meyakini Islam dan Kristen itu sama2 benar, maka keduanya jadi tidak penting.
Ketika menjadikan cantik sebagai kriteria calon Istri, maka cantik dan tidak cantik itu berbeda, tidak sama, dan penting.
Jika ke Masjid dan ke Gereja itu sama nilainya, maka keduanya tidak penting. Mau ke Masjid atau ke Gereja sama aja.
Bagaimana bisa membenarkan Islam yang haramkan babi tapi juga sekaligus membenarkan Kristen yang halalkan babi ? Bagaimana bisa membenarkan Islam yang menggugat trinitas, tapi sekaligus disisi lain juga membenarkan Kristen yang meyakini trinitas ? Split personality ?
Bagaimana mungkin meyakini Islam yang membenarkan “tiada Tuhan selain Allah” tapi sekaligus membenarkan penuhanan selain Allāh ?
Para pendukung paham pluralisme ini mengalami split personality akut. Membenarkan sesuatu yang saling diametral. Membenarkan “A” tapi juga membenarkan “negasi A”. Ini kekacauan jiwa.
Kata Al-Qur’an, yang bukan Muslim itu kafir dan semua yang kafir masuk neraka. Kok bisa Muslim gak boleh meyakini ini ?
Begitulah ringseknya paham pluralisme, gak ada hubungannya dengan kerukunan pemeluk agama, c ibadah, apalagi tentang kasihan dan tidak kasihan.
Pluralisme adalah agama baru yang justru menihilkan yang lainnya. Pluralisme melunturkan keyakinan pemeluk agama terhadap agamanya. Target utamanya ABG-ABG Muslim yg labil.
Dan gagasan destruktif ini harus dihadang. Jika tidak, negeri ini akan berserak ababil2 korban JIL.
PENGUAT HATI:
Sejak mahasiswa dan sbg kader HMI, saya memahami pluralisme ini adalah pangkal bala lemahnya iman seorang muslim. Makanya, setiap sholat saya senang membaca ayat-ayat QS. 109 (Al-Kaafiruun): 1-6. Ini utk senantiasa sbg pengingat buat saya bahwa sebagai seorang muslim, saya berbeda dengan orang-orang kafir. Dan, utk menguatkan hati, pada rakaat kedua senatiasa saya kunci dg QS. 112 (Al-Ikhlash): 1-4, sbg usaha pemurnian hati ini thd ke-Esaan Allah Swt. Ini adalah tuntunan agama Islam yang saya yakini. InsyaaAllaahu, sampai detik ini saya bukanlah penganut pluralisme. Saya Pancasilais yang sedang berusaha melaksanakan syariat Islam dg ittiba’ (mengikuti sunnah Rasul) sesuai tuntunan-Nya. ?☺
Subhanallah,
Entah kenapa saya lebih suka ideologi anda, mas Hidayat atau pun mas Reza…
Saya bukan orang pinter mas, cuma orang awam yg mencoba menjadi muslim yg baik terhadap sesama… Habluminanas (mohon koreksi)
Bagi saya,
“Mencintai YANG SATU maka tidak harus MEMBENCI yg lain.. .”
Pun juga,
“Mencintai YANG SATU maka tidak SEHARUSNYA mencintai yg lain.. ”
Insha Allah itu yang saya jadikan patokan pribadi saya dalam hidup berdampingan dengan makhluk Allah yg lain…
kalo anda menentang pluralisme, tempat anda bukan di NKRI karena dasar negara kita Pancasila dan UUD’45 secara tegas menyatakan Pluralisme ,saling menghormati sesama pemeluk agama. Memang susah buat muslim utk menjalankan semua yang ada di kitab nya karena Quran mengatur semua kegiatan mulai manusia lahir hingga wafat. Jadi disini lah letak toleransi umat islam dalam menerima pluralisme di NKRI. Jadi kalo teteh keukeuh mau menjalankan sesuai syariat,mungkin anda bisa pindah ke nagara yang menjalankan syariat islam. Di Aceh pun, hukum syariat tdk berlaku buat non muslim. Demikian saran saya
dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan. (QS Al-Baqarah: 191)
Sumber QS surat apa ?
“Janganlah kalian memasuki tempat ibadah orang kafir pada saat mereka sedang merayakan hari agama mereka, karena kemarahan Allah akan turun kepada mereka.” ??
kalau kita mau semua beragama yg sama, pergi ke Saudi Arabia sana, jangan tinggal di Indonesia, karena Indonesia ini negara yg majemuk penduduknya. lagian kalau tinggal di Indonesia yg tdk syariah apa kita masuk neraka walaupun kita muslim beriman. Buka pikiran dan wawasan keagamaan jangan seperti katak dalam tempurung.
Mmbangun tempat ibadah hrs d sesuaikn dgn jumlah umat ny n lokasi pembangunan ny agr tk ada kkcewaan phak lain
Si ridwan ahoker koplak jilid 2 veris si bewok
milih pemimpin itu jangan hanya dari satu sisi, kalo tidak muslim indonesia hanya jadi korban proxy war, jangan anggap enteng proxy war
Benarkah itu terjadi? Apakah benar ada buktinya? Takutnya cuman gosip.
Menggadai aqidah demi jabatan duniawi yg menipu…mending kalau terpilih. Sy berdo’a smg orang ini tdk terpilih jd gubernur Jabar. Dan sy menyerukan umat Islam sejabar utk tdk memilih orang ini.
Na’udzubillah, mereka telah tersesat sejauh-jauhnya.
Mereka inilah orang-orang yang membuat pemahaman baru sesuai kehendak/hawa nafsu mereka, tidak berdasar dan jelas tidak berpengetahuan.
Tegakkan syari’ah Islam, kita hanya menginginkan Quran dan Sunnah!
Dia tahu tugas dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin, dan dia tau warganya bukan saja satu golongan, dia tahu kalau dia pemimpin bagian dari Repoblik indonesia yg harus berlandaskan PANCASILA & UUD 45.
Dia harus menjamin semua warganya aman dan tentram, terutama dalam menjalankan ibadahnya masing masing.
Orang Islam punya aturannya. Jangan mentang2 toleransi tetapi aturan agama sendiri di lawan. Kalau gitu namanya Demi Kafir, Hukum Allah pun diabaikan. Walau negara ini punya hukum tapi di mata ummat Islam yang paling tinggi tetaplah hukum Allah. Jadi kalau mau lakukan sesuatu lihat dulu apakah bertentangan dengan hukum Allah atau tidak? Setelah itu baru lakukan hal sesuai Pancasila.
Aneh ni ridwan kamil, kok bisa ya. Kenapa harus jadi begitu.
Dimanakah iman
Dia tahu tugas dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin, dan dia tau warganya bukan saja satu golongan, dia tahu kalau dia pemimpin bagian dari Repoblik indonesia yg harus berlandaskan PANCASILA & UUD 45.
Dia harus menjamin semua warganya aman dan tentram, terutama dalam menjalankan ibadahnya masing masing.
Semoga Allah berikan hidayah dan berkah kepada Kang Emil apabila beliau mau berubah