Polemik Tahlilan: Jangan Paksa Aku Tahlilan dengan Berita Bohong
Inilah Fatwa Majlis Tarjih Muhammadiyah tentang Tahlilan
Ada polemik soal tahlilan, lalu muncul judul di sangpencerah.com: Jangan Paksa Aku Tahlilan Dengan Berita Bohong
Tulisan itu menyusul tulisan sebelumnya di sangpencerah.com pula yang berjudul: Media Online Oknum NU Yang Suka Hoax dan Memlintir Pernyataan Tokoh Muhammadiyah. (lihat https://www.nahimunkar.org/soal-tahlilan-dinilai-ada-media-oknum-nu-suka-hoax-dan-memlintir/ )
Polemik soal tahlilan tersebut adalah urusan media-media yang sedang berpolemik itu. Namun ada hal yang perlu diketahui, yaitu bagaimana sebenarnya pandangan resmi Muhammadiyah mengenai tahlilan yang kaitannya dengan kematian.
Berikut ini kami kutip fatwa Majlis Tarjih mengenai Tahlilan.
***
Fatwa Muhammadiyah Tentang Tahlilan
Pertanyaan:
Sebagai warga Muhammadiyah walaupun saya ingin menanyakan beberapa hal yang selama ini menjadi ganjalan dalam benak saya:
- Bagaimana sikap resmi PP Muhammadiyah mengenai tradisi Upacara Tahlilan dalam rangkaian upacara kematian?
- Sebagai warga Muhammadiyah bagaimana sikap saya bila diundang dalam upacara tahlilan yang di dalamnya ada jamuan makanannya? (Biasanya makanan tersebut dikumpulkan oleh warga RT/jamaah lalu diserahkan kepada keluarga yang terkena musibah dan selanjutnya dimakan bersama dalam upacara tahlilan tersebut).
- Apa hukumnya bila saya menghadiri undangan tahlilan tersebut dengan alasan untuk kerukunan sebagai warga masyarakat? (Perlu diketahui bahwa, sepengetahuan saya di daerah saya masih banyak para PCM yang menghadiri undangan tahlilan tersebut).
- Apa pula hukumnya makan bersama dalam perjamuan tahlilan tersebut dengan alasan yang meninggal dunia tidak punya anak yatim / anaknya sudah dewasa dan sudah berkeluarga semua serta makanan tersebut berasal dari para jamaah tahlil yang hadir/dari warga RT? (Biasanya hal ini sudah menjadi program RT).
Saya sangat mengharapkan atas jawaban yang memuaskan dan disertai dalil-dalil yang sohih sehingga sebagai warga Muhammadiyah saya tidak ragu-ragu dalam melaksanakan ibadah yang sesuai dengan ajaran Rasulullah saw.
Atas jawabannya saya ucapkan terima kasih.
Jawaban:
Sebelumnya perlu kami sampaikan bahwa pertanyaan yang saudara sampaikan sudah sangat sering ditanyakan dan sekaligus dijawab dalam rubrik fatwa agama ini. Di antaranya adalah seperti yang ditanyakan oleh Saudara Ruslan Hamidi, Moyudan, Sleman (SM No. 11 Th. Ke-88/2003), Ferry al-Firdaus, Cilawu Garut (SM No. 24 Th. Ke-90/2005) Tamrin Mobonggi, Limbato, Gorontalo (SM No. 3 Th. Ke-92/2007). Saudara dapat membaca secara lengkap dalam edisi-edisi Majalah Suara Muhammadiyah sebagaimana yang kami sebutkan.
Namun demikian, tidak ada salahnya kami jelaskan kembali secara ringkas tentang persoalan tahlilan tersebut, agar saudara dapat lebih mudah memahaminya.
Jika yang dimaksudkan tahlil adalah membaca “La Ilaha illa Allah” (tiada Tuhan selain Allah), Muhammadiyah tidak melarang, bahkan menganjurkan agar memperbanyak membacanya, berapa kali saja, untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam al-Qur`an disebutkan:
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلاَ تَكْفُرُونِ
Artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku.” [al-Baqarah (2):152]
Disebutkan pula pada ayat-ayat lain seperti QS. al-Ahzab (33): 41, QS. al-An’am (6): 19, QS. al-Ikhlas (112): 1-4, QS. Muhammad (47): 19.
Perintah berzikir dengan menyebut Lafal Jalalah (La Ilaha illa Allah) dalam hadits-hadits pun banyak diungkapkan, misalnya hadits riwayat Abu Hurairah:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَال: مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشَرَ رِقَابٍ وَكُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيِّئَةٍ وَكَانَتْ لَهُ حِرْزًا مِنَ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِيَ وَلَمْ يَأْتِ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلاَّ أَحَدٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ وَمَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ وَلَوْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْحَرِّ.
Artinya: Diriwayatkan dari Abi Hurairah; Bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa mengucapkan ‘La ilaha illa Allah wahdahu la syarika lahu lahul-mulku wa lahul-hamdu wa huwa ‘ala kulli syai`in qadir’, dalam satu hari sebanyak seratus kali, maka (lafal jalalah tersebut) baginya sama dengan memerdekakan sepuluh hamba sahaya, dan dicatat baginya seratus kebaikan, dan dihapus daripadanya seratus kejahatan, dan lafal jalalah tersebut baginya menjadi perisai dari syaitan selama satu hari hingga waktu petang; dan tidak ada seorang pun yang datang (dengan membawa) yang lebih afdal, daripada apa yang ia bawa (ucapkan), kecuali orang yang mengerjakan lebih banyak dari itu. Dan barangsiapa mengucapkan ‘subhana-llah wa bi hamdih’ (Allah Maha Suci dan Maha Terpuji) dalam satu hari sebanyak seratus kali, maka dihapus kesalahan-kesalahannya, sekalipun seperti buih air panas yang mendidih.” [Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab az-Zikr, Bab Fadlut-Tahlil, No. 28/2691]
Disebutkan pula pada hadits-hadits lain seperti hadits riwayat al-Bukhari dari ‘Itban ibn Malik, dalamShahih al-Bukhari, Kitab as-Shalah (420), Bab al-Masajid fi al-Buyut dan hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah, dalam Shahih Muslim, Kitab az-Zikr, Bab Fadlut-Tahlil, No. 32/2695.
Ayat-ayat al-Qur`an dan hadits-hadits tersebut memberikan pengertian bahwa memperbanyak membacatahlil adalah termasuk amal ibadah yang sangat baik, sehingga mereka yang memperbanyak tahlil dijamin masuk surga dan haram masuk neraka. Tentu saja tidaklah cukup hanya mengucapkannya, atau melafalkannya saja, melainkan harus menghadirkan hati ketika membacanya, dan merealisasikannya dalam kehidupan keseharian. Yaitu dengan memperbanyak amal shalih dan meninggalkan segala macam syirik. Jika masih berbuat syirik, dan tidak beramal shalih, sekalipun membaca tahlil ribuan kali, tidak ada manfaatnya. Maka yang sangat penting sebenarnya ialah bahwa tahlil itu harus benar-benar diyakini dan diamalkan dengan berbuat amal shalih sebanyak-banyaknya.
Maka yang dilarang menurut Muhammadiyah adalah upacaranya yang dikaitkan dengan tujuh hari kematian, atau empat puluh hari atau seratus hari dan sebagainya.
Selamatan tiga hari, lima hari, tujuh hari, dan seterusnya itu adalah sisa-sisa pengaruh budaya animisme, dinamisme, serta peninggalan ajaran Hindu yang sudah begitu berakar dalam masyarakat kita. Karena hal itu ada hubungan dengan ibadah, maka kita harus kembali kepada tuntunan Islam. Apalagi, upacara semacam itu harus mengeluarkan biaya besar, yang kadang-kadang harus pinjam kepada tetangga atau saudaranya, sehingga terkesan tabzir (berbuat mubazir). Seharusnya, ketika ada orang yang meninggal dunia, kita harus bertakziyah/melayat dan mendatangi keluarga yang terkena musibah kematian sambil membawa bantuan/makanan seperlunya sebagai wujud bela sungkawa. Pada waktu Ja’far bin Abi Thalib syahid dalam medan perang, Nabi saw menyuruh kepada para shahabat untuk menyiapkan makanan bagi keluarga Ja’far, bukan datang ke rumah keluarga Ja’far untuk makan dan minum.
Perlu diketahui pula, bahwa setelah kematian seseorang, tidak ada tuntunan dari Rasulullah saw untuk menyelenggarakan upacara atau hajatan. Yang ada adalah tuntunan untuk memberi tanda pada kubur agar diketahui siapa yang berkubur di tempat itu (HR. Abu Dawud dari Muthallib bin Abdullah, Sunan Abi Dawud, Bab Fi Jam’i al-Mauta fi Qabr …, Juz 9, hlm. 22), mendoakan atau memohonkan ampun kepada Allah SWT (HR. Abu Dawud dari ‘Utsman ibn ‘Affan dan dinyatakan shahih oleh al-Hakim, Sunan Abi Dawud, Bab al-Istighfar ‘inda al-Qabr lil-Mayyit …, Juz 9, hlm. 41) dan dibolehkan ziarah kubur (HR. Muslim dari Buraidah ibn al-Khusaib al-Aslami, Bab Bayan Ma Kana min an-Nahyi …, Juz 13, hlm. 113).
Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan:
- Sebagai warga Muhammadiyah sikap yang harus diambil adalah menjauhi atau meninggalkan perbuatan yang memang tidak pernah dituntunkan oleh Rasulullah saw dan sekaligus memberikan nasehat dengan cara yang ma’ruf (mauidlah hasanah) jika masih ada di antara keluarga besar Muhammadiyah pada khususnya dan umat Islam pada umumnya yang masih menjalankan praktek-praktek yang tidak dituntunkan oleh Rasulullah saw tersebut.
- Dalam menjaga hubungan bermasyarakat, menurut hemat kami tidaklah tepat jika tolok ukurnya hanya kehadiran pada upacara/hajatan kematian. Namun, kegiatan-kegiatan kemasyarakatan lain, seperti rapat RT, kerja bakti, ronda malam (siskamling), takziyah dan lain-lain juga perlu mendapat perhatian. Dengan aktif mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut, insya Allah, ketika kita hanya meninggalkan satu kegiatan saja (tahlilan/hajatan tersebut) tidak akan membuat kita dijauhi oleh masyarakat di mana kita tinggal.
- Mengenai makan dan minum pada perjamuan tahlilan, sekalipun makanan dan minuman tersebut berasal dari para warga RT, namun tetap saja dapat digolongkan pada perbuatan tabzir, sehingga layak untuk ditinggalkan.
Wallahu a’lam bish-shawab. *)
Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid
Pimpinan Pusat Muhammadiyah
E-mail: tarjih_ppmuh@yahoo.com dan ppmuh_tarjih@yahoo.com
http://www.fatwatarjih.com
(nahimunkar.com)
Setiap amalan ibadah harus ada tuntunannya termasuk yg disebut tahlilan. Jangan hanya menilai baik terus menjadi dalil. Allah hanya menerima amalan yg menggunakan ilmu yg telah didalilkan/ dituntunkan. Jangan mengedepankan nafsu dlm berargumentasi
bagi yang mau tahlil monggo yang tidak tidak tahlil monggo < jika seandainya kalian meninggal dan tidak ada amalan yang bisa jadi andalan nanti menghadap pengadilan Allah nanti akan merasakan do'a yang ada di dunia yang bisa membantu kalian , justru amalan sekecil apapun sekarang akan di balas nanti diakhirot kawan
kalau mau lihat kebaikan orang tinggalkan atribut golongan lihatlah kebaikan sesungguhnya
belalah kebaikan hakiki jangan membela kebaikan merut akal anda
stop ya menghukumi karena anda bukan tuhan kalian ulama juga bukan
udah berapa buku yang anda karang
udah berbuat apa kalian untuk akhirat
stop mencaci
stop memaki
wow makan di yang meninggal haram apa apa nie ….yang jelas jangan babi di tempat yang meninggal jangan minum khamer di yang meninggal apalagi dibeli dari uang korupsi lebih parah lagi kawan
yang lebih parah adalah anda belum tau itu kebaikan sudah disebut haram…..kayak tuhan aja lu
Sebenarnya ujungnya itu jelas “wallahu a’lam bishawab”..
Allah lah yang siapa yang diterima amalnya..
Justru berdebat dengan berkepanjangan adalah jelas larangannya..
hehehe… di rumah sy di jatim petnah mngadakan acara TAHLILAN utk mndoakan nnek sy yg mninggal,selama 7 mlm brturut2,kami cm mnyediakan 30 bj tahu goreng dan 1 karton air mineral (gelas) permalam, alhamdulilah slama 7 hr yg di tentukan itu org2/ttangga kiri kanan yg kami undang itu tk pernah absen..!!
dan alhamdulilah kami tidak jatuh miskin ato bangkrut,
klo smpe ad yg bangkrut krn tahlilan byasanya itu cm org KIKIR yg cm mmikirkan keuntungan bertopeng bid’ah.
BERLOMBA-LOMBALAH KALIAN DALAM BERBUAT KEBAJIKAN…!!
FASTABIQUL KHAIRAT…!
lbih baik brada di forum yg brTAKBIR dan bertahmid,
dr pd hrs brada di forum yg sibuk mngklaim BID’AH,lantas mngatakn sesat dn mngkafirkan sseorg ato golongan…!!
klo tahlilan salah..!
mk insyaallah kmi tdk brdosa krn tlh bertahmid,dan bertakbir.
tp klo tahlilan adlh sbuah amal baik.mk ap yg kalian dptkn dgn mngatakan BID’AH…?
untuk mas yanto Sugianto dan pembaca sekalian
dalam surat Al-Maidah ayat 3 dinyatakan akan kesempurnaan agama islam… sehingga tidak layak penambahan dan pengurangan dalam perkara agama ini.
yang kedua persaksian seorang muslim dengan syahadatnya adalah juga bentuk ungkapan bila kita beribadah hanya untuk Allah semata,, dan juga menjadikan Rasulullah sebagai anutan dalam segenap aspek kehidupan terlebih dalam masalah ibadah,
sehingga sudah semestinya kita berusaha mengacu semua ibadah yang kita lakukan sesuai dengan bimbingan beliau,,,,,
bukankah Rasulullah memiliki sifat amanah yang berati menyampaikan amanat risalah yang diperintahnkan Allah seluruhnya, adakah kita menuduh beliau menyembunmyikan satu atau sebagian dari risalah yang seharusnya disampaikan…. kita berlindung kepada Allah dari menuduh Rasulullah dengan sifat khianat.
adapun perkara tahlilan sebaqgaimana yang dimaksud, adakah contoh dari generasi terbaik dari umat ini….. Rasulullah,, para sahabat yang mulia….. dan juga murid-muridnya sahabat (tabiin)…
baarakallahufiikum…
Pernah aku mendengar cerita dari seorang Kiai. Ada seseorang yang mendatangi kiai itu dengan niat (mungkin) untuk berdebat masalah tahlil dan yasin. Orang itu datang dengan jubah putih, celana pendek 3/4 ala rapper, jenggot panjang dan ada tanda gosong (hitam) di jidatnya. Lalu orang itu bertanya kepada kiai.
Tamu : Pak Kiai, ngoten niku tiyang mati ditahlili dalile pundi? (Pak Kiai, membacakan tahlil kepada orang yang sudah mati dalilnya apa?)
Kiai : Aku ngene iki wegah debat. Wong awake dewe iki ora sepaham. Dijelasneo koyok ngopo, ora bakal ketemu. Wong sing wes mati bakal putus amale kejaba telung perkoro.. Wes ngerti to telung perkoro kuwi?? (Aku ini tidak mau berdebat. Kita itu tidak sepaham. Dijelaskan seperti apapun nggak bakal ketemu. Orang yang sudah meninggal itu akan terputus semua amalannya kecuali tiga perkara. Sudah mengerti kan tiga perkara itu??)
Tamu : (Masih penasaran dan tidak puas dengan jawaban Kiai). Sampun pak. Tapi pak Kiai, bapak sebagai pemimpin umat seharusnya meluruskan hal-hal yang tidak sesuai syariah seperti ini. Bagaimana umat kita akan lurus kalau hal-hal semacam ini tidak kita luruskan.
Kiai : (Agak mangkel tapi tetap sabar) Saiki kowe tak takoni, bapak ibumu isih lengkap? (Sekarang aku tanya, bapak ibumu masih lengkap?)
Tamu : Kantun bapak, ibu sampun pejah (Tinggal bapak, ibu sudah meninggal)
Kiai : Dadi ibumu wes mati. Tak dongakne ibumu neng kuburan ditungkaki malaikat..!! (Jadi ibumu sudah meninggal. Aku doakan ibumu di kuburan diinjak-injak malaikat..!!)
Tamu : (Kelihatan marah)
Kiai : Lha kowe kok mangkel? Pandongaku lak ora bakal nyampek nyang ibumu. Dadi yo ora usah dipermasalahne. (Kamu kok marah? Doaku kan tidak akan sampai ke ibumu. Jadi tidak usah dipermasalahkan.)
Tahlil buknlah sebuah tradisi smata.tahlil adlah sebuah cara para ulama agar orang yg masih hidup untuk senantiasa mendo’ akan orng yg tlh wafat dn mengundang ttngga untk ikut serta adlh cerminan bhwa muslim adlh bersaudra yg sdh sepatutnya slng mndoakan.mslh mkanan itu tdklh diharuskn, ini hnya skdr jmuan tuan rumh thdp tamunya..
“hanya sekedar jamuan tuan rumah” ini yang membuat orang miskin bisa punya hutang jutaan (saya menyaksikan sendiri orang yang mengalaminya), coba anda lakukan tahlilan tanpa “sekedar jamuan tuan rumah” ini, besoknya masih ada yang datang gak? coba dibuktikan!
bener mas… keluarga saya dulu gitu. Ayah saya yang kepala keluarga meninggal dunia.. memang sih banyak bantuan dari tetangga. tapi cuma seberapa sih?? akhirnya untuk menyambung hidup karena pencari nafkah meninggal,.. emak saya sampai jual beras untuk menutupi keuangan.. makanya sekarang saya sangat ANTI dengan Tahlilan..
Tahlilan itu bukan harus mengundang tetangga dan memaksakan harus mengadakan makanan ini itu,,mas,,hakikatnya kita mendoa’akan almarhumah.klo anda tdk mampu untuk bersedekah (memberi makanan)knp harus memaksakan.tp jika anda mampu apa salahnya berdoa berjam’ah bersama tetangga bukan kn lebih besar pahalanya..???dan ingat Mas ,,bukan acaranya yg wajib,,tp kita selaku yg masih hidup wajib mendoa’akn baik yg hidup terlebih yg sudh meninggal..
Tidak ingin berdebat mas, pada saat rasulullah hidup anak beliau meninggal, banyak sahabat yg meninggal, tidak ada satupun riwayat sahabat melakukan tahlilan, kalau perkara ini baik kenapa beliau tidak lakukan? Apa beliau tidak tahu? pertanyaannya lagi, apakah yg melakukan tahlilan lebih tahu hal yg baik dibanding rasulullah? Lebih hebat dalam beribadah dibanding rasulullah?
skrng mh gnih mas…dr skrng anda bikin wasiat,klo anda nanti mati g ush dishltkan,,g ush di do’akn allahumagfir lahu warhamhu dsb.lngsung aja d kubur.percuma toh.g pngaruh bagi anda.acra tahlilan memang tdk dicntohkan rasulullah.tp Rasul memernthkan kita untuk mendoakan jamiil Muslmin baik yg tlah hidup maupun meninggal..anda fahami dulu apa itu tahlilan!!!jika anda anti tahlil ,mka anda kmna2 jng naik motor/ Mobil,krena Rasul mncntohkan naek unta…
Mendoakan, menyolatkan kan memang diperintahkan oleh rasulullah, disyariatkan oleh Allah dan rasulNya, kalau tidak.dilaksanakan berarti tidak mengikuti sunnah. naik motor/mobil itu bukan perkara ibadah jadi mubah saja. “Kalian lebih tahu urusan dunia kalian” Sabda rasulullah.
bego lu ….bukan lihat penmapakan tahlilan lihat isi taahlilan begoooo
lu bego amat si amat juga ga bego wakakakkakak
lu ulama atau preman ……mesantren dulu tololllllll
Hmmm..jng salahkan Thalilannya..brarti Orang yg ikut Tahlilannya belum bisa memaknai arti kata ikhlas.dan alhamdulillah di tempat saya ukuwah islamiyahnya masih bagus,,,
Ukhuwah Islmaiah kok parameternya TAHLILAN.. Dalil dari mana?
Tunjukan sajs saya SATU DALIL yang MEMBOLEHKAN TAHLILAN (seperti kalian) yang pernah dilaksanakan oleh RASULULLAH?
Ingat, yang jadi Nabi itu Muhammad Rasulullah, bukan “kyai Tahlilan” yang membuat-buat perkara ibadah sendiri..
bego lu tunjukan mana yang yang mengharamkan baca tahlil ,lu mengharmkan tahlil redaksi dari mana lu
karena lu orang kikir brengsek yang mau amal ihsan amal namamu ihsan tapi lu kikir besedekah itu dalam tahlilan brengsek ,kupret amet yang ga mau datang tahlilan kalau mau cari makan , orang yang tahlilan itu orang yang soleh begoooooo…..orang yang ingat alllah…..ini isi tahlil subhanallloh walhamdulillah wallohu akbar
kalau yang baca itu jadi jatuh miskin buktikan kesaya dasar lu orang dangkal …mesantren dulu deh lu ihsan
mana dalilnya?
Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah S.A.W. telah bersabda :
“Apabila telah mati anak Adam itu, maka terhentilah amalnya melainkan 3 macam :
1. Sedekah yang berjalan terus (Sedekah Amal Jariah)
2. Ilmu yang berguna dan diamalkan.
3. Anak yang soleh yang mendoakan baik baginya.
Subhanallah..ini jadinya kalo anda menafsirkan hadist secara dangkal.Coba kita renungkan :
“Apabila telah mati anak Adam itu, maka terhentilah amalnya.
‘Yah ini sudah jelas mana mungkin orang yg sudah mati bisa beramal (shalat,puasa dsb),klo ada yg seperti itu,,mungkin orang pada lari ketakutan,,hmmm.
1. Sedekah yang berjalan terus (Sedekah Amal Jariah).ini misal :semasa hidup kita berjariyah ke pembangunan mesjid, maka selama mesjid tu dipakai ibadah dan shalat, maka selama itu pula kita mendapat pahala baik saat kita masih hidup maupun meninggal (amal Jariyah/amal yg mengalir)
2.Ilmu yang berguna dan diamalkan.
misal: kita mengajarkan membaca Bismillah kepada anak kita, maka selama anak kita hidup dan senantiasa membaca bismillah dalam amal shalihnya ,tentu kita dapat pahalanya, karena itu berkat usaha dan jerih payah kita mengajarkan bismillah.
3.Anak yang soleh yang mendoakan baik baginya. Nah ini dia yg perlu pemahaman mendalam :Jika kita punya seorang anak kita rawat ,didik sedari kecil, kita biayai pendidikan baik dunia maupun agamanya,sehingga anak kita menjadi anak sholeh, Lalu orang tuanya meninggal,,apakah kita selaku orang tuanya tidak dpat apa2 dari amal sholeh anak kita???
bukankh ke shalihnnya anak (do’a2nya, sedekahnya anak)kita adalh hasil amal dan jerih payah orang tunya???alangkah ruginya anda sebagai orang tua jika anda beranggapan seperti itu..
Barang siapa beramal,tidak ada tuntunan dariku(Rasulullah SAW) tertolak pahalanya.
Sejelek jelek perkara dalam agama adalah yang diada adakan (bid’ah).
Itu adalah peringatan dari Rasulullah saw,mengapa kita tidak mempercayainya.
Barang siapa tidak bisa meninggalkan bid’ahnya Alloh tidak akan terima sholatnya,hajinya,umrohnya,shodaqohnya,tobatnya (HR.AHMAD).
dan besuk akan diusir dari telaga Rasulullah oleh malaikat di akhirat ,sekalipun ada bekas wudhu dan sholat di dahinya.
Sesungguhnya ada yang aku takutkan selain dajal,yaitu ulama yg jelek (HR.MUSLIM).
lu tulis orang begoooo….jenis amalan itu apa saja ……
bernafaspun amalan, melangkah kaki keluar dari rumah untuk hal baik adalah amalan
melihat orang sakit adalah amalan juga jika lu ingat tuhan
semua yang lu hadapi hidup ini adalah amalan bagi orang muslim
jangan dangkal lu….banyak bacot ga punya otak