Sarang Zina Dibongkar, Sejumlah Oknum Tentara Mengamuk Wartawan, Warga, dan Anggota DPRD
Marinir kok lindungi mesum. Foto sindikasinet
- Pembongkaran Kafe-kafe yang ditengarai sebagai sarang zina di kawasan Bukit Lampu, Sungai Beremas, Padang, Selasa (29/5), ricuh dan berdarah-darah. Wartawan jadi korban, diduga dianiaya oknum-oknum marinir, malahan ada yang masuk rumah sakit.
- Tiga sepeda motor milik warga dilemparkan ke jurang, dan masuk ke laut.
- Belasan oknum anggota Marinir merangsek turun dari Kafe Haris yang berada di atas tebing. Entah kenapa, beberapa oknum pasukan khusus Angkatan Laut itu menyerang warga yang baru saja menertibkan sejumlah kafe mesum di kawasan Bungus. Sembari menghardik dengan kata-kata kotor, oknum anggota Marinir ini langsung memukul sejumlah warga.
- ”Yang melakukan pemukulan jelas anggota Marinir, karena di baju mereka bertuliskan Marinir. Saya berharap kasus ini segera diproses dan anggota yang terlibat harus ditindak tegas atau diberhentikan,” kata Asrizal Anggota DPRD Padang dari Fraksi PAN, Asrizal juga tak luput dari pemukulan.
- Menurut Asrizal dan sejumlah wartawan yang menjadi korban, ada sekitar 15 anggota Marinir. Lima di antaranya berpakaian seragam Marinir, dan selebihnya memakai kaos bertuliskan “Marinir” di bagian belakang kaos.
Inilah beritanya.
***
Razia Kafe Mesum Rusuh
Oknum Marinir Aniaya Warga dan Wartawan, Tiga Motor dan Kamera Hancur
Padang, Padek—Tindak kekerasan oleh aparat terhadap warga sipil terus terjadi. Kemarin (29/5), sejumlah wartawan, warga, dan seorang anggota DPRD Padang dianiaya belasan oknum anggota Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan (Yonmarhanlan) II Padang, ketika penertiban kafe-kafe liar di kawasan Bukiklampu, Kecamatan Lubukbegalung, Padang.
Seorang wartawan luka di bagian telinga karena ditarik dengan keras, dan ada yang kena pukul di bagian perut, serta punggung. Dua kamera video, dan sebuah kamera foto milik wartawan hilang dan dirusak oknum anggota marinir tersebut. Seorang warga mengalami patah tulang rusuk, dan beberapa lainnya mendapat pukulan.
Tiga sepeda motor milik warga dilemparkan ke jurang, dan masuk ke laut. Hingga pukul 22.00 tadi malam, suasana di Gaung, tak jauh dari Markas Yonmarhanlan II, dan Markas Polisi Militer AL (Pomal) masih mencekam. Warga membakar ban di jalan utama yang menghubungkan Padang-Pesisir Selatan (Sumbar)-Bengkulu tersebut. Tindakan warga ini merupakan protes atas tindakan oknum anggota Marinir.
Tadi malam, wartawan dan warga yang dianiaya oknum anggota Marinir, juga sudah melapor ke Pomal. Wartawan dan warga yang menjadi korban kekerasan sudah mendapat perawatan di RSUP M Djamil Padang.
Wartawan yang luka di bagian telinga bernama Budi Sunandar, kontributor MNC Group. Kamera video miliknya hilang. Julian dari Trans7, dan Indra dari SCTV, mendapat pukulan di bagian punggung. Sementara itu, fotografer Padang Ekspres, sempat diperlakukan kasar, dan kameranya diacak-acak hingga rusak. Memori kamera diambil oknum anggota Marinir. Kamera video milik Jamaldi dari Favorit TV dipecahkan ke jalan. Belasan wartawan yang meliput lainnya tak luput dari perlakuan kasar oknum anggota marinir.
Sementara itu, warga yang mengalami patah tulang rusuk bernama, Ayub, 30, dan sejumlah lainnya mendapat pukulan. Anggota DPRD Padang dari Fraksi PAN, Asrizal juga tak luput dari pemukulan. Saat itu, dia berusaha menghentikan aksi kekerasan oknum anggota marinir terhadap wartawan dan warga. Ia mengalami memar di bagian punggung dan perut.
Inisiatif Warga
Penertiban kafe esek-esek yang berakhir rusuh itu, bermula dari aspirasi dan inisiatif warga setempat. Gugusan pantai dari Sungaiberemas hingga Bukiklampu, selama ini memang tumbuh subur kafe liar. Tempat-tempat hiburan itu kemudian dikenal luas sebagai tempat maksiat. Warga protes dan meminta aparat menertibkan.
Sekitar pukul 14.00 WIB, belasan wartawan dan puluhan warga berkumpul di perempatan Gaung. Bersama tim gabungan (Satpol PP, TNI, polisi) bergerak ke arah Sungaiberemas. Di kawasan Gunungmeru, sejumlah kafe yang hanya berupa pondok-pondok, diruntuhkan dan dibakar warga. Namun, ada dua kafe yang batal dirobohkan, karena perlawanan dari pemiliknya. Di sini, warga dan pemilik warung sempat berkelahi, namun kemudian berhasil diredam.
Penertiban berlanjut ke kawasan wisata pantai Taman Nirwana. Seratusan pondok yang diduga menjadi tempat maksiat diruntuhkan dan dibakar warga. Berikutnya, puluhan warga menuju ke kawasan Bukit Lampu. Sejumlah kafe dan pondok dirobohkan. Warga yang muak dengan keberadaan pondok-pondok itu, merobohkannya menggunakan mesin pemotong kayu.
Usai penertiban, sekitar pukul 16.00 WIB, iring-iringan delapan mobil dan motor kembali menuju pusat kota. Ada sekitar delapan mobil tim gabungan dan puluhan sepeda motor warga beriringan. Dalam perjalanan, rombongan dilempar dengan batu oleh sejumlah oknum anggota Marinir. Tujuh mobil dan sebagian besar motor tetap melaju.
Namun, satu bus milik Pemko Padang yang berisi wartawan dan anggota Satpol PP berhenti. Di belakang bus ada sejumlah warga bersepeda motor ikut berhenti. Saat itulah, belasan oknum anggota Marinir merangsek turun dari Kafe Haris yang berada di atas tebing.
Entah kenapa, beberapa oknum pasukan khusus Angkatan Laut itu menyerang warga yang baru saja menertibkan sejumlah kafe mesum di kawasan Bungus. Sembari menghardik dengan kata-kata kotor, oknum anggota Marinir ini langsung memukul sejumlah warga.
Melihat kejadian itu, wartawan yang mencoba mengabadikannya tak luput dari aksi kekerasan oknum Marinir. Ada juga yang memukul memakai potongan kayu dan batu. Sejumlah kamera dirusak, dan tiga sepeda motor dilempar ke jurang, dan masuk ke laut.
”Yang melakukan pemukulan jelas anggota Marinir, karena di baju mereka bertuliskan Marinir. Saya berharap kasus ini segera diproses dan anggota yang terlibat harus ditindak tegas atau diberhentikan,” kata Asrizal.
Menurut Asrizal dan sejumlah wartawan yang menjadi korban, ada sekitar 15 anggota Marinir. Lima di antaranya berpakaian seragam Marinir, dan selebihnya memakai kaos bertuliskan “Marinir” di bagian belakang kaos.
“Kami tiba-tiba dipukuli. Mereka berusaha merebut kamera kami dan kawan-kawan, kami duduk sambil terus melindungi kamera. Tapi karena terus dipukuli, kamera lepas dan diambil anggota Marinir,” ujar Budi Sunandar usai menjalani visum di RSUP M Djamil Padang.
Syamsu Ridwan, fotografer Padang Ekspres tak luput dari pelakuan kasar. Kamera fotonya langsung dirampas. Kartu pers yang menggantung di lehernya juga ditarik paksa. “Hapus semua foto-fotomu,” kata Ridwan meniru hardikan seorang oknum anggota Marinir berkaos biru. Oknum anggota ini lalu mengacak-acak kamera Ridwan.
“Saya tak bisa melawan, karena dia langsung memegang tubuh saya dengan keras,” ujar Ridwan yang mengaku shock mendapat perlakuan kasar itu. Namun beruntung, ketika anggota itu mau kabur, Ridwan sempat merebut lagi kamera dan kartu pengenalnya. “Tapi memory card kamera saya diambil. Dan, kamera saya tak bisa digunakan lagi,” ujar Ridwan.
Dia menuturkan, saat itu kacau sekali. Semua wartawan ketakutan. Sebab, masing-masing wartawan langsung diancam dan dihardik. “Saya takut sekali,” kata Ridwan.
Aksi penganiayaan baru berhenti setelah semua rombongan kembali ke lokasi kejadian. Menyadari kalah jumlah, semua oknum anggota Marinir kabur ke arah Bungus Teluk Kabung. Warga terus mengejar. Namun, tak satu pun oknum anggota Marinir yang ditemui. “Mereka menghilang,” kata salah seorang warga yang minta namanya tidak ditulis.
Salah seorang warga Gaung, Erna, 45, mengaku sebagai pemilik sepeda motor yang dibuang ke laut. Dia waktu itu hanya menyaksikan penertiban. “Saya hanya melihat. Tapi motor saya dipukuli, lalu dibuang ke laut,” kata Erna. Bersama dua warga pemilik sepeda motor yang dibuang, Erna mengadu ke Markas Yonmarhanlan II, tadi malam. Mereka didampingi puluhan ibu-ibu dan anak.
Ibu-ibu dan anak-anak warga Gaung disambut beberapa anggota Marinir yang tengah piket. Setelah mendengarkan penjelasan, anggota piket tersebut berjanji akan mengganti tiga motor yang dibuang ke laut itu. Tak lama kemudian puluhan ibu-ibu dan anak-anak membubarkan diri.
Namun tak lama berselang, ratusan pemuda dan masyarakat Gaung mendatangi Markas Yonmarhanlan II Padang meminta pertanggungjawaban atas pemukulan saudara mereka oleh oknum anggota Marinir.
Salah seorang pemuda yang terlihat meringis sambil memegang rusuknya. “Rusuk saya ditendang dan dipukuli. Saat itu saya telah minta ampun, namun mereka tetap memukul dan menendang bagian rusuk saya,” kata pemuda yang mengaku bernama Ayub, sebelum dibawa ke RSUP M Djamil. Dia sempat dimintai keterangan oleh petugas piket. Ketika itu, Asrizal juga melapor telah dianiaya. Belum diketahui persis motif kekerasan yang dilakukan oknum anggota Marinir terhadap warga dan wartawan. Namun menurut informasi warga setempat, kuat dugaan kafe liar itu dibeking oknum anggota Marinir.
Terbukti, Bisa Dipecat
Komandan Yonmarhanlan II Padang, Letkol Marinir Suwandi, berjanji akan menindak tegas anggotanya yang terlibat melakukan penganiayaan tersebut. Kepada wartawan dia mengaku belum mengantongi semua nama anggotanya yang terlibat.
“Sejauh ini saya baru mendapat informasi empat nama,” kata Suwandi sambil menyebut nama anggotanya. Keempat nama itu, kata Suwandi adalah S Harahab, Tomo, Dian dan Rai.
Sementara itu, kamera yang dirampas oknum anggota Marinir, dijanjikannya akan dikembalikan secepatnya. “Untuk kamera yang rusak, dan tiga sepeda motor yang dibuang akan kami ganti,” tegas Suwandi. Dia berharap warga dan wartawan bersabar menunggu proses dilakukan terhadap anggotanya.
Usai bertemu wartawan, Suwandi bersama Dandim, Kapolres Padang, dan unsur Muspika Lubukbegalung, dan tokoh masyarakat mengadakan pertemuan di Kantor Lurah Gates. Rapat tersebut dilakukan tertutup. Tak satu pun wartawan dibolehkan meliput rapat tersebut.
Sementara di sekitar simpang Gaung warga masih terus berkumpul, dan membakar ban bekas di jalan. Aksi ini praktis mengganggu lalu lintas. Akibatnya, antrean kendaraan terlihat di sepanjang jalan tersebut.(kd/di/san/bis/mg6)
[ Red/Administrator ] Padang Ekspres • Rabu, 30/05/2012 11:09 WIB
(nahimunkar.com)