Sesatnya Tarekat Tijaniyah
Kesesatan dalam tarekat Tijaniyah di antaranya dapat dibaca di artikel-artikel ini.
***
Tijaniyah
Thariqat Tijaniyah ini didirikan oleh Syaikh Ahmad at-Tijani yang nama lengkapnya adalah Abul Abbas Ahmad bin Muhammad bin al-Mukh-tar at-Tijani.
Thariqat ini berkembang di ka-wasan utara Afrika, Jazirah Arab, Eropa (terutama Prancis), dan seba-gian wilayah Asia. Di Indonesia sen-diri, aliran ini mendapatkan reaksi pe-nolakan dari aliran thariqat lain kare-na ajarannya yang menyatakan bah-wa pengikut aliran Tijaniyah beserta tujuh generasi keturunannya akan di-perlakukan secara khusus pada hari kiamat nanti dan diharamkan berhu-bungan dengan guru pembimbing da-ri aliran thariqat lain.
Ini adalah beberapa kepercayaan dan ritual thariqat Tijaniyah:
- Membaca beberapa dzikir terten-tu untuk bersatu dengan ruh Nabi.
- Meyakini bahwa mereka memiliki alam barzakh tersendiri.
- Akan masuk surga bersama Rasu-lullah dalam rombongan pertama.
- Menempatkan posisi Syaikh at-Ti-jani sebagai penutup para wali dan bisa memberikan syafaat di akhirat kelak.
- Meyakini bahwa pahala Shalawat Fatih bisa menandingi pahala baca-an al-Qur’an.
(Majalah UMMATie, Aliran Sesat Kian Menjamur, Tahun I Edisi 06 Desember 26th, 2008 ).
Ilustrasi: republika.co.id
***
Wirid Tijaniyah dan Dalaailul Khairat
Soal kelima dari Fatwa nomor 2392:
Soal 5: Apa hukum wirid-wirid auliya’ (para wali) dan shalihin (orang-orang shalih) seperti mazhab Qadyaniyah dan Tijaniyah dan lainnya? Apakah boleh memeganginya ataukah tidak, dan apa hukum Kitab Dalail al-Khairat?
Jawab 5: Pertama: Telah terdapat di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits nash-nash (teks) yang mengandung do’a-do’a dan dzikir-dzikir masyru’ah (yang disyari’atkan). Dan sebagian ulama telah mengumpulkan satu kumpulan do’a dan dzikir itu, seperti An-Nawawi dalam kitabnya al-Adzkar , Ibnu as-Sunni dalam Kitab ‘Amalul Yaum wallailah, dan Ibnul Qayyim dalam Kitab Al-Wabil As-Shoib, dan kitab-kitab sunnah yang mengandung bab-bab khusus untuk do’a-do’a dan dzikir-dzikir, maka wajib bagimu merujuk padanya.
Kedua: Auliya’ (para wali) yang shalih adalah wali-wali Allah yang mengikuti syari’at-Nya baik secara ucapan, perbuatan, maupun i’tikad (keyakinan). Dan adapun kelompok-kelompok sesat seperti At-Tijaniyyah maka mereka itu bukanlah termasuk auliya’ullah (para wali Allah). Tetapi mereka termasuk auliya’us syaithan (para wali syetan). Dan kami nasihatkan kamu membaca kitab Al-Furqon baina auliya’ir Rahman wa Auliya’is Syaithan, dan Kitab Iqtidhous Shirothil Mustaqiem Limukholafati Ash-habil Jahiem, keduanya oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.
Ketiga: Dari hal yang telah dikemukakan itu jelas bahwa tidak boleh bagi seorang muslim mengambil wirid-wirid mereka dan menjadikannya suatu wiridan baginya, tetapi cukup atasnya dengan yang telah disyari’atkan yaitu yang telah ada di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Keempat: Adapun Kitab Dalail al-Khairat maka kami nasihatkan anda untuk meninggalkannya, karena di dalamnyamengandung perkara-perkara al-mubtada’ah was-syirkiyah (bid’ah dan kemusyrikan). Sedangkan yang ada di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah terkaya darinya (tidak butuh dengan bid’ah dan kemusyrikan yang ada di dalam KitabDalail Al-Khairat itu).
Wabillahit taufiq. Washollallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad, wa alihi washohbihi wasallam.
Al-Lajnah Ad-Da’imah lil-Buhuts al-‘Ilmiyyah wal Ifta’:
Ketua Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, anggota Abdullah bin Ghadyan, anggota Abdullah bin Qu’ud.
(Fatwa Al-Lajnah Ad-Da’imah lilbuhuts al-‘ilmiyyah wal Ifta’, Darul ‘Ashimah, Riyadh, cetakan 3, 1419H, halaman 320-321). Dikutip dari buku Bila Kyai Dipertuhankan, Membedah Sikap Beragama NU, ditulis bersama oleh Hartono Ahmad Jaiz dan Abduh Zulfidar Akaha, Pustaka Al-Kautsar, 2001 M, sampai sekarang masih beredar..
***
Penyelewengan Terhadap Ayat : Ingatlah Suatu Hari Kami Panggil Tiap Umat Dengan Pemimpinnya
Rabu, 3 Februari 2010 15:36:06 WIB
PENYELEWENGAN TERHADAP AYAT : (INGATLAH) SUATU HARI (YANG PADA HARI ITU) KAMI PANGGIL TIAP UMAT DENGAN PEMIMPINNYA..
Oleh
Ustadz Abu MinhâlPenyelewengan Terhadap Ayat
يوم ند عوا كل اناس باءممه
(Ingatlah) suatu hari (yang pada hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya..
Pembaca,
Pembahasan Rubrik Firoq kali ini, kami angkat penggalan surat al-Isrâ`/17 ayat 71 sebagaimana tertulis pada judul. Yang secara lebih luas telah kami bahas pada Kategori Al-Qur’an : Tafsir http://www.almanhaj.or.id/content/2644/slash/0 Dan pembahasan berikut merupakan keterkaitannya. Semoga bermanfaat.__________________________________
PENYELEWENGAN MAKNA AYATSebagian kelompok, dengan sengaja melakukan penafsiran yang dipaksakan atas ayat tersebut, berkaitan dengan penyebutan kata “imam”. Mereka melakukan penyelewengan terhadap makna ayat. Ini dilakukan untuk mendukung kepentingan golongan atau kelompoknya supaya bisa tetap eksis, dan para tokohnya teropini sebagai sosok yang hebat, lantaran akan dipanggil oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala saat hari Kiamat kelak. Para pengikutnya pun dibuat tercengang dengan tafsiran tersebut.
Di antara golongan yang “memanfaatkan” ayat ini ialah Islam Jama’ah, yang kini bernama Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII). Kelompok yang sudah berulang kali berganti nama ini memelintir kandungan ayat di atas. Mereka memberi penafsiran, yang isinya diarahkan kepada pemimpin LDII, yaitu Nur Hasan Ubaidah Lubis (Madigol). Berdasarkan penuturannya dalam “tafsir manqul” miliknya, ia berkata: “Pada hari kami panggil setiap manusia dengan imam mereka, sehingga yang tidak punya amir, maka akan masuk neraka”. Penyebutan kata “imam” yang dimaksud oleh LDII ialah amir mereka, yaitu Nur Hasan. Keterangan ini dituturkan oleh mantan tokoh besar LDII yang telah sadar, yaitu Ustadz Hâsyim Rifâ’i yang pernah berguru selama 17 tahun kepada Nur Hasan ‘Ubaidah Lubis, pendiri LDII.[1]Kalangan lainnya, yaitu Sufi, juga berkepentingan memegangi ayat ini untuk mempropagandakan thariqat-thariqat yang sebenarnya tidak pernah dicetuskan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kalangan Sufi menggiring jamaah-jamaahnya untuk taat kepada para syuyûkh (guru) penggagasnya secara mutlak. Padahal dari ayat tersebut tidak ada muatan sedikit pun yang bisa mendukung klaim mereka. Hal ini akan menjadi jelas dari dua sisi.[2]
Pertama : Para ulama besar dari kalangan ahli tafsir tidak ada satu pun dari mereka yang memaknai kata “imam” dengan makna “syaikh-syaikh tarikat”. Orang-orang yang ahli dalam bidang tafsir pada masa lalu, seperti Ibnu ‘Abbâs, al-Hasan al-Bashri, Mujâhid, Qatâdah, adh-Dhahhâk, mereka memberi penafsiran kata “imam” dengan makna kitab yang berisi amalan-amalan. Demikian pula Imam al-Qurthubi rahimahullah dan Imam Ibnu Katsir rahimahullah merajihkan pengertian ini dengan merujuk firman Allah pada surat Yâsîn/36 ayat 12.
Menurut al-Qâsimi rahimahullah, yang dirajihkan oleh Ibnu Katsir rahimahullah itulah pendapat yang benar. Karena Al-Qur`ân menjelaskan sebagian ayatnya dengan sebagian lainnya. Dan yang pertama kali perlu diperhatikan dalam memahami makna-makna ayat-ayat Al-Qur`ân, yaitu dengan mengacu pada ayat-ayat yang semakna.
Kedua : Seandainya yang dimaksud dengan “imam” adalah syaikh thariqah –sebagaimana klaim kalangan Sufi–, maka pernyataan ini tidak bisa dijadikan dalil untuk menunjukkan tingginya kedudukan syaikh atau keharusan untuk memuliakannya. Sebab, panggilan dengan namanya tidak mesti menunjukkan keutamaan diri seseorang.
Imam ath-Thabari rahimahullah sendiri merajihkan pengertian “imam” tersebut, ialah orang-orang yang diikuti dan menjadi panutan di dunia.
Seperti sudah diketahui, sejumlah orang mudah mengekor setiap penyeru dan menyambut setiap ajakan. Tidak aneh jika mereka menyambut para tokoh kesesatan pula. Karena itu, diriwayatkan dari sejumlah ulama tafsir dari Ibnu ‘Abbas, berkata tentang tafsir kata “imam mereka” dalam ayat, yaitu “imam dalam hidayah dan imam dalam kesesatan”.[3]
Keterangan ini juga telah disinggung oleh Ibnu Katsir. Kata beliau: “Mungkin saja pengertian dari “imam mereka”, maksudnya ialah setiap kaum (dipanggil) dengan orang yang mereka ikuti. Orang-orang beriman akan mengikuti para nabi, dan orang-orang kafir akan mengikuti para tokoh mereka. Allah telah berfirman, yang artinya: Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka …. (al-Qashash/28:41).
Mujahid berkata,”Imam, ialah orang yang diikuti. Maka nanti akan dipanggil, datangkanlah para pengikut Nabi Ibrahim, datangkanlah para pengikut Musa, datangkanlah para pengikut setan, datangkanlah para pengikut berhala-berhala. Orang-orang yang berada di atas al haq, akan mengambil kitab (amalan) mereka dengan tangan kanan. Dan para penganut kebatilan akan mengambil kitab (amalan) mereka dengan tangan kiri”.
Apabila telah jelas bahwa “imam” itu bisa bermakna panutan dalam hidayah atau panutan dalam kesesatan; bisa juga seorang nabi, setan yang terkutuk, maupun berhala dan para pemuja (penganut)nya akan dihimpun di bawah panji sang panutan, baik ia panutan dalam kebaikan maupun dalam kejelekan, jika telah jelas hakikat ini; maka status seorang syaikh thariqat sebagai imam bagi para jamaahnya, tidak otomatis mengindikasikan keutamaannya. Bahkan tetap saja, penilaian terhadap diri syaikh thariqat ini tergantung kepada amalan-amalan, ucapan-ucapan dan ajaran-ajarannya yang ditimbang dengan ajaran Rasulullah, sehingga ia pun menjadi panutan dalam hidayah jika bertumpu pada ajaran-ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebaliknya, bisa jadi ia menjadi panutan dalam kesesatan seiring dengan penyelewengannya dari Al-Qur`ân dan as-Sunnah. Seandainya yang menjadi “imam” mereka al-Kitab dan as Sunnah, niscaya mereka tidak membutuhkan penerapan berbagai ibadah yang tidak pernah diajarkan dalam al-Kitab dan as-Sunnah
DI ANTARA KLAIM PALSU KALANGAN SUFI[4]
Seorang penganut thariqat Tijâniyyah yang bernama al-Fûti, ia mengatakan kepada jamaahnya, bahwa thariqat mereka merupakan thariqat terbaik dan akan menjadi maraji` (rujukan) bagi semua wali Allah.
Al-Fûti berkata: “Pada hari Allah memanggil manusia dengan nama syaikh mereka dan memanggil mereka untuk mendekati syaikh mereka di atas kedudukannya … kalau para jamaah dipanggil dengan nama-nama syaikh (thariqah) mereka dan Allah memanggil para ahli thariqat untuk menuju tempat syaikh mereka dan menempatkannya pada derajat syaikh, maka menjadi jelas dengan sedikit pencermatan saja, bahwa para penganut penutup para wali (Ahmad at-Tijani) yang bergantung kepadanya, selalu konsisten dengan wirid-wirid dan dzikir-dzikirnya, sehingga tidak ada orang lain yang mampu menyamai derajat mereka, kendatipun mereka itu ahli ma’rifah, shiddiqîn dan para aghwâts, selain para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari sini, kalangan awam tarikat Tijaniyyah lebih afdhol daripada yang lainnya”. Lihat ar-Rimâh, 2/29.
Al-Fûti kian menampakkan rasa percaya diri terhadap kehebatan thariqatnya, dengan perkataannya: “Sungguh, seluruh wali akan memasuki kelompok kita, akan mengambil wirid-wirid kita, dan konsisten dengan thariqat kita, (wali-wali Allah) dari zaman pertama kali muncul kehidupan sampai hari Kiamat. Bahkan bila Imam Mahdi telah bangkit di akhir zaman, ia akan mengambil (ajaran) dari kita dan masuk kelompok kita”. Lihat ar-Rimâh, 2/29.
Sanggahan : Perhatikanlah, sejauh mana kebenaran klaim di atas. Bagaimana mungkin seluruh wali Allah (yang sebenarnya) sejak pertama muncul kehidupan akan bergabung dengan thariqat Tijâniyyah?
Ini sebuah klaim yang membutuhkan burhân (petunjuk) dan dalil yang kuat. Bagaimana mungkin orang-orang yang telah meninggal sebelum Ahmad at-Tijâni dilahirkan itu bergabung dengan thariqatnya? Sungguh suatu anggapan aneh yang sangat nyata.
Di bagian lain al-Fûti mengomentari orang-orang yang berada di luar thariqatnya. Dia berkata: “Adapun orang-orang yang masih berada dalam kegelapan, kebodohan, kesesatan dan kezhaliman (maksudnya, orang-orang yang belum mengikuti Tijâniyyah), tidak ada penghalang bagi mereka untuk bersandar dengan syaikh kami Ahmad at-Tijâni, padahal telah begitu nampak kemuliaan dan keutamaan thariqatnya, serta keistimewaan para pengikutnya; seperti terangnya sinar matahari siang hari di musim panas, kecuali mereka akan tercampakkan dari rahmat Allah Ta’ala, terhambat dari kebaikan, mendapat laknat, kecelakaan dan kerugian”. Lihat ar-Rimâh, 2/44.
Seorang dai Tijâni bernama Ibrahîm Nayyâs, ia berkata: “Berdasarkan sebagian pengertian yang dikandung oleh ayat-ayat ini, engkau bisa mengetahui bahwa orang yang memperoleh taufik dari Allah untuk bergabung dengan thariqat kami, niscaya kebahagiaannya di dunia dan akhirat sempurna, dan ia termasuk orang yang dicintai dan diterima di sisi Allah, walau bagaimanapun kondisinya”. Lihat as-Sirrul-Akbar wan-Nûrul-Abhar, hlm. 416).
Begitu pula salah seorang dari kalangan thariqat Rifâ’iyyah. Setelah menunjukkan kemampuan syaikhnya yang luar biasa, seperti menempuh jarak sejauh perjalanan 100 tahun hanya dengan satu langkah saja, mengetahui bahasa-bahasa burung, dan lain-lain, ia berkata: “Pegangilah ujung-ujung pakaiannya. Jadilah engkau orang yang duduk di majlisnya. Jangan sekali-kali menjauh dari kehidupannya dan mintalah syafaat dengan namanya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menolak permohonan syafaatmu melalui namanya. Karena ia termasuk ahli bait yang mulia. Sungguh orang-orang besar, tokoh-tokoh …, mereka semua telah mengetahui bahwa tarikatnya merupakan jalan keselamatan dan keamanan. Kecintaan terhadapnya termasuk faktor paling efektif untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka mengharuskan diri dan keluarga mereka untuk berpegang dengan janjinya, dan komitmen dengan thariqatnya” Lihat ar-Rimâh, 2/25, 1/349-350.
Oleh karena itu, setiap kaum Muslimin harus waspada. Jalan selamat dalam beragama ialah dengan mengikuti pemahaman generasi Salaf, yaitu jalan yang penuh hikmah dan berdasarkan ilmu.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun XI/1428H/2008. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1]. Lihat Aliran dan Paham Sesat di Indonesia, hlm. 86-87.[2]. Dinukil dari Taqdîsul-Asykhâs, 1/348-352.
[3]. Fat-hul-Qadîr, 3/248. Nukilan dari Taqdîshul-Ashkhâs, 1/348.
[4]. Dikutip dari Taqdisul-Asykhâs, I/349-350.
(nahimunkar.com)
admin payah admin nya sesat…
admin nya syiah..wahabi..hti
Sotau loh mas”.
Bikin blog bgnian.
Emg situ siapa jelas” udah keluar fatwa dari MUI. Kalo tarekot tijaniyah itu legal dan tidak menyesatkan.
Hapus mass.
Jgn jadi sayton. Untuk memecah bela umat beragama.
Kalo blm tau seluk beluk tarekot .
Jgn berbicara.
Karna mulut mu harimau mu.
Orang wirit zhikir dan semacamny dibilang ritual.
Memangny mereka dukun.
Org berserah diri .
Dibilang salah.
Hahaha mass” . Bgni kalo ngaji dbawah pohon kamboja.
Iya nih mas…ini yg bkin blog goblok banget
Betul ngoomong asal asbun aja,,,torikoh tijani wirid yang langsung dari rosul yang di ijazah langsung kepada syeh ahmad bin muhammad attijani,,karena beliau nasab nya keturunan rosul saw..cucu nya hasan bin ali
Semoga ente mendapat hidayah, kalo nggak… Siap² aja mati loe su’ul khotimah , blom pernah mengaji tentang thoriqoh Tijaniyah… Koq bisa²nya ngomong sesat… Dasar manusia purba loe min nahi munkar… Payah ! Ngaji dulu Sono, baru koar² !
wahhaby sebaiknya jadi panitia hari kiamat saja, siapa mau masuk surga minta rekomendasi dari wahhaby/salafi dulu biar aman.
Semuga yg menyesatkan torekoh tijani ini cepat dpat balasan yg setimpal . Datang ke jawa tmur kl mau mengaji hibungi +60147532762
Semuga yg menyesatkan torekoh tijani ini cepat dpat balasan yg setimpal . Datang ke jawa tmur kl mau mengaji
ini situs bodoh anjing ilmu agamanya masih dangkal dan bahkan bisa saja orang yang punya situs ini kafir bukan islam orang gila anjing pengen hancurin islam
Ya Kalau Kamu Dalam Ilmu Agamanya Jangan Sampai Bilang “Anjing” Itu Sama Dengan Dangkal
Hati hati mas kalau bicara jangan sok tau,sy ini pengikut tijani.jangan membuat postingan ga bener lebih baik Anda berhadapan langsung anda seorang pengecut.
Orang yang iri memang akan mengada-ada, seperti ini. Inilah contoh akhir zaman, dajjal akan memfitnah yang benar dan akan membenarkan yang sesat. Na’udzubillahi min dzalik.
Baca wirid berjamaah.baca sholawat berjamaah. Dibilang pengikut syaitan….aneh…yg setan itu acara dangdut di tv magrib…coba nahimunkar…kritik acara tv ..berani gak antum.
Iblis kamu, matamu picak hatimu buta mudahan Allah memaafkan mu
kalau ngak ngerti sebenarnya toreqoh tijanni gk usah sok sokan mmbuat artikel ttg toreqoh trsebut. …
Ga berani akh takut… hihihihihi
yg posting baru lihat kulit luar nya saja koq bisa pastikan klo isi nya pahit.. maka nya mas banyakin istighfar..agar pengetahuan yg anda miliki tdk menyesatkan diri anda sendiri..
Syeh achmad bin muhammad attijany Sdh jelas sanad dan nasabnya tersambung ke rosululloh.
Sedangkan anda siapa? Cuma mengandalkan titel sarjana, sanad dan nasab anda tersambung ke siapa?
Yang mengatakan sesat adalah setan, ada yang pernah menyesatkan Tijani …
Tiba tiba terjatuh dan patah kakinya …
Mudahan Allah memaafkan
Syeh achmad bin muhammad attijany sudah jelas sanad dan nasabnya tersambung ke rosululloh.
Sedangkan anda siapa? Cuma mengandalkan titel sarjana. Sanad dan nasab anda tersambung ke siapa?
Ke abdullah bin wahab… alias wahabi…hihihihi
Saya yakin,penulis blog ini mengalami penderitaan hidup yang sangat. Semenjak menulis artikel ini sampe skrg, bahkan sampai tiba ajalnya…. bertobatlah
Pernytaan didlm blog ini salah
AFWAN…
bukannya kita diberi kebebasan untuk mencari ridho allah dan syafaatnya rosul.
jalan yang di tempuh menrutnya benar dan ajarannya tidak beralih dari jalan allah apa salahnya, setiap orang juga berhak untuk menentukan jalannya sendiri………..
menurut saya, dan maaf sebelumnya.mohon untuk tidak menjelekkan apa yang menurut njenengan tidak baik, cukup diperhatikan, sebagai umat islam kita juga dilarang untuki menyalahkan, mencoba intropeksi diri sendiri…
afwan, bukan untuk menyalahkan….
hati hati lah dengan perkataan,,janganlah memonis orang lain dgn kta”sesat,bid’ah,kufur karna apa bila orang lain tak sesat dia lah yang sesat,,,
Assalamualaikum, ww.wr saudaraku seiman, yang tetap berpegang kepada al quran dan hadist, janganlah kita menjelek-jelekan dan menghina saudara kita yang masih tetap berpegang pada Al quran dan hadist. Kebetulan saya sedang membaca kembali buku Buku Pengantar tharekat karanganProf.Dr.H.Abubakar Atjeh. dan membrowsing beberapa aliran tharekat, termasuk tijaniyah ini.Syekh Ahmad al-Tijani selaku pendiri tarekat ini menegaskan :
إِذَا سَمِعْهتُمْ عَنِّى شَيْأً فَزِنُوْهُ بِمِيْزَانِ الشَّرْعِ فَمَا وَافَقَ فَخُذُوْهُ وَمَاخَالَفَ فَاتْرُكُوْهُ
Artinya : “Apabila kamu mendengar apa saja dariku, maka timbanglah ia dengan neraca (mizan) syari’at. Apabila ia cocok, kerjakanlah dan apabila menyalahinya, maka tinggalkanlah”.
Menurut KH. Fauzan, penegasan Syekh Ahmad al-Tijani ini merupakan pertanggung jawaban yang terbuka, lapang dada dan menyeluruh terhadap ajaran yang dikembangkannya. Sedangkan KH. Badruzzaman melihat bahwa penegasan Syekh Ahmad al-Tijani tadi menunjukan pertaggung jawabannya bahwa segala sesuatu yang diungkapkannya mempunyai dasar-dasar syari’at.
dan menurut sejarah Tharekat ini dimasukan telah dalam kongres NU pada tahun 1931 di Cirebon dan telah memeriksa wirid dan wazifahnya, dan keputusannya menyatakan bahwa tharekat ini tidak menyimpang daripada aliran yang benar.
Jadi kembalikanlah semuanya kepada yang MAHA TAHU, dengan kebersihan hati untuk ta’at dan tidak menyimpang dari tali dan contoh utusanNya Baginda Muhamad Rasulallah pembawa syariatNya, seperti yang beliau katakan bahwa “Syariat itu perkataanku, Tharekat itu perbuatanku, Hakekat itu kelakuanku…” sedangkan ma’rifat itu tujuan sebaik-baiknya manusia dari kalangan nabi, rasul dan para auliya yang mengajarkan kita melalui beberapa aliran tharekat yang mereka ajarkan…. komentar saya: Apabila kita mengingatkan saudara kita sebaiknya dipakai cara nabi muhamad junjungan kita dengan cara dan adab yang baik tidak menyakitkan ataupun men’judge’ sebelum kita mempelajari terlebih dahulu dengan seksama, oleh para ulama yang memiliki ilmu yang mumpuni. Dan segala sesuatunya kita harus kembalikan kepadaNya kebenaran mutlak hanya milikNya semata. Kita sesama muslim dan mukmin adalah saudara, saling mendoakan dalam setiap do’a, semoga Allah SWT menjaga kita, langkah kita menuju hidayah dan ridhoNya, Aamiin YRA…
ini baru komentar yg bijak.tidk asal..
Yang mengatakan thoriqoh Tijaninyah sesat saya ajak untuk bermubahalah (berdoa memohon pengadilan kpd Allah swt ) agar ditunjukan siapa yg benar dan yg salah akan mendapatkan musibah didunia dan diakhirat.Karena hampir 15 tahun saya mengamalkan thoriqoh ini dan sering mendapatkan fitnahan,ujian semacam ini.saya bukan seorang alim yg pandai qur’an dan hadist tapi saya ingat sebuah hadist qudsi Siapa Yang Menyakiti WaliKu Maka dia telah menyatakan perang denganku
Ini yang bikin postingan masih ditingkat thariqoh awam jelas aja kaga ngarti ilmunya masih bocah tampang doang tua wkwkwk….
Thariqoh tijaniyah termasuk thariqoh khos yang di ridhai langsung oleh Rasulullah saw dengan pertemuan barzaqiah yaitu pertemuan di alam barzah dengan cucunya yaitu syekh ahmad attijani bukan bertemu lewat mimpi.
Kalo thariqoh awam ga bakal percaya yang kaya beginian taunya cuman lewat mimpi doang.
Lah kata siapa,mana faktanya?
Cek profil syekh tijani dong ente liat pelajarin baru komentar. Nte kaya orang yg ga bisa baca peta di google map aje cari yang bener tanya yg bener,
Anda belum sampai keilmuannya…
Sipp
Ternyata nahimunkar gini ya ? Ckckck
ente wahabi yg sesat
wahabrot
Urus az dirimu sendiri jgn ngurusi org,kalu sdh jd keyakinan sia sia az Anda bisa merubah,mereka b istighfar b sholawat b zikir ap itu salah coy
Ngga salah,hanya yang jadi mas’alath ketika Istighotsah dan bersholawat yang berlebih lebihan padahal Allah la yukhibul mu’tadin
Shalawat berlebihan malah jadi masalah
? ?
Shalawat berlebihan malah jadi masalah?
over dosis sholawat… ? silahkan fokus pada hal ini, mudah mudahan ada takdir untuk dipahamkan ?
Ini pasti orang wahabi.
Baca sejarah wahabi!
Jangaan memastikan segala sesuatu,jangan memutlakan pendapat Anda itu paling benar,mutlak benar itu hanya milik Allah,bukan milik pengamal tertentu,jadikanlah amal anda sebagi amal yang murni,bukan karna sesuatu ataupun untuk sesuatu
Anda pun mesti open minded terhadap kebenaran yg lain ! Jgn merasa cukup pintar dgn ilmu yg ada (seadanya)
Ini pasti orang wahabi.
Baca sejarah wahabi!
Ngopi dulu lah mas… biar ga ngantuk sehingga mengganggu karya tulisnya. Selamat pagi
yg menulis sesat di posting ini yg otaknya sdh sesat. itulah kalau terlalu pinter dan merasa pinterdgn akal. hati2 bung…
Iblis juga mengklaim bahwa dirinya benar,..manusia itu hina karena dari tanahliat,…… trus kalau banyak yang sesat,…yang tidak sesat itu yang mana dan siapa,dan gurunya siapa,..trus yg kayak gini apa tidak menyesatka juga..
Fanatisme yang berlebih lebihan dan klem yang terlalu,itu bukan Ajaran Islam,Karna Islam itu bukan cuma thorikot saja,kalau sudah bisa berdziki dan bersholawat saja sudah keluar bahasa sesat,ini pasti kelompok ini,ini pasti ajaran ini,ini pasti ngga tau tentang ajaran kami,bagaimana islam itu akan menjadi agama yang merakhmati?Apa pikir para pengamal dzikir2 dan sholawat itu tidak sesat?kalau sudah berani mengatakn kalau anda yang benar sudah dapat kapling surga dan Alam barzah tersendiri,beranilah anda utk membuang di sholat anda lafal Ihdi na shirotol mustakiem Shirotoladzina An amta alaihim ghoiril maghdubi waladholien,karna anda sudah benar,buat apa lafal itu?
hati hati lah dgan perkataan,,janganlah memonois orang lain dgn kata”sesat,kufur,
karna apabila orang lain ta sesat,,maka dia lah yg sesat