Tahlilan – Dialog Antara Sunan Kalijogo Dengan Sunan Ampel
Berikut adalah dokumen yang bisa di pertanggung jawabkan kebenarannya sehubungan dengan kisah-kisah Walisongo HET BOOK VAN BONANG buku ini ada di perpustakaan Heiden Belanda , yang menjadi salah satu dokumen langka dari jaman Walisongo .Kalau tidak dibawa Belanda , mungkin dokumen yang amat penting itu sudah lenyap .
Buku ini ditulis oleh Sunan Bonang pada abad 15 yang berisi tentang ajaran- ajaran Islam . Dalam naskah kuno itu diantara nya menceritakan tentang Sunan Ampel memperingatkan Sunan Kalijogo yang masih melestarikan selamatan . ” Jangan ditiru perbuatan semacam itu karena termasuk BIDA’H ” .
Sunan Kalijogo menjawab : “ Biarlah nanti generasi setelah kita ketika Islam telah tertanam di hati masyarakat yang akan menghilangkan budaya tahlilan itu ”.
Dalam buku Kisah dan Ajaran Wali Songo yang ditulis H . Lawrens Rasyidi dan diterbitkan Penerbit Terbit Terang Surabaya juga mengupas panjang lebar mengenai masalah ini . Dimana Sunan Kalijogo , Sunan Bonang , Sunan Kudus , Sunan Gunungjati dan Sunan Muria (kaum abangan) berbeda pandangan mengenai adat istiadat dengan Sunan Ampel , Sunan Giri dan Sunan Drajat (kaum putihan) . Sunan Kalijogo mengusulkan agar adat istiadat lama seperti selamatan , bersaji , wayang dan gamelan dimasuki rasa keislaman .
Sunan Ampel berpandangan lain : “ Apakah tidak mengkhawatirkannya di kemudian hari bahwa adat istiadat dan upacara lama itu nanti dianggap sebagai ajaran yang berasal dari agama Islam ? Jika hal ini dibiarkan nantinya akan menjadi BID’AH ?
Sunan kudus menjawabnya bahwa ia mempunyai keyakinan bahwa di belakang hari ada yang menyempurnakannya (hal 41, 64) .
Sunan Ampel , Sunan Bonang , Sunan Drajat , Sunan Gunung Jati dan terutama Sunan Giri berusaha sekuat tenaga untuk menyampaikan ajaran Islam secara murni , baik tentang aqidah maupun ibadah . Dan mereka menghindarkan diri dari bentuk singkretisme / mencampurkan , memadukan ajaran Hindu dan Budha dngn Islam . Tetapi sebaliknya Sunan Kudus , Sunan Muria dan Sunan Kalijaga mencoba menerima sisa-sisa ajaran Hindu dan Budha di dalam menyampaikan ajaran Islam .
Sampai saat ini budaya itu masih ada di masyarakat kita , seperti sekatenan , ruwatan , shalawatan , tahlilan , upacara tujuh bulanan dll . [ Sumber : Abdul Qadir Jailani , Peran Ulama dan Santri Dalam Perjuangan Politik Islam di Indonesia ] , hal . 22-23, Penerbit PT. Bina Ilmu .
NASEHAT SUNAN BONANG
Salah satu catatan menarik yang terdapat dalam dokumen “ Het Book van Mbonang ” itu adalah peringatan dari sunan Mbonang kepada umat untuk selalu bersikap saling membantu dalam suasana cinta kasih , dan mencegah diri dari kesesatan dan BID’AH .
Bunyinya sebagai berikut :
“ Ee..mitraningsun ! Karana sira iki apapasihana sami- saminira Islam lan mitranira kang asih ing sira lan anyegaha sira ing dalalah lan bid’ah“. Artinya : “ Wahai saudaraku ! Karena kalian semua adalah sama-sama pemeluk Islam maka hendaklah saling mengasihi dengan saudaramu yang mengasihimu . Kalian semua hendaklah mencegah dari perbuatan sesat dan BIDA’H .
Dokumen ini adalah sumber tentang walisongo yang dipercayai sebagai dokumen asli dan valid , yang tersimpan di Museum Leiden , Belanda . Dari dokumen ini telah dilakukan beberapa kajian oleh beberapa peneliti . Diantaranya thesis Dr. Bjo Schrieke tahun 1816 , dan Thesis Dr. Jgh Gunning tahun 1881 , Dr. Da Rinkers tahun 1910 , dan Dr. Pj Zoetmulder Sj , tahun 1935 .
Wallahualam bishowab
Barakallahu fii kum
Via Fb Satria Ari WibowoMeniti Jalan Shalafus Sholeh 2
(nahimunkar.com)
Mari kita cek buku tersebut. Saya tidak kutipan : ” Jangan ditiru perbuatan semacam itu karena termasuk BIDA’H ” yang menurut penulis artikel ini dikatakan Sunan Bonang terhadap Sunan Kalijogo dalam buku Hoet book van Bonang. Tidak pula jawaban Kalijogo setelahnya, “Sunan Kalijogo menjawab : “ Biarlah nanti generasi setelah kita ketika Islam telah tertanam di hati masyarakat yang akan menghilangkan budaya tahlilan itu ”. Dari mana kutipan ini berasal yang penulis artikel sebut berasal dari buku Hoet book van Bonang? Penulis juga nampaknya tidak mengetahui bahwa Hoet book van Bonang adalah judul disertasi bukan judul manuskrip itu sendiri. Drewes misalnya memberi judul yang berbeda yaitu The Admonitions of Seh Bari. Lebih tinggi dari pembahasan tahlilan, kitab tersebut membahas masalah tasawuf dan metafisika. Ia menerangkan keimanan akan wujud Tuhan itu seperti apa? Tapi sungguh disayangkan dikesankan buku itulah yang memuat dialog tahlilan ini.
Lihat contoh berikut: Apa t(e)gesin tan lyan?
Jawabe : T(e)gesin tan Iyan, si~anm paesan, wawayanan, anm
kaananin kan anilo kewala, andulu dinulu in pandulune, amuji pinuji
in pamujine. (hlm. 106).
artinya: What is the meaning of “not different”?
Answer: It means that neither mirror nor reflection have reality;
the only one existent is he who looks in the mirror, subject and object
of his vision, subject and object of his praise.
Satu-satunya kutipan yang bisa saya temukan dalam terjemahan manuskrip tersebut adalah bagian berikut;
“ Ee..mitraningsun ! Karana sira iki apapasihana sami- saminira Islam lan mitranira kang asih ing sira lan anyegaha sira ing dalalah lan bid’ah“. Artinya : “ Wahai saudaraku ! Karena kalian semua adalah sama-sama pemeluk Islam maka hendaklah saling mengasihi dengan saudaramu yang mengasihimu . Kalian semua hendaklah mencegah dari perbuatan sesat dan BIDA’H .
Tapi apakah yang dianggap bidah oleh Sunan Bonang adalah tahlilan? Tidak dijelaskan secara eksplisit di dalam teks. Betapapun konteks lengkap kalimat ini adalah sebagai berikut:
Anapon kan a(n)luputaken a(n)tuk marga sasar iku, anilafaken tan
asadya amamarahi, amalaku iniQep, a(n)gunaken in kabisane, ayun
inormatan in won, kalinan denin awake, denin a(n)gunakcn in kabisane,
utawi tinkahe won kan mOMono iku, paficanetra sawadiane oliya in
karsane, dene si i(n) sadyane arep dadiya paOulu, utawi lampahe
kabisane, arep kapiarsaa denin won akeh, aduwe nilmu sakcQap agepeh
den-wejanaken, abunah a(m)buru alcm-aleman.
37 Iku reke cihna/nin won sinunafi jaja denin Paneran, tan pegat susahe
arubiru, tan eca atine, denin awet amet ginsiranin won, dene si arep
kasihana, ndene sasamane 17 makluk, ikulah kan kinaumaken Ian Iblis
lacnatullah.
* Heh mitraninsun sira kabeh, adoha sira sakin won sasar, lampahe
kati mo(n)kono iku, manawa sira katularan sasar, balikan sira ancQaa
sakauma kalawan kan siniyan ika, i(n)kan tansah in sihin Paneran,
aneQaa sira sih patulunin Paneran.
Heh mitraninsun, kalawan ta sira aja na(m)bil dedenin won, utawi
aja sira murtad in samitranira kati asih in sira, kufur ukume, t(e)gese
asih iku amamarahi, kawruh kan sab(e)nere, wenan mitra iku yan
ti(n)galena, yen wus nata panucape iku yen sasar, selan iku si aja sira
38 mu(n)kir pisan, teQakena in Paneran, sanka[na]ne abalika / agelisa
atobat, anikaha malih kalawan rabine, iku sala.mete, kalawan ta sira
aja afiipta dunya, kalawan aja sira murtad sami-saminira Islam.
Heh mitrani(n)sun, iya kan kenen sakawan parkara iku, kalintan
kinageQegan denin Paneran, won kan mo(n)kono iku, mesum in dunya
Qaten in akherat.
* Heh mitraninsun, karal).a sira iki, apapasihan sami-saminira Islam,
Ian mitranira kan asih in sira, Ian afiegaha sira in dalalat, Ian bid’ah.
Artinya:
As to those who find fault with you because they have strayed from
the right path, they disapprove without the intention to admonish; they
want recognition; boast of their cleverness, are bent on public esteem;
they are self-centered and self-complacent. The behaviour of such people
comes under the head The Five Lies, whereby all that matters is to
get one’s way, as their aim is to become leaders. Therefore everyone
must know of their cleverness; any bit of knowledge they acquire will
promply be imparted to others, as they are extremely keen on praise.
37 These are the characteristics / of the people who will be given pride
of place by the Lord: They are in continual sorrow and distress, feel
uneasy and always try to avoid company, for whosoever strives to endear
himself to everyone, that man belongs to the host of the accursed devil.
My friends! Keep yourself away from people who have gone astray
and behave in this way, lest you should be infected by their errors.
You had better pray the Lord that you may belong to God’s beloved
who are the objects of His continual grace and ask for His help.
My friends! Do not pay attention merely to people’s mistakes. Do
not renounce your friends who are well-disposed towards you. That is
unbelief. To be well-disposed means to instruct in the right knowledge.
One is permitted to renounce a friend when his words are manifestly
heretical, but one should certainly not renounce him until then. Pray
38 to the Lord on his behalf, so that he may soon repent / and mend
his ways and conclude a new marriage with his wife. This is the
right behaviour.
Do not be intent upon worldly possessions.
Do not consider fellow Muslims as apostates.
My friends! Whosoever is guilty of these four sins is odious to God:
they will be visited upon him in this world and the world to come.
My friends! Therefore you should be on good terms with your
fellow Muslims and your friends who are well-disposed towards you
and keep them from error and heresy.
hlm. 67-68.
Sengaja saya kutipkan agar dipahami konteks error and heresy atau dalalat lan bid’ah yang dimaksud Sunan Bonang. Nampak, jelas bukan tahlilan, bukan?
Dialog tsb ada di buku babad tanah djawi, juga ada di babad cirebon ..
Sarjana2 Belanda tsb mengutip dari cerita2 dalam babad2 tsb
Wow, mantap penjabarannya, om. Makasih
ternyata sunan kalijogo salah, bid’ahnya tetap dipegangi bahkan dikembangkan, dibikinkan ormas malah