Tahlilan, Haul dan Semacamnya Adalah Bid’ah Tercela Menurut Muktamar NU ke-1 Tahun 1926
Foto muslimedianews.com
.
- Acara Haul (peringatan ulang tahun kematian) Gus Dur menyelisihi Muktamar NU ke-1 Tahun 1926 dan bukan dari Islam. Karena di Islam tidak ada ajaran haul (peringatan ulang tahun) untuk orang yang sudah meninggal. Bahkan acara ulang tahun untuk orang hidup pun tidak ada di Islam, apalagi untuk orang yang sudah meninggal.
Walaupun dihiasi dengan lambang NU dan gambar pendiri NU serta pemimpin dan kyai NU, acara tahlilan, haul dan semacamnya yang berkaitan dengan peringatan (selamatan) orang meninggal sejatinya tidak sesuai dengan keputusan Muktamar NU ke-1 di Surabaya tanggal 13 Rabiuts Tsani 1345 H/21 Oktober 1926. Karena dalam muktamar itu dirujukkan pada hadits riwayat Ahmad
عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ الْبَجَلِيِّ ، قَالَ : كُنَّا نَعُدُّ الاِجْتِمَاعَ إِلَى أَهْلِ الْمَيِّتِ وَصَنِيعَةَ الطَّعَامِ بَعْدَ دَفْنِهِ مِنَ النِّيَاحَةِ. تعليق شعيب الأرنؤوط : صحيح
Dari Jarir bin Abdullah al Bajali yang berkata:
”Kami menganggap berkumpul di (rumah keluarga) mayit dengan menyuguhi makanan pada mereka, setelah si mayit dikubur, itu sebagai bagian dari RATAPAN (YANG DILARANG).”
Kitab I’anatut Thalibin yang dirujuk Muktamar NU ke-1 itu di antaranya menegaskan:
ولا شك أن منع الناس من هذه البدعة المنكرة فيه إحياء للسنة، وإماته للبدعة، وفتح لكثير من أبواب الخير، وغلق لكثير من أبواب الشر
Dan tidak diragukan lagi bahwa melarang orang-orang untuk melakukan Bid’ah Mungkarah itu (Haulan/Tahlilan : red) adalah menghidupkan Sunnah, mematikan Bid’ah, membuka banyak pintu kebaikan, dan menutup banyak pintu keburukan.
Bagaimana pula ketika orang NU sendiri melanggar Keputusan Muktamar NU dan sekaligus melanggar Islam namun dibesar-besarkan pelaksanaannya seperti ini?
Haul Gus Dur ke-4
Minggu, 29 Desember 2013 – 09:02 wib
Ribuan jamaah menghadiri Haul Gus Dur ke-4 di Ciganjur, Jakarta Selatan, Sabtu (28/12/2013). Haul Gus Dur kali ini dihadiri para tokoh politik dan ribuah jamaah, di mana acara diisi dengan tahlilan dan pembacaan satu juta surat Al-Ikhlas.
Di antara tokoh yang hadir adalah Wakil Menteri Agama Nassarudin Umar, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto, Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz, Sekjen ICIS Hasyim Muzadi, dan Romo Magnis memanjatkan doa untuk almarhum mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada acara Haul Gus Dur ke-4 di Ciganjur, Jakarta Selatan, Sabtu (28/12/2013). Haul Gus Dur kali ini dihadiri para tokoh politik dan ribuah jamaah, di mana acara diisi dengan tahlilan dan pembacaan satu juta surat Al-Ikhlas./viva
***
Dikhawatirkan tidak boleh minum air telaga di Akherat
Dikhawatirkan, orang-orang yang mengadakan dan melakukan bid’ah munkaroh dan sudah diperingatkan namun justru dibesar-besarkan itu akan terkena hadits tentang orang-orang yang tidak boleh minum air telaga di Akherat kelak.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ فَمَنْ وَرَدَهُ شَرِبَ مِنْهُ وَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ لَمْ يَظْمَأْ بَعْدَهُ أَبَدًا لَيَرِدُ عَلَيَّ أَقْوَامٌ أَعْرِفُهُمْ وَيَعْرِفُونِي ثُمَّ يُحَالُ بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ قَالَ إِنَّهُمْ مِنِّي فَيُقَالُ إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ بَدَّلَ بَعْدِي
“Aku adalah pendahulu kalian menuju telaga. Siapa saja yang melewatinya, pasti akan meminumnya. Dan barangsiapa meminumnya, niscaya tidak akan haus selamanya. Nanti akan lewat beberapa orang yang melewati diriku, aku mengenali mereka dan mereka mengenaliku, namun mereka terhalangi menemui diriku.” Beliau melanjutkan, “Sesungguhnya mereka termasuk umatku.” Maka dikatakan, “Sesungguhnya kamu tidak mengetahui perkara yang telah mereka rubah sepeninggalmu.” Kemudian aku (Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam) bersabda: “jauhlah, jauhlah! bagi orang yang merubah (ajaran agama) sesudahku.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
***
Hukum TAHLILAN menurut NU, silahkan dibaca, mudah-mudahan bermanfaat,..
April 8, 2012
Muktamar NU ke-1 di Surabaya tanggal 13 Rabiuts Tsani 1345 H/21 Oktober 1926
Mencantumkan pendapat Ibnu Hajar al-Haitami dan menyatakan bahwa selamatan kematian adalah bid’ah yang hina namun tidak sampai diharamkan dan merujuk juga kepada Kitab Ianatut Thalibin.
Namun Nahdliyin generasi berikutnya menganggap pentingnya tahlilan tersebut sejajar (bahkan melebihi) rukun Islam/Ahli Sunnah wal Jama’ah. Sekalipun seseorang telah melakukan kewajiban-kewajiban agama, namun tidak melakukan tahlilan, akan dianggap tercela sekali, bukan termasuk golongan Ahli Sunnah wal Jama’ah.
Di zaman akhir yang ini dimana keadaan pengikut sunnah seperti orang ‘aneh’ asing di negeri sendiri, begitu banyaknya orang Islam yang meninggalkan kewajiban agama tanpa rasa malu, seperti meninggalkan Sholat Jum’at, puasa Romadhon,dll.
Sebaliknya masyarakat begitu antusias melaksanakan tahlilan ini, hanya segelintir orang yang berani meninggalkannya. Bahkan non-muslim pun akan merasa kikuk bila tak melaksanakannya. Padahal para ulama terdahulu senantiasa mengingat dalil-dalil yang menganggap buruk walimah (selamatan) dalam suasana musibah tersebut.
Dari sahabat Jarir bin Abdullah al-Bajali: “Kami (para sahabat) menganggap kegiatan berkumpul di rumah keluarga mayit, serta penghidangan makanan oleh mereka merupakan bagian dari niyahah (meratapi mayit)”. (Musnad Ahmad bin Hambal (Beirut: Dar al-Fikr, 1994) juz II, hal 204 & Sunan Ibnu Majah (Beirut: Dar al-Fikr) juz I, hal 514)
MUKTAMAR I NAHDLATUL ULAMA (NU) KEPUTUSAN MASALAH DINIYYAH NO: 18 / 13 RABI’UTS TSAANI 1345 H / 21 OKTOBER 1926 DI SURABAYA
.
TENTANG KELUARGA MAYIT MENYEDIAKAN MAKAN KEPADA PENTAKZIAH
TANYA :
Bagaimana hukumnya keluarga mayat menyediakan makanan untuk hidangan kepada mereka yang datang berta’ziah pada hari wafatnya atau hari-hari berikutnya, dengan maksud bersedekah untuk mayat tersebut? Apakah keluarga memperoleh pahala sedekah tersebut?
JAWAB :
Menyediakan makanan pada hari wafat atau hari ketiga atau hari ketujuh itu hukumnya MAKRUH, apabila harus dengan cara berkumpul bersama-sama dan pada hari-hari tertentu, sedang hukum makruh tersebut tidak menghilangkan pahala itu.
KETERANGAN :
Dalam kitab I’anatut Thalibin Kitabul Janaiz:
“MAKRUH hukumnya bagi keluarga mayit ikut duduk bersama orang-orang yang sengaja dihimpun untuk berta’ziyah dan membuatkan makanan bagi mereka, sesuai dengan hadits riwayat Ahmad dari Jarir bin Abdullah al Bajali yang berkata: ”kami menganggap berkumpul di (rumah keluarga) mayit dengan menyuguhi makanan pada mereka, setelah si mayit dikubur, itu sebagai bagian dari RATAPAN (YANG DILARANG).”
Dalam kitab Al Fatawa Al Kubra disebutkan :
“Beliau ditanya semoga Allah mengembalikan barokah-Nya kepada kita. Bagaimanakah tentang hewan yang disembelih dan dimasak kemudian dibawa di belakang mayit menuju kuburan untuk disedekahkan ke para penggali kubur saja, dan TENTANG YANG DILAKUKAN PADA HARI KETIGA KEMATIAN DALAM BENTUK PENYEDIAAN MAKANAN UNTUK PARA FAKIR DAN YANG LAIN, DAN DEMIKIAN HALNYA YANG DILAKUKAN PADA HARI KETUJUH, serta yang dilakukan pada genap sebulan dengan pemberian roti yang diedarkan ke rumah-rumah wanita yang menghadiri proses ta’ziyah jenazah.
Mereka melakukan semua itu tujuannya hanya sekedar melaksanakan kebiasaan penduduk setempat sehingga bagi yang tidak mau melakukannya akan dibenci oleh mereka dan ia akan merasa diacuhkan. Kalau mereka melaksanakan adat tersebut dan bersedekah tidak bertujuaan (pahala) akhirat, maka bagaimana hukumnya, boleh atau tidak?
Apakah harta yang telah ditasarufkan, atas keinginan ahli waris itu masih ikut dibagi/dihitung dalam pembagian tirkah/harta warisan, walau sebagian ahli waris yang lain tidak senang pentasarufan sebagaian tirkah bertujuan sebagai sedekah bagi si mayit selama satu bulan berjalan dari kematiannya. Sebab, tradisi demikian, menurut anggapan masyarakat harus dilaksanakan seperti “wajib”, bagaimana hukumnya.”
Beliau menjawab bahwa semua yang dilakukan sebagaimana yang ditanyakan di atas termasuk BID’AH YANG TERCELA tetapi tidak sampai haram (alias makruh), kecuali (bisa haram) jika prosesi penghormatan pada mayit di rumah ahli warisnya itu bertujuan untuk “meratapi” atau memuji secara berlebihan (rastsa’).
Dalam melakukan prosesi tersebut, ia harus bertujuan untuk menangkal “OCEHAN” ORANG-ORANG BODOH (yaitu orang-orang yang punya adat kebiasaan menyediakan makanan pada hari wafat atau hari ketiga atau hari ketujuh, dst-penj.), agar mereka tidak menodai kehormatan dirinya, gara-gara ia tidak mau melakukan prosesi penghormatan di atas.
Dengan sikap demikian, diharapkan ia mendapatkan pahala setara dengan realisasi perintah Nabi terhadap seseorang yang batal (karena hadast) shalatnya untuk menutup hidungnya dengan tangan (seakan-akan hidungnya keluar darah). Ini demi untuk menjaga kehormatan dirinya, jika ia berbuat di luar kebiasaan masyarakat.
Tirkah tidak boleh diambil / dikurangi seperti kasus di atas. Sebab tirkah yang belum dibagikan mutlak harus disterilkan jika terdapat ahli waris yang majrur ilahi. Walaupun ahli warisnya sudah pandai-pandai, tetapi sebagian dari mereka tidak rela (jika tirkah itu digunakan sebelum dibagi kepada ahli waris).
[Buku “Masalah Keagamaan” Hasil Muktamar/ Munas Ulama NU ke I s/d XXX (yang terdiri dari 430 masalah) oleh KH. A. Aziz Masyhuri ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah dan Pengasuh Ponpes Al Aziziyyah Denanyar Jombang. Kata Pengantar Menteri Agama Republik Indonesia : H. Maftuh Basuni]
Keterangan lebih lengkapnya lihat dalam Kitab I’anatut Thalibin Juz 2 hal. 165 -166 , Seperti terlampir di bawah ini :
وقد أرسل الامام الشافعي – رضي الله عنه – إلى بعض أصحابه يعزيه في ابن له قد مات بقوله: إني معزيك لا إني على ثقة* * من الخلود، ولكن سنة الدين فما المعزى بباق بعد ميته * * ولا المعزي ولو عاشا إلى حين والتعزية: هي الامر بالصبر، والحمل عليه بوعد الاجر، والتحذير من الوزر بالجزع، والدعاء للميت بالمغفرة وللحي بجبر المصيبة، فيقال فيها: أعظم الله أجرك، وأحسن عزاءك، وغفر لميتك، وجبر معصيتك، أو أخلف عليك، أو نحو ذلك.وهذا في تعزية المسلم بالمسلم.
وأما تعزية المسلم بالكافر فلا يقال فيها: وغفر لميتك، لان الله لا يغفر الكفر.
وهي مستحبة قبل مضي ثلاثة أيام من الموت، وتكره بعد مضيها.ويسن أن يعم بها جميع أهل الميت من صغيروكبير، ورجل وامرأة، إلا شابة وأمرد حسنا، فلا يعزيهما إلا محارمهما، وزوجهما.ويكره ابتداء أجنبي لهما بالتعزية، بل الحرمة أقرب.ويكره لاهل الميت الجلوس للتعزية، وصنع طعام يجمعون الناس عليه، لما روى أحمد عن جرير بن عبد الله البجلي، قال: كنا نعد الاجتماع إلى أهل الميت وصنعهم الطعام بعد دفنه من النياحة، ويستحب لجيران أهل الميت – ولو أجانب – ومعارفهم – وإن لم يكونوا جيرانا – وأقاربه الاباعد – وإن كانوا بغير بلد الميت – أن يصنعوا لاهله طعاما يكفيهم يوما وليلة، وأن يلحوا عليهم في الاكل.ويحرم صنعه للنائحة، لانه إعانة على معصية.
وقد اطلعت على سؤال رفع لمفاتي مكة المشرفة فيما يفعله أهل الميت من الطعام.وجواب منهم لذلك.
(وصورتهما).
ما قول المفاتي الكرام بالبلد الحرام دام نفعهم للانام مدى الايام، في العرف الخاص في بلدة لمن بها من الاشخاص أن الشخص إذا انتقل إلى دار الجزاء، وحضر معارفه وجيرانه العزاء، جرى العرف بأنهم ينتظرون الطعام، ومن غلبة الحياء على أهل الميت يتكلفون التكلف التام، ويهيئون لهم أطعمة عديدة، ويحضرونها لهم بالمشقة الشديدة.فهل لو أراد رئيس الحكام -بما له من الرفق بالرعية، والشفقة على الاهالي – بمنع هذه القضية بالكلية ليعودوا إلى التمسك بالسنة السنية، المأثورة عن خير البرية وإلى عليه ربه صلاة وسلاما، حيث قال: اصنعوا لآل جعفر طعاما يثاب على هذا المنع المذكور ؟ أفيدوا بالجواب بما هو منقول ومسطور.
(الحمد لله وحده) وصلى الله وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه والسالكين نهجهم بعده.اللهم أسألك الهداية للصواب.
نعم، ما يفعله الناس من الاجتماع عند أهل الميت وصنع الطعام، من البدع المنكرة التي يثاب على منعها والي الامر، ثبت الله به قواعد الدين وأيد به الاسلام والمسلمين.
قال العلامة أحمد بن حجر في (تحفة المحتاج لشرحك المنهاج): ويسن لجيران أهله – أي الميت – تهيئة طعام يشبعهم يومهم وليلتهم، للخبر الصحيح.اصنعوا لآل جعفر طعاما فقد جاءهم ما يشغلهم
.
ويلح عليهم في الاكل ندبا، لانهم قد يتركونه حياء، أو لفرط جزع.ويحرم تهيئه للنائحات لانه إعانة على معصية، وما اعتيد من جعل أهل الميت طعاما ليدعوا الناس إليه، بدعة مكروهة – كإجابتهم لذلك، لما صح عن جرير رضي الله عنه.كنا نعد الاجتماع إلى أهل الميت وصنعهم الطعام بعد دفنه من النياحة.
ووجه عده من النياحة ما فيه من شدة الاهتمام بأمر الحزن.
ومن ثم كره اجتماع أهل الميت ليقصدوا بالعزاء، بل ينبغي أن ينصرفوا في حوائجهم، فمن صادفهم عزاهم.
اه.
وفي حاشية العلامة الجمل على شرح المنهج: ومن البدع المنكرة والمكروه فعلها: ما يفعله الناس من الوحشةوالجمع والاربعين، بل كل ذلك حرام إن كان من مال محجور، أو من ميت عليه دين، أو يترتب عليه ضرر، أو نحو ذلك.
اه.وقد قال رسول الله (ص) لبلال بن الحرث رضي الله عنه: يا بلال من أحيا سنة من سنتي قد أميتت من بعدي، كان له من الاجر مثل من عمل بها، لا ينقص من أجورهم شيئا.
ومن ابتدع بدعة ضلالة لا يرضاها الله ورسوله، كان عليه مثل من عمل بها، لا ينقص من أوزارهم شيئا.وقال (ص): إن هذا الخير خزائن، لتلك الخزائن مفاتيح، فطوبى لعبد جعله الله مفتاحا للخير، مغلاقا للشر.وويل لعبد جعله الله مفتاحا للشر، مغلاقا للخير.
ولا شك أن منع الناس من هذه البدعة المنكرة فيه إحياء للسنة، وإماته للبدعة، وفتح لكثير من أبواب الخير، وغلق لكثير من أبواب الشر، فإن الناس يتكلفون تكلفا كثيرا، يؤدي إلى أن يكون ذلك الصنع محرما.والله سبحانه وتعالى أعلم.
كتبه المرتجي من ربه الغفران: أحمد بن زيني دحلان – مفتي الشافعية بمكة المحمية – غفر الله له، ولوالديه، ومشايخه، والمسلمين.
(الحمد لله) من ممد الكون أستمد التوفيق والعون.نعم، يثاب والي الامر – ضاعف الله له الاجر، وأيده بتأييده – على منعهم عن تلك الامور التي هي من البدع المستقبحة عند الجمهور.
قال في (رد المحتار تحت قول الدار المختار) ما نصه: قال في الفتح: ويستحب لجيران أهل الميت، والاقرباء الاباعد، تهيئة طعام لهم يشبعهم يومهم وليلتهم، لقوله (ص): اصنعوا لآل جعفر
طعاما
(ما فقد جاءهم ما يشغلهم.حسنه الترمذي، وصححه الحاكم.
ولانه بر ومعروف، ويلح عليهم في الاكل، لان الحزن يمنعهم من ذلك، فيضعفون حينئذ.وقال أيضا: ويكره الضيافة من الطعام من أهل الميت، لانه شرع في السرور، وهي بدعة.روى الامام أحمد وابن ماجه بإسناد صحيح، عن جرير بن عبد الله، قال:كنا نعد الاجتماع إلى أهل الميت وصنعهم الطعام من النياحة.اه.
وفي البزاز: ويكره اتخاذ الطعام في اليوم الاول والثالث وبعد الاسبوع، ونقل الطعام إلى القبر في المواسم إلخ.وتمامه فيه، فمن شاء فليراجع.والله سبحانه وتعالى أعلم.كتبه خادم الشريعة والمنهاج: عبد الرحمن بن عبد الله سراج، الحنفي، مفتي مكة المكرمة – كان الله لهما حامدا مصليا مسلما
Terjemahan kalimat yang telah digaris bawahi atau ditulis tebal di atas, di dalam Kitab I’anatut Thalibin :
1. Ya, apa yang dikerjakan orang, yaitu berkumpul di rumah keluarga mayit dan dihidangkannya makanan untuk itu, adalah termasuk Bid’ah Mungkar, yang bagi orang yang melarangnya akan diberi pahala.
2. Dan apa yang telah menjadi kebiasaan, ahli mayit membuat makanan untuk orang-orang yang diundang datang padanya, adalah Bid’ah yang dibenci.
3. Dan tidak diragukan lagi bahwa melarang orang-orang untuk melakukan Bid’ah Mungkarah itu (Haulan/Tahlilan : red) adalah menghidupkan Sunnah, mematikan Bid’ah, membuka banyak pintu kebaikan, dan menutup banyak pintu keburukan.
4. Dan dibenci bagi para tamu memakan makanan keluarga mayit, karena telah disyari’atkan tentang keburukannya, dan perkara itu adalah Bid’ah. Telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Majah dengan sanad yang Shahih, dari Jarir ibnu Abdullah, berkata : “Kami menganggap berkumpulnya manusia di rumah keluarga mayit dan dihidangkan makanan , adalah termasuk Niyahah”
5. Dan dibenci menyelenggarakan makanan pada hari pertama, ketiga, dan sesudah seminggu dst.
(nahimunkar.com)
Belajar lg yaaaa mas. Biar pinter
Tulisan nahimungkar.org adalah kebohongan seperti bohongnya setan dan iblis!!! Dalam Muktamar NU 1 yang dibahas itu adalah kenduri (makan-makan) dihukumi dlm bahsul masail sebagai MAKRUH, tidak pernah ada kalimat dihukumi sebagai BID’AH MUNGKAR sebab Bid’ah di NU bukanlah Dalil untuk menghukumi sesuatu….
NU menghukumi sesuatu dgn WAJIB,HARAM,SUNNAT, MUBAH DAN MAKRUH SAJA
Pada suatu hari Nabi SAW lalu di dekat pekuburan. Lalu beliau mendengar rintih dan tangis serta pekik orang yang berkubur di sana, maka Rasulullah mengambil dua pelepah daun kurma dan beliau letakkan di atas pekuburan yang kedengaran oleh beliau memekik-mekik itu, ketika ditanya orang apa sebabnya, beliau SAW menjawab: “Yang pertama suka membicarakan keburukan orang dan yang seorang lagi kalau habis kencing tidak dibersihkannya.” Rasulullah SAW mengatakan bahwa selama dua pelepah kurma itu belum kering keduanya masih akan mendoakan orang-orang itu. Kalau doa daun kurma bisa menolong meringankan azab kubur, mengapa doa manusia tidak?
Rasulullah shallahu alaihi wassalam mengetahui perkeara ghaib karena beliau sorang nabi yang diberitahu malaikat jibril, sedangkan rasulullah shallahu alaihi wassalam tidak semuanya mengetahui apakah ahli kubur itu disiksa atau tidak melainkan hanya 2 orang tersebut dan riwayat itu tidak bisa dijadikan dasar penaburan bunga dimakam mayit karena secara tidak langsung si prenabur bunga menganggap si mayit sedang disiksa, wallahu a’lam.
Pada suatu hari Nabi SAW lalu di dekat pekuburan. Lalu beliau mendengar rintih dan tangis serta pekik orang yang berkubur di sana, maka Rasulullah mengambil dua pelepah daun kurma dan beliau letakkan di atas pekuburan yang kedengaran oleh beliau memekik-mekik itu, ketika ditanya orang apa sebabnya, beliau SAW menjawab: “Yang pertama suka membicarakan keburukan orang dan yang seorang lagi kalau habis kencing tidak dibersihkannya.” Rasulullah SAW mengatakan bahwa selama dua pelepah kurma itu belum kering keduanya masih akan mendoakan orang-orang itu. Kalau doa daun kurma bisa menolong meringankan azab kubur, mengapa doa manusia tidak?
Tahlilan itu kan isinya doa
Yg meninggal itu masih idup katanya tp di alam barzah jd kita doakan yg mati itu yg dibumi sejatinya tidak
Maaf kasar : semisal kalian mati, kalian ingin di tahlilkan atau tidak?? Ucapan kalian adalah doa
Maka berhati2 jika berucap 🙂
Gausah saling menghina, orang yg menghina amal mereka akan dikirim kepada orng yg dia cela dan barang siapa yang bersabar ketahuilah allah menyayangi orng yg sabar 🙂
Dr yg sy baca diatas..trs knp msh jg merayakan tahlilan,haul di masyarakat??harusnya ulama2 kita mengingatkan..
wahabi sesat , elu baca rujukannya jgn sepotong sepotong , elu mh bukan maksud ngingetin tapi mau nyerang ..dasar wahabi , baca hadisnya di sambung dengan paywa sebelumnya tolol
Pernahkah membaca hadis tentang seorang teman masuk neraka namun pindah ke sorga akibat do a temannya ?
Orang muslim yang meninggal dan terdapat banyak dosa maka dia ingin hidup untuk memperbaiki perbuatannya.
Siapa yang bisa menolong? Tentu anaknya atau teman sahabatnya. Dengan mendoakan kepada Allah agar diampuni. Untuk membiasakan atau membudayakan sifat mulia ini salah satu ingat salah satu metodenya adalah tahlilan. Bukankah tahlilan juga berisi pujian mengagungkan kepafa Allah dansholawat kpd rasul serya mendoakan ulama penerus ajaran rasul beserta kaum muslimin. Bila budaya ini terdapat kurang baik sebaiknya disempurnakan bukan dibidahkan.
Apakah ulang tahun organisai itu bid ah bila tujuan untu evaluasi perbaikan.
Sama halnya yasinan (walquranil hakim) itu bersumber dari budaya sesat sebelumnya dirubah yasinan. Bagi yang membidahkan yasinan malam jumat sebaikny menciptakan budaya baru yang lebih baik misalny hataman tiap malam jumat, itu namanya perbaikan. Jangan membunuh budaya yasinan tetapi tidak membuat budaya baru yang lebih baik dari yasinan.
Doa ya doa saja mas, kapanpun bisa doa. Apakah harus diadakan tahlilan?
Klo mas beranggapan seperti itu mungkin sebenernya mas butuh makanannya bukan berniat untuk mendoakan.
“Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jum’at, dia akan disinari cahaya di antara dua Jum’at.” (HR. An Nasa’i dan Baihaqi)
“Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada malam Jum’at, dia akan disinari cahaya antara dia dan Ka’bah.” (HR. Ad Darimi)
Yang ini sudah diamalkan belum?
monggo yang ajaran nya beda2 silahkan,tapi saya rasa masalah perbedaan ajaran jangan sampai dijadikan perdebatan toh masing2 dari kita sendiri yg dapat pahala / dosanya,itu ajaran anda dan ajaran saya ya begini,anda merasa benar ? saya juga merasa benar ! jadi tidak usah saling mengolok dan memperdebatkan,simple kan ?! gitu aja dibikin ribet
wong goblok ga usah membahas NU, ngaji dulu yang bener biar logika wahabimu hilang dulu.
kok kasar banget ya kata2nya?
anda muslim ?
Biarin aja mas, gabisa nerima sunnah rasul meskipun udah diingetin biarin aja
Kan yg kebakaran jenggot kan para ulama nu kenapa bukan ulama nu aja yg datangi para wahabi……… Kalau merasa ajarannya menyesatka
Notif
Air yg keluar dari teko itu tergantung isinya…. klo isinya kopi…ya keluarnya kopi… klo isinya air comberan ya keluarnya air comberan….. begitu juga dg seseorang…. lihat saja ap yg diucapkannya…. ya itu isi (ilmunya)…
Pada dasarnya suatu amalan atau ibadah itu haram dilakukan, kecuali ada dalil menghalalkannya.
Ketika puluhan sahabat wafat, baik yg syahid maupun yg tidak. Perbuatan spt ini tidak pernah ada yg melakukannya. Padahal mereka lbh paham ttg dien ini daripada kita. Mereka adalah generasi pertama, murid Rasulullah. Jika tahlilan spt ini baik buat si mayit dan ahli warisnya, maka sdh tnt mrk generasi petama yg melakukannya. Atau tentulah Rasulullah sdr yg melakukannya.
Mengapa perbuatan ini dianggab baik olh kalangan nu, sdgkan Rasulullah serta sahabat tdk pernah melakukannya?
Bukankah kaidah ibadah/amalan itu haram dilakukan sblm ada dalil penghalalannya?
Artinya nu merasa lbh paham ttg dien ini daripada Rasulullah donk ya?
Asalamualaukum
YANG MEREKA MENGANGGAP SEMUA IBADAH BID’AH ITU KEMAMPUANYA MELEBIHI TUHAN. seprti uda bisa memvonis kalau ibadah seseorng itu bid’ah bakal masuk neraka..
Ustad saya sedang mencari jalan yg lurus,saya ikuti NU/ASWAJA ahlussunah walhama’ah, maka saya ikuti zikir berjamaah ala NU,,saya ikuti juga Muhammadyah, maka saya ikuti idul fitrinya muhammadyah yg biasanya puasa29 hari dan kadang Idul fitri lebih dulu dari pemerintahan RI,,dan mengenai Tahlilan, setiap tetangga mengundang tahlilan, saya tdk pernah datang!!krn saya masih bingung apakah tahlilan itu boleh atau tidak…saya juga ikuti salafy, maka saya mengharamkan berkoalisi/berinteraksi/bantu-membantu dg yg namanya Jin!
saya bingung ustad,,
Muhammadyah juga anti bidah, Muhammadyah,wahabi mengharamkan Perayaan Tahun Baru Islam,padahal perayaan tahun baru islam dimushola paling biayanya tidak lebih dari 3 juta,nah, mereka (Muhammadyah,wahabi) justru merayakan ulang tahun (Muktamar) Muhammadyah dengan biaya gila2an!! bisa sampai ratusan juta!!! bintang tamunya Orchestra pimpinan Dwiki Dharmawan, padahal mengundang orchestra yg saya tahu biayanya minimal 70 juta!!
saya bingung ustad,,mengapa perayaan tahun baru islam diharamkan, tapi kok ulang tahun Muhammadyah malah diperbolehkan??
biaya yg 3 juta utk tahun baru islam diharamkan, tapi kok ulang tahun Muhammadyah yg ratusan juta justrudi perbolehkan??
saya benar2 bingung ustad,,saya mencari mana yg benar??apakah yg paling benar adalah NU?? Muhammadyah?? Wahaby?? Salafy??Sunni?? Syiah??saya benar2 bingung..
hingga saya berpikir untuk mencari kiyai/ulama/ustad/syekh/habib yg mendapatkan keistimewaan dialam kubur, maka bila saya dapati informasi mengenai kiyai/ulama/ustad/syekh yg mendapatkan kemuliaan di alam kubur, maka saya akan mencari pengikut dari kiyai/ulama/ustad/syekh tersebut… utk kemudian menjadi pengikut dari kiyai/ulama/ustad/syekh yg telah meninggal tsb..
dan saya dapati berita ini di internet:
ustad, saya menemukan tulisan yg kasar ini:” SEMINGGU sebelum ramadhan 1430H/2009, ditemukan jenazah KH Abdullah di Tanggerang MASIH UTUH beserta kain kafannya, bahkan bau harum semerbak dari jasadnya. Padahal telah dikubur selama 26 tahun.
Sebagai seorang KYAI beliau setelah sholat melakukan dzikir berjamaah bersama jamaahnya, melakukan tahlilan, mauludan serta malan pesantren lainnyya yang sering dianggap Bid’ah dan haram oleh sampean..
Jika amalan-amalan beliau dianggap bid’ah dan ahli bid’ah, apakah ALLAH MASIH MEMBERI NIKMAT KUBUR KEPADA BELIAU? (berita metro tv/kompas).
saya kemudian mencari di youtube, ternyata ada videonya…dari sinilah saya mulai berfikir…ternyata kiyai tersebut benar2 mendapatkan nikmat kubur???
karena spt yg orang katakan bahwa ahli bidah adalah tempatnya di Neraka!!tapi mengapa beliau (si kyai ahli bidah) justru mendapatkan kemuliaan di alam kubur..
video 1:http://www.youtube.com/watch?v=9PB_6VnJCiEvideo2:http://www.youtube.com/watch?v=vJ5Vt8zXjrc
disinilah saya mulai berpikir sehat,,
Allah benar2 menghalalkab Bidah Hasanah??
Mari kita renungkan dengan hati nurani kita masing2…saya hanyalah seorang pendosa yg sedang mencari jalan yg lurus, tidak perduli apakah jalan yg lurus adanya di Muhammadyah/Nu/Wahabi/Syiah/Sunni/dll..saya tdk perduli alirannya, yg saya mau hanya ingin sekali mendapatkan nikmat kubur seprti kiyai trsbt..
masih utuh setelah 26 tahun dikubur (2/2)youtube.com ·
Kalau lah jasad yg jd dalil, fir’aun jasad nya juga utuh, malah ribuan tahun, apakah saudara percaya dia tuhan”? Jangan mudah terkena subhat yg penting sekarang kita blajar!
Kiyai sering sholat kok disamakan dg firaun
Su’udhzon..
Kotor banget hatinya….
Cuci dulu dineraka
ga nangkep pointnya nih di atas saya
brarti do’amu positif ditrima…oleh Allah..? Rasulullah aja tidak pernah melakun sperti yg kmu lakukn itu
. berdo’a itu ada contohnya dr Rasulullah bkn seenak perut ello….
Anak bayi juga tau keles ada tetek-bengek gituannya.
Tapi kan yg jadi panutan itu hadits dan Sunnah Rosululloh. Sedangkan ritual2 itu GAK pernah Rosul sebut dlm hadits riwayat manapun.
Mikir dikit kek… Hadeeeh gan gimana seh
Koreksi bro yg jd panutan kita alquran dan sunah rasul…bukan hadis
Jangan mengkritik orang bodoh krn mereka akan membncimu
bismillah
Tahlilan, Haul dan Semacamnya Adalah Bid’ah Tercela.. !
Dimana letak TERCELANYA ?
APAKAH ISINYA SEPERTI SURAT ALFATIHAH SURAT YASIIN DZIKIR atau MAKANANYA.
–
MONGGO DISKUSIKAN !
– Menyelusihi Sunnah
– Tidak terdapat dalil sususan acara tahlilan
islam itu agama yg sempurna…. kalo di tambah-tambahi berarti belum sempurna dunk 😀
Rosulullah bersabda begitu itu ada maksud² tertentu supaya dari kebanyakan
orang itu yg cuma ikut2an tdk akan keliru ,harus mengikuti sama persis sesuai dngn apa yg diajarkan. Padahal banyak pengembangannya .spt isinya sama2 berdoa cuman bentuknya wadahnya boleh berbeda karena faktor situasi dan kondisi, asal manfaatnya sama.
Judulnya menyakiti orang NU. kutipan hadistnya benar namun tafsirnya bisa jadi benar bisa juga sangat salah. tapi penulis merasa sudah sangat benar dan menganggap yang tidak sama denganya adalah salah. Yah silahkan saja itu
manusiawi….
kebiasaan yg baik dalam tahlilan jg adalah berdoa, mendoakan mayit,
berarti kalau ortu ente atau ente udah mati, didoain masuk neraka gpp ya? semoga km kl mati nanti masuk neraka aamin. ga usah protes, kaum anti tahlilan aja kok protes, inti tahlilan adalah mendoakan mayit, ga ada makanan pun jadi. Kalau ga pernah tahlilan ga usah sotoy, urusin aja bekal matimu, keluargamu yg udah mati aku doain dapat siksa neraka. Kalau masih protes, silahkan salahkan krn km sendiri ga percaya amalan Tahlilan NU.
Orang yang mencap orang lain bakal masuk neraka berarti ia menghalang-halangi saudaranya mendapat rahmat Allah, dan itu yang akan membuat ia malah masuk neraka karna kesombongannya
Masya Allah antum yang mulia ini menurut alfaqir terlalu banyak melakukan perbuatan yang sia-sia. Nahi Munkar situsnya tapi lebih bernuansa takfiri. Ingat Alhaqqu mirrabbik. ada yang bisa menklaim diri kita yang paling benar. Berdialoglah, berdiskusilah dan berdebatlah dengan menggunakan hati yang bersih. Kita tidak tahu jangan jangan orang kita sesatkan malah mereka yang benar. Kita yang mengklaim kebenaran jangan jangan kitalah yang salah. Istighfar itu lebih afdhol untuk kita. Wallahu’allam bisshowab. Afwan
ohhhh webiste berita islam dan aliran sesat
BUBARKAN NU, HABIS PERKARA.. NU LAH ORMAS YANG PALING SESAT.
PAKE MOTO AHLUS SUNNAH PEBUATAN SYIRIK. BUAT SHALAT SENDIRI, BUAT FATWA SENDIRI, BUAT SHALAWAT SENDIRI. BUBARKAN NU, AGAR PENGIKUT2 FANATIK YG AWAM DAPAT KEMBALI KEJALAN YG LURUS.
Sue loh…emang lo udh Bener..
NU juga Mencari jalan kesorga, salafus salih sama, muhammadiyyah juga,mungkin dg jalan yang berbeda kalo sama ikhlas beribadah dan benar2 menghambakan diri ke Allah, tampa mencela..bisa sama2 ketemu disan
Websitenya namanya Nahi Munkar…tp kok isinya bnyk kebohongan dan kemungkaran…menyesatkan… memprovokasi dlm kebatilan…Klo bs jngn Nahi mungkar aja tp jg hrs amar ma’ruf dan keduanya hrs dg Ma’ruf Mas…Knp hasil Muktamar I itu kok banyak yg dibuang…??? dan kelihatan klo gk paham bhs arab ya..??? ati2 sbntr lg mati..ada pengadilan Alloh yg se adil adilnya Loh…Mulut dijaga..??? klo gk tau Ilmunya belajar dulu..belajar jg jngn dgguru yg baca terjemahan…itu Taqlid Kwadrat 100%…Memahami Quran ato hadits hrs tau sandnya dr Siapa.. klo gk pake sanad, pasti nyambung ke SETAN/IBLIS..minimal Yahudi ato Wahabi…menyesatkan…!!!
bid’ah itu sesat, sesat itu dineraka. ndak takut?
hahahahaahahaha ini situs wahabi dah kelihatan ,,,,,, saya sbgy umat islam dan sebagay ahli pembuat website juga prihatin,,,, website di buat bukan sbgay perdamaian tp pemecah umat dulu saat perang salib
syiah,sunny, bisa bersatu untuk melawan pasukan salibis ,,,dan pasukan islam yg di pimpin oleh salahudin al ayubi saling menghormati pada syiah,,, gmna islam mau maju,,, kalau sperti ini,,,,
sadarlah smua pasti ada manfaatnya dalam perbedaan ,,,,,, jangan saling menyalahkan ,,,ilmu itu bagaykan langit diatasnya masih ada langit,,, jika individu menyebut dirinya sudah berilmu tinggi dan suka menyalahkan akidah islam lainnya maka islam akan terus mengalami kemunduran ,,karena egoisme dalam aqidah masing2,,, jika sifat rosululloh selalu bisa menghormati umat agama lainnya maka kita harus mengert ajaran atau sunah rosul untuk bisa bersatu ,,, imam qiroat dalam masa nabi aja berbeda pendapat dalam pembahasan dan lafal ,,, tp mereka slalu menghormati dalam perbedaan ,,,,,
moga kalian sadar akan perbedaan,,, dan NU ,MUHAMMADIYAH semoga bersatu untuk melawan politik salibis atau yahudi,,, yg menguasain indonesia tercinta ini,,,,
amin,,, ingat MULUT MU HARIMAUMU,,,, UCAPAN ADALAH DO’A …
Afwan, jangan samakan perbedaan qiraat dengan perbedaan akidah. Jika ingin membandingkan, harus setara. Apakah perbedaan dalam bacaan qiraat bisa disandingkan sebagai pembanding anda terhadap perbedaan akidah? Jika anda sama2 muslim, tentu anda menjawab tidak.
Perbedaan qiraat adalah sunatullah, sebagaimana hadist bahwa Al Qur’an diturunkan dalam 7 huruf untuk mengakomodir perbedaan2 pada lafadz, dialek, dan lainnya.
Namun, tidak begitu untuk akidah.
Toh, kita diajarkan untuk mengimani rukun iman sebagaimana yang diajarkan Jibril Alaihissalam terhadap Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam, mengimani tauhid sesuai pemahaman rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat, tabiin, serta tabiut tabi’in.
Semisal, bagaimana mungkin seorang disebut muslim dianggap muslim sedang ia tak percaya kitab Allah? Atau mencela sahabat? Menyelisihi dan tidak mempercayai kabar2 dari rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang menjadi konsekuensi rukun iman kepada rasul-rasul dan kitan-kitab Allah?
Kita boleh berbeda dalam perbedaan yang memang diperbolehkan, seperti dalam qiraat, fikih, dan sebagainya selama masih ada tuntunannya,
Sedang untuk akidah, ini tiket kita masuk surga lho mas, rukun iman, rukun islam, tauhid sesuai pemahaman rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Maka di bagian ini tentunya perlu perhatian khusus agar tidak ada penyimpangan di dalamnya karena merupakan dasar agama, sehingga bukan merupakan sesuatu yang bisa ditolerir sebagaimana perbedaan qiraat..
Wallahu a’lam bishawab
Dalam beragama gak ada prinsip kemajuan, bgmn yg diajarkan dan dicontohkan Rasulullah shalallahu alaihi wassalam, sedapat mungkin begitu juga yg hrs kita lakukan, artinya agama itu statis. Apa yg dulu bukan agama maka hari ini juga bukan agama. Yg boleh diperbaiki atau lbh maju itu adalah sarana ibadah atau masalah duniawi nya, misal : mesjid, dulu dg teknologi yg ada mesjid itu hanya beratap rumput, berlantai tanah, sangat sederhana sekali, tapi sekarang mesjid telah dibangun dg sangat megahnya. Jadi bangunan mesjid sebagai sarana ibadah boleh berubah, tapi ritual ibadahnya tetap, tak boleh diubah…
Situs ini ternyata situs wahibi to. Ingin mengobok-obok umat Islam di Indonesia, sudah tahu masalah khilafiah ini sudah menjadi dinamika beragama, khususnya di Indonesia, tetapi masih saja diangkat. Parahnya hal ini dibahas secara dangkal, karena memang bukan kapasitasnya untuk membahas hal ini, jangan asal-asalan. Dan wahabi ini aneh, tidak konsisten. Katanya semua yang baru dalam hal ibadah termasuk bid’ah. Sumber hukum primer hanya alquran dan sunnah, tidak ada sumber hukum sekunder. Tidak ada bid’ah hasanah, semuanya dholalah. Tapi dalam kitabnya wahabi ‘al-hidayah’ tercantum mengakui adanya sumber hukum sekunder yaitu maslahat al mursalah, contohnya pembukuan alquran. Ini kan inkonsisten??!!
Agama apalagi ibadah tdk boleh diubah-ubah, apapun alasannya karena yg berhak menetapkan ibadah itu hanya Allah ta’ala, nabipun hanya menyampaikan… Jadi agama itu statis, bgmn dulu Rasulullah shalallahu alaihi wassalam mengajarkan dan mencontohkan sedapat mungkin seperti itulah yg kita lakukan agar ibadah kita diterima Allah Subhanahu wa ta’ala… Yg boleh berubah itu hanya sarana nya saja. Mengumpulkan Al-Qur’an itu bukan ibadah dalam bentuk syari’at, tapi ibadah dlm rangka berbuat kebaikan boleh jadi… Jaman nabi juga sdh dikumpulkan dlm bentuk pengumpulan satu surat, pelepah kurma yg berisi surat Al-Baqarah disatukan, walaupun blm lengkap krn wahyu msh turun, pelepah kurma yg berisi surat Maryam dikumpul juga, dst… Dimasa Usman bin Affan sdh ada sarana semisal kertas, maka Al-Qur’an mulai dibukukan… Jadi mengumpulkan Al-Qur’an itu bukan ibadah spt ibadah sholat yg di syari’at kan… Tapi ibadah berupa kebaikan…
assalammu’alaykum ustadz.. klo kita diundang berbuka puasa sekaligus haul oleh tetangga bagaimana cara menolak undangannya? klo ana pergi aja dari rumah dan pulang ke rumah saat selesai acaranya, apakah tindakan ana itu sudah benar? mohon pendapatnya..
Saya ISLAM,
NU,
AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH,
MADZHAB IMAM SYAFI’I,
Beraqidah yang lurus,
dan Bertasawuf yang benar.
Emang imam syafii mengadakan tahlilan, haul dll?
Mereka memang paling beda,,
Bisa membuat shalat2 baru: http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,10-id,37047-lang,id-c,ubudiyah-t,Sembahyang+Hadiyah+untuk+Mayit-.phpx
Bisa membuat dalil2 baru,,
Bisa membuat amal2an baru..
Apakah saudara sudah memahami buku2x turots ulama dan sudah menjadi mujtahid hingga bisa menyimpulkan demikian?
https://www.youtube.com/watch?v=IWvp_43AjbM
Ribet banget ya Ngurusin Amalan2 Sunnah Yang dijalanin NU Dan Ahlul Bait, kalau emang niat Baik datengin Ulama2 NU Nan Ahlul Bait Para Habaib. Tanya kenapa ngejalanin silahkan dari mana asalnya nanti Beliau-Beliau Pasti Dengan senang Hati jelasin Dan Kluarin Kitab2nya Yang Berisikan Dalil Quran Hadist Yang dikupas Para Ulama Sholeh Pintar Bijak Jaman Dulu. Jangan Antum Yang Kontra Maen Percaya aja dari guru Antum kalau mau Tau masuk kedalem sopan !!! Kan Antum Yang ribet ngurusin Amalan Sunnah Yang Kami jalanin dari Guru Ulama Kami, turun temurun dari Gurunya lagi naek lagi ke gurunya lagi naek trs smp Kanjeng Baginda Nabi Besar Muhammad SAW.
Yang Bijak Ngaca aja dah !!! Amal Antum dijamin Diterima ALLAH SWT.
Ini jelas Konspirasi Adu Domba Yang ujung2nya Supaya Indonesia Pecah, dimana2 Yang Islam Ahlusunnah wal Jamaah Yang Bener2 Cinta Nan Rindu Sebener-Benernya sm Kanjeng Rasulullah SAW terus dikejar ,difitnah, jelas coba dihapusin Biar Islam yg gk Bener yg mimpin. Abis itu diBudakin Sama Tukang Adu Domba, ngerasa Kuasa padahal dijadiin Budak nya Yahudi (Inggris,AS Dkk nya). Contoh tu Irak Hasil Adu Domba udah jelas , Afghanistan, dll.
“Udeh intinya kalau ente niat Baik Datengin Ulama Kami NU Dan Ahlul Bait Patokan Aswajanya di Indonesia. Dri dulu Inget Sejarah Wali Songo Kan Antum APA Gk Percaya juga Wali Songo yg jelas2 Orang Sholeh Waliyullah. ”
Entar dijelasin Detil kalau udah dijelasin masih gk yakin terserah ente, Jangan Malah Gembar-Gembor, Udah jelas Kok intinya Buat Narik Simpati Biar keliatan Paling Bener terus Yang Awam Terkesima terus Gabung.
Bagi Yang Awam Belajar Bijaksana, Kalau ngikut Nyalahin NU sm Ahlul Bait (Para Habaib) jng dulu belaga Pinter datengin juga Tanya Langsung Ahlinya ya Ulama NU sm Ahlul Bait, Biar gk keseret2 doang tapi Professional. Itu Baru Gentleman “
Kan yg kebakaran jenggot kan para ulama nu kenapa bukan ulama nu aja yg datangi para wahabi……… Kalau merasa ajarannya menyesatka
Notif
Basi
Basi banget nih tulisan. Tahlil, bid’ah, maulid, qunut dll, masih aja ngurusin yang beginian. Ayolah kita bersatu memerangi serangan orang2 kafir yang udah jelas di depan mata, pelacuran online, pesta bikini, narkoba, miras. Hal2 maksiat tersebut makin menggila. Itu yang harus dilarang. Bukan malah melarang orang tahlil, maulid, qunut. Pake ngancam neraka pula.
jangan salah bang Gabriel, getolnya mereka menyuguhkan hal2 seperti ini bahkan membesar2kan perbedaan kecil serta dalam hal yg kurang penting seperti ini, bisa jadi adalah salah satu agenda besar musuh2 islam yg sengaja mempelajari islam dan menyelinap dari dalam (berpura2 menjadi tokoh islam) lalu menyebarkan perbedaan2 amaliyah dengan dalih pemurnian ajaran islam dan dilengkapi dalil2 Quran dan Hadits yg sengaja disimpang2kan. padahal tujuannya adalah menghancurkan islam dari dalam, biar sesama orang islam pada berantem. Liat saja kebanyakan orang2 yg mengikuti mereka adalah orang2 awam dalam islam yg dicekoki sedikit dalil Quran dan Hadits padahal mereka (para pengikut ini) tidak memahami yg sebenarnya dalil2 yg mereka hafalkan.
Rasul tidak mengajarkan umatnya untuk saling mencela. apalagi mencela kaum sesama. Astaghfirullah
jangan sok tau, sok ngerti bahwa yang anda katakan itu benar..
islam jangan anda logikakan.. mari amal ma’ruf nahi munkar, jangan anda usik yang telah mereka lakukan
ngaca dulu sebelum berbicara, anda siapa..?
kalo
rasul,khulafurrasyidin,sahabat tabi’in dan tabiut-tabiin tidak melakukan:
nelung dina, mitung dina, matangpuluh dina,nyatus, nyewu, mendak siji, mendak
pindo,ngekol(haul), terus di mekah,medinah,yaman juga ndak ada umat islam yang
melakukan, sedang yang ada hanya di jawa/indonesia logikanya kan jelas to mas
itu tambahane orang jawa saja? hadistnya : “Hati-hatilah dengan sesuatu
yang baru(ibadah yang diada-adakan), yang baru itu bid’ah, bid’ah itu sesat,
sesat itu tempatnya di neraka. ini ndak mencela pelaku tahlilan mas. tapi amr
ma’ruf nahi munkar, mengajak tidak memalsukan ibadah itu amr ma’ruf nahi
munkar. karena memalsukan ibadah itu kemunkaran. mosok ada ibadah pake nama dg
bahasa jawa : nelung dina, mitung dina, matangpuluh dina,nyatus, nyewu, mendak
siji, mendak pindo,ngekol(haul). Rasul kan ndak pake bahasa jawa, tapi bahasa
arab. gunakan logikamu untuk memahami islam. apa mas sinung kurniadi tahu
bahasa arabnya nelung dina, mitung dina, matangpuluh dina,nyatus, nyewu, mendak
siji, mendak pindo,ngekol(haul)?
Klo hnya skdar tau ilmu agama dr membca.mndger tnp berguru yg murshid…alagkah baikx tdk ush mncela org lain….perbaiki amal kita masing2 aj..org yg benar itu mnjga tutur bhs.sikp dn ucpan yg kluar dr muludx..klo htx baik,baik pula mulut dan skpx…bukan sibuk memBID’AH org lain
berpikirnya aj sdh berprasangka tdk baik sm org lain…bgaimana bs diktakan benar amalanx…amal baik tergantung dia mnsikapix bukan mersa benar…amaln msg2 ..jgn mgtkan org lain bidah dan sbgaix….
Siip…
orang – orang wahabi selamanya tidak akan rela kalao ajaran ahlussunnah wal jamaah tetap lestari …bermacam cara mulai menuduh, mencaci sampai memfitnahpun dilakukan seperti orang-orang yahudi. untuk mempengaruhi orang awam yang dangkal ilmunya sehinggu mereka mengikutinya..
Ya Allah…
Selamatkanlah aswaja indonesia yg penuh kedamaian dari fitnah wahabi.
lho yg pakek internet bit’ah smua tuh
wkwkwk
Bid’ah itu artinya menambahkan sesuatu yang baru dalam agama bukan DUNIAWI.
Ente ngikut rasul atau NU?
Apaa sihh..numpang ketawa aj…udh gak usah berisik..
Bagi kalian bid’ah itu semua sayyi’ah
Bagi kami bid’ah itu ada yg hasanah dan ada yg sayyi’ah…
Gitu aj koq repot..
Jgn lgsg ngambil dalil dr hadist dan alquran .
Klo bahasa arabnya masih belepotan..
Krna itulah bertaqlid hukumnya wajib…
dalil yang mana jenggot??
salaf yang mana??
ada juga lw yang kaga make akal…
nih gw tanya klo ruh orang meninggal itu mati ruh nya apa idup???
orang bego ngomong
jenggot lw potong tuh kutu mulu
sama jidad lw lap udah item kebanyakan kafirin orang
dasar tanduk setan hahahaha
celana lw kurang bahan
sono gih ngeboom lagi biar mati!!
noh di arab kiblat akidah lw yang belain amerika!!!ada perayaan mokat nya si wahab lw kaga komentarin!!!!
LIDAH ENTE kayAk IBLIS LAKNATULLAH, KUDU DIRUQYAH NEH , WKWKWK
faktanya…faktanya…faktanya….??? apaan sih nih
Baca lagi dong artikel he..he… dah ada faktanya masih ngeyel ^_^
Ini hanya ulah Kaum Wahaby yg terbiasa membuat fitnah keji.
Penjelasan dari hadis itu ternyata hanya berasal dari si penulis yg dipaksakan untuk memasukkan agar seakan2 tahlilan itu adalah hal yg dilarang.
kalo ilmunya masih sebatas mata kaki, mending jangan ribut, banyak referensi dari al-qura’an dan hadits. jangan menilai sesuatu hanya dari 1 atau 2 ayat atau hadits. ini sesama muslim kok saling hina, apa kalian gak sadar , ada orang yang tertawa disana kalo kita ribut begini.
Islam Rohmatan Lil ‘Alamin, sesama muslim janganlah saling mencaci satu dengan yang lain.Hakikat Kebenaran hanya dari Allah.kita tidak bisa mengklaim bahwa kita yang paling benar.
walah klo semua bid’ah bid’ahan trus klo kita berkendara pakek motor, trus jalan pakek sandal, trus pakek tablet, pakek komputer kan di zaman nabi kan tidak ada trus gymana hukumnya. klo memakai yang tidak ada dizamannya….? itu kan termasuk bid’ah /????
ada hadist yang melarang untuk tahlilan? soheh apa tidak hadis itu?
apa medo’akan orang yang sudah meninggal itu dilarang?
dan 1 lagi saya pernah melihat, mengadzankan orang yang sudah meninggal hukumnya tidak ada dalam ajaran islam, karena azan itu cuma diserukan kepada orang2 yang sholeh yang mau menjalankan sholat. memang saudara kita yang sudah mati pada saat dia masih hidup bukan orang saleh?
orang baru dilahirkan kalau bisa diazankan, begitu juga dengan orang yang sudah mati, tidak ada slahnya kita juga mengadzankan apalagi mendo’akan. karena salah satu yang akan menolong kita diakhirat nanti yaitu do’a anak yang soleh. mohon direnungkan mas.
emang hadist ngelarang tahlilan g ada om, tetapi apakah rosul melakukan tahlilan ketika sahabat/teman meninggal? dan rosul menyuruh kita melakukan tahlilan?
itu sampean yang berfikir seperti itu mas yovi. mungkin anda berfikir maulid nabi itu bid’ah, sedangkan memperingati ulang tahun Amien Ru’is itu tidak bid’ah. difikirlah, siapa amin siapa nabi kita. anda lebih pintar untuk memilih.
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Br ikutin obrolan menarik, semoga bukan debat kusir, yang pada akhirnya pertahankan ide masing-masing. Tapi marilah kita saling membuka diri untuk menerima kebenaran. Utamakan dalil dp qiyas.
Imam Syafi’i pernah berpesan jika perkataan saya menyelisihi dalil /hadits, buang perkataan saya ke tembok dan ambil hadits.
bid’ah itu benar, saya sebagai orang NU membenarkan kata2 anda, sebagai contoh saat zaman nabi Muhammad SAW, tidak ada yang namanya peringatan maulid nabi, karena pada saat nabi masih hidup beliau mensyiarkan islam saja dengan cara diam diam, kalau sampai diperingati maulid nabi, kaum kafir tidak terima dan akan menjadi peperangan.
Allah maha tahu pak, mari kita berlomba2 mencari kebaikan orang bukan mencari keburukan orang. dan satu lagi, terimakasih.
Fitnah nya parah banget, lha koq hobi banget ya fitnah sini fitnah sana, cari lawan, cari perkara, cari ribut. Ngaji yg bener ya ke para ulama yg sanad keilmuannya sampe ke Baginda Rosul.
Yang Aneh itu anda…Sok tau
Baca lagi dong artikel he..he… dah ada faktanya masih saja ngeyel ^_^
Biasanya orang yang menjustifikasi kayak gini memotong,bahkan membuang dawuh ulama’ yang menunjukkan keshohihan dalil tahlilan, tawassul dll…atau sering mengartikan sebuah lafazd dengan memberikan arti semacam kesimpulan,padahal andai mereka jeli mereka akan tahu kelemahan otak mereka…seperti
“Kumpul2 bid’ah karna termasuk bagian dari ratapan”…
Kata kumpul2 disini kemudian dengan orang yg pasti WAHABI diartikan sebagai tahlilan,tawassulan dll…padahal itu mutlak bermakna kumpul2 (tanpa membaca yasin,tahlil dsb)…yaaa sdh jelas toh makruh hukumnya lawong cuma kumpul2…
Beda lagi halnya kalo kumpulnya sambil berdikir… maka pasti sdh tidak diragukan lagi kesunnahanya…
BEHITULAH SEMESTINYA NALAR ORANG WARAS….
Maaf yaa, sebelumnya. Setahu saya tahlilan, haul dan sebagainya itu kan acaranya baca Qur’an, zikir, berdo’a dan klo ngasih makan atau “amplop” itu kan itungannya sedekah. Apa semua itu juga termasuk Bid’ah yg Nabi Muhammad SAW tidak pernah ajarkan sebelumnya?? Makasih
Apanya x tahayyul?
Blg ja mls untuk dtg ke tahlilan, wong mendo’akan yg dah meninggal agr dosax diampuni & bs ke syurga itu kan bagus. Emang kalian mau diperlakukan sebaliknya?(di doakan x buruk)
KLO BEGITU MUSLIM YANG MATI GA USAH DISHOLATI YA? KAN DOA NYA GA BAKALAN SAMPAI..ALLAHUMMAGHFIRLAHU WARHAMHU WAAFIHI WA’FUANHU..?
Sekedar memberikan pencerahan bagi yang berdebat….“Pendapatku benar, tapi memiliki kemungkinan untuk salah. Sedangkan
pendapat orang lain salah, tapi memiliki kemungkinan untuk benar.”
Demikian ungkapan yang sangat populer dari Imam Syafi’i.
“Pendapatku benar, tapi memiliki kemungkinan untuk salah. Sedangkan
pendapat orang lain salah, tapi memiliki kemungkinan untuk benar.”
Demikian ungkapan yang sangat populer dari Imam Syafi’i.
dalam amat kata katamu om
Klo begitu …
Admin juga sudah melakukan perbuatan bid`ah dgn menulis disini soalnya rosul juga tdk dakwah
Menggunakan media internet…
Kaidah fiqhnya: SEMUA IBADAH ITU HARAM KECUALI YANG DIPERINTAHKAN DAN DICONTOHKAN RASUL, UNTUK URUSAN DUNIA SEMUA BOLEH KECUALI YANG DIHARAMKAN. Nabi ndak mengatur masalah alat komunikasi mau ake apa. termasuk internet. internet ndak bidah
Ngomongin imam assyafi’i? Emng dh tau maqomnya? Dah baca qoul qodim n jadidinya? Dh baca silsilahnya?.
Hampir tiap minggu saya liat maqom indah imam syafi’i yang dihiasi dengan silsilah, ajaranya hingga tradisi beliau.
Tunjukan pada saya kalau NU seperti yang anda bicarakan besrta dalilnya?.
nah kalau butuh tabayun ya cobalah tabayun sama pengurus PBNU seperti DR.K.H. Mustofa Bisyri atau Prof.DR.K.H. Aqil sirdj. Jangan bisanya berkoar-koar doang.
terus gmana dengan hasil muktamar NU itu mas Alfa????!!!!!
Talbinah adalah makanan nabawi yg dianjurkan untuk dibuat agar menghilangkan kesedihan dan menghibur hati
Adalah sunnah bagi tetangga untuk memberi makan keluarga mayit yg ditinggalkan, karena keluarga tersebut sedang kesusahan dan tidak ada waktu untuk memikirkan makan, apalagi masak
yang salah adalah kumpul2 selama 7, 40, dst
jika cuma berta’ziyah atau dalam bahasa gaulnya bela sungkawa engga masalah
tapi kalau kumpul2, keluarga bikinin makan terus ada ibadah2nya, kaya dzikir, baca al Quran dll, tidak ada contohnya. apalagi sampai berhari2, berminggu2, berbulan2 atau bertahun2
itu udah masuk meratapi. dan hukum meratapi itu haram
yg pasti tulisan ini merupakan kebohongan dengan cara memenggal isi dari sebuah kitab yang berjudul I’anat ath-Thalibin… klo mau tau yang sebenarnya silahkan buka http://rmi-nu.or.id/benarkah-keputusan-muktamar-nu-i-dan-kitab-ianat-ath-thalibin-melarang-tahlilan-76?hc_location=ufi
luar biasa benar org2 yg membenci NU memutar balikkan fakta. segala cara dilakukan demi nafsu yg sudah membatu di kepala. Kalau sudah demikian, baca dengan hati di nu.or.id agar hidayah menaungi org2 wahabian yg semakin delap mata
aduh,ky gini ni yg bikin Islam pecah berantakan, amalan yg kita yakini mnggo diamalkan, yang beda ya gk usah di intervensi,
dakwah itu mengajak, bukan mengejek
dakwah itu merangkul, bukan memukul
dakwah itu membina bukan menghina
ayolah bro kita bangun islam yg solid
Aku heran dengan kalian semua umatKu. Tapi Aku senang melihat kalian terpecah belah saling mencaci maki menganggap dirimu paling benar diantara kebenaran yg hakiki ada didiriKu.. teruskan saling menghujad dan mencaci maki smp hatimu benar kotor tertutup maka nerakaKu siap menerima kalian semua. Dan persegeralah banyak istighfar maka surga dan pengampunanKu selalu terbuka utk kalian. Smoga warga NU yg dihujad jgn pernah komentar dan ikut larut dlm godaan syaitan.. Aku selalu bersama orang2 yg sabar dan teraniaya..
Jawaban Bantahan:
1. Muktamar NU I di Surabaya tanggal 13 Rabiuts Tsani 1345 H/21 Oktober 1926
Kutipan:
_________________
Keputusan Masalah Diniyyah No: 18 / 13 Rabi’uts Tsani 1345 H /21 Oktober 1926 di Surabaya mengatakan bahwa Tahlilan adalah Bid’ah Mungkarah merujuk kepada kitab I’anat ath-Thalibin juz 2 halaman 165-166.
_________________
Jawaban Bantahan:
Perlu diluruskan di sini bahwa dalam Muktamar NU I Keputusan Masalah Diniyyah No: 18 / 13 Rabi’uts Tsani 1345 H /21 Oktober 1926 di Surabaya tidak ada yang membahas soal Tahlilan. Yang dibahas dalam Muktamar itu ada ada 27 soal. Salah satu soalnya, yakni soal ke-18, yang dibahas adalah masalah “Keluarga Mayyit Menyediakan Makanan Kepada Penta’ziyah”. Di dalamnya dijelaskan antara lain bahwa: “Bid’ah dhalalah jika prosesi penghormatan kepada mayyit di rumah ahli warisnya itu bertujuan untuk “meratapi” atau “memuji secara berlebihan.” Antara “Tahlilan” dengan “Meratapi” jelas sangat jauh berbeda pengertiannya.
2. Kitab I’anat ath-Thalibin Juz 2 Halaman 165-166
Kutipan: Setidaknya ada 5 pernyataan yang mereka comot dari kitab I’anat ath-Thalibin secara tidak jujur dan memelintir maksud dari pernyataan tersebut untuk mengharamkan Tahlilan. Ini banyak dicantumkan di situs-situs mereka dan dikutip oleh sesama mereka secara serampangan pula.
_________________
نعم، ما يفعله الناس من الاجتماع عند أهل الميت وصنع الطعام، من البدع المنكرة التي يثاب على منعها والي الامر
“Ya, apa yang dilakukan manusia, yakni berkumpul di rumah keluarga si mayit dan dihidangkan makanan, merupakan bid’ah munkarah, yang akan diberi pahala bagi orang yang mencegahnya. Dengannya Allah akan kukuhlah kaidah-kaidah agama, dan dengannya dapat mendukung Islam dan Muslimin.” (I’anat ath-Thalibin juz 2 halaman 165).
وما اعتيد من جعل أهل الميت طعاما ليدعوا الناس إليه، بدعة مكروهة – كإجابتهم لذلك، لما صح عن جرير رضي الله عنه. كنا نعد الاجتماع إلى أهل الميت وصنعهم الطعام بعد دفنه من النياحة
“Dan apa yang dibiasakan manusia tentang hidangan dari keluarga si mayit yang disediakan untuk para undangan adalah bid’ah yang tidak disukai agama, sebagaimana datangnya para undangan ke acara itu. Karena ada hadits shahih yang diriwayatkan dari Jarir Ra.: “Kami menganggap bahwa berkumpul di rumah keluarga si mayit, mereka menghidangkan makanan setelah penguburannya, adalah termasuk nihayah (meratap) –yakni terlarang.”
وفي البزاز: ويكره اتخاذ الطعام في اليوم الاول والثالث وبعد الاسبوع، ونقل الطعام إلى القبر في المواسم
“Dalam kitab al-Bazaz dikatakan: “Dibenci menyediakan makanan pada hari pertama, tiga, dan setelah tujuh hari, dan juga mengirim makanan ke kuburan secara musiman.”
“Dan diantara bid’ah yang munkarat yang tidak disukai ialah apa yang biasa dikerjakan orang tentang cara penyampaian rasa duka cita, berkumpul dan acara hari keempat puluh, bahkan semua itu adalah haram.” (I’anat ath-Thalibin juz 2 halaman 145-146).
“Dan tidak ada keraguan sedikitpun, bahwa mencegah umat dari bid’ah munkarat ini adalah menghidupkan sunnah Nabi Saw., mematikan bid’ah, membuka seluas-luasnya pintu kebaikan dan menutup serapat-rapatnya pintu-pintu keburukan. Karena orang-orang memaksa-maksa diri mereka berbuat hal-hal yang akan membawa kepada hal yang diharamkan.” (I’anat ath-Thalibin juz 2 halaman 145-146).
_________________
Jawaban Bantahan:
Mengusik amalan seseorang Muslim dengan menukil pernyataan ulama dari kitab muktabar secara serampangan (mengguting-gunting kalimat) merupakan perbuatan keji dan sangat tidak berakhlak. Selain termasuk telah menyembunyikan kebenaran, juga termasuk telah memfitnah ulama yang perkataannya telah mereka nukil, merendahkan kitab ulama dan juga telah menipu kaum Muslimin. Dakwah mereka benar-benar penuh kepalsuan dan kebohongan. Mengatasnamakan Madzhab Syafi’i untuk menjatuhkan amalan Tahlil.
1. Kedustaan Pertama
Nukilan di atas merupakan bentuk ketidakjujuran, dimana orang yang membacanya akan mengira bahwa berkumpul di tempat ahlu (keluarga) mayyit dan memakan makanan yang disediakan adalah termasuk bid’ah munkarah. Padahal bukan seperti itu yang dimaksud oleh kalimat tersebut. Mereka telah menggunting (menukil secara tidak jujur) kalimat tersebut sehingga makna (maksud) yang dkehendaki dari kalimat tersebut menjadi kabur. Padahal, yang benar, bahwa kalimat tersebut merupakan jawaban atas pertanyaan yang ditanyakan sebelumnya. Itu sebabnya, kalimat yang mereka nukil dimulai dengan kata “na’am” (iya). Berikut teks lengkapnya:
وقد اطلعت على سؤال رفع لمفاتي مكة المشرفة فيما يفعله أهل الميت من الطعام. وجواب منهم لذلك. (وصورتهما). ما قول المفاتي الكرام بالبلد الحرام دام نفعهم للانام مدى الايام، في العرف الخاص في بلدة لمن بها من الاشخاص أن الشخص إذا انتقل إلى دار الجزاء، وحضر معارفه وجيرانه العزاء، جرى العرف بأنهم ينتظرون الطعام، ومن غلبة الحياء على أهل الميت يتكلفون التكلف التام، ويهيئون لهم أطعمة عديدة، ويحضرونها لهم بالمشقة الشديدة. فهل لو أراد رئيس الحكام – بما له من الرفق بالرعية، والشفقة على الاهالي – بمنع هذه القضية بالكلية ليعودوا إلى التمسك بالسنة السنية، المأثورة عن خير البرية وإلى عليه ربه صلاة وسلاما، حيث قال: اصنعوا لآل جعفر طعاما يثاب على هذا المنع المذكور ؟
“Dan sungguh telah aku perhatikan mengenai pertanyaan yang ditanyakan (diangkat) kepada para Mufti Mekkah tentang apa yang dilakukan oleh keluarga mayyit perihal makanan (membuat makanan) dan (juga aku perhatikan) jawaban mereka atas perkara tersebut. Gambaran (penjelasan mengenai keduanya; pertanyaan dan jawaban tersebut) yaitu mengenai (bagaimana) pendapat para mufti yang mulia di Negeri al-Haram, (semoga (Allah) mengabadikan manfaat mereka untuk seluruh manusia sepanjang masa), tentang kebiasaan (‘urf) yang khusus di suatu negeri bahwa jika ada yang meninggal, kemudian para pentakziyah hadir dari yang mereka kenal dan tetangganya.
Lalu terjadi kebiasaan bahwa mereka (pentakziyah) itu menunggu (disajikan) makanan dan karena rasa sangat malu telah meliputi keluarga mayyit maka mereka membebani diri dengan beban yang sempurna. Dan (kemudian keluarga mayyit) menyediakan makanan yang banyak (untuk pentakziyah) dan menghadirkannya kepada mereka dengan rasa kasihan. Maka apakah bila seorang ketua penegak hukum yang dengan kelembutannya terhadap rakyat dan rasa kasihannya kepada ahlu mayyit dengan melarang (mencegah) permasalahan tersebut secara keseluruhan agar (manusia) kembali berpegang kepada as-Sunnah yang lurus, yang berasal dari manusia yang terbaik dan (kembali) kepada jalan beliau Saw., saat ia bersabda: “Sediakanlah makanan untuk keluarga Jakfar.” Apakah pemimpin itu diberi pahala atas yang disebutkan (pelarangan itu)?
أفيدوا بالجواب بما هو منقول ومسطور. (الحمد لله وحده) وصلى الله وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه والسالكين نهجهم بعده. اللهم أسألك الهداية للصواب. نعم، ما يفعله الناس من الاجتماع عند أهل الميت وصنع الطعام، من البدع المنكرة التي يثاب على منعها والي الامر، ثبت الله به قواعد الدين وأيد به الاسلام والمسلمين.
“Penjelasan sebagai jawaban terhadap apa yang telah ditanyakan, (ya Allah kumohon kepadaMu supaya memberikan petunjuk kebenaran). Iya, apa yang dilakukan oleh manusia dari berkumpul di tempat keluarga mayyit dan menghidangkan makanan, itu bagian dari bid’ah munkarah, yang diberi pahala bagi yang mencegahnya dan menyuruhnya. Allah akan mengukuhkan dengannya kaidah-kaidah agama dan mendorong Islam serta umat Islam.”
Betapa apa yang dikehendaki dari pernyataan di atas telah keluar konteks saat pertanyaannya dipotong sebagaimana nukilan mereka dan ini yang mereka gunakan untuk melarang Tahlilan. Ketidakjujuran ini yang mereka dakwahkan untuk menipu umat Islam atas nama kitab I’anat ath-Thalibin.
Dalam pertanyaan dan jawaban di atas, yang sebenarnya termasuk bagian dari bid’ah munkarah adalah kebiasaan pentakziyah menunggu makanan di tempat keluarga yang terkena mushibah kematian. Akal sehat pun akan menganggap bahwa kebiasaan itu tidak wajar dan memang patut untuk dihentikan. Maka, sangat wajar juga bahwa Mufti Mekkah menyatakan kebiasaan tersebut sebagai bid’ah munkarah, dan penguasa yang menghentikan kebiasaan tersebut akan mendapat pahala. Namun, karena keluasan ilmu dari mufti tersebut tidak berani untuk menetapkan hukum “Haram” kecuali jika memang ada dalil yang jelas dan sebab-sebabnya pun luas.
Tentu saja, mufti tersebut kemungkinan akan berkata lain jika membahasnya pada sisi yang lebih umum (bukan tentang kasus yang ditanyakan), dimana pentakziyah datang untuk menghibur, menyabarkan keluarga mayyit bahkan membawa (memberi) bantuan berupa materi untuk pengurusan mayyit dan untuk menghormati pentakziyah yang datang.
Pada kegiatan Tahlilan orang tidak akan datang ke rumah ahlu mushibah dengan kehendaknya sendiri, melainkan atas kehendak tuan rumah. Jika tuan rumah merasa berat tentu saja tidak perlu mengadakan Tahlilan dan tidak perlu mengundang. Namun, siapa yang lebih mengerti dan paham tentang “memberatkan” atau “beban” terhadap keluarga mayyit sehingga menjadi alasan untuk melarang kegiatan tersebut, apakah orang lain atau keluarga mayyit itu sendiri ?
Keinginan keluarga mayyit untuk mengadakan Tahlilan dan mengundang tetangga atau orang lain untuk datang ke kediamannya merupakan pertanda keluarga mayyit memang menginginkannya dan tidak merasa keberatan. Sementara para tetangga (hadirin) yang diundang sama sekali tidak memaksa keluarga mayyit untuk mengadakan Tahlilan. Keluarga mayyit mengetahui akan dirinya sendiri bahwa mereka mampu dan dengan senang hati beramal untuk kepentingan saudaranya yang meninggal dunia, sedangkan hadirin hanya tahu bahwa mereka diundang dan memenuhi undangan keluarga mayyit.
Sungguh betapa sangat menyakitkan hati keluarga mayyit jika undangannya tidak dipenuhi dan bahkan makanan yang dihidangkan tidak dimakan atau tidak disentuh. Manakah yang lebih utama, melakukan amalan yang “dianggap makruh” dengan menghibur keluarga mayyit sehingga membuat hati mereka senang atau menghindari “yang dianggap makruh” dengan menyakiti hati mereka? Tentu saja akal yang sehat pun akan menilai bahwa menyenangkan hati orang dengan hal-hal yang tidak diharamkan adalah sebuah kebaikan yang berpahala, dan menyakiti perasaannya adalah sebuah kejelekan yang dapat berakibat dosa.
Di sisi yang lain antara keluarga mayyit dan yang diundang sama-sama mendapatkan kebaikan. Dimana keluarga mayyit telah melakukan amal shaleh dengan mengajak orang banyak mendoakan anggota keluarga yang meninggal dunia, bersedekah atas nama mayyit dan menghormati tamu dengan cara memberikan makanan dan minuman. Pada sisi yang diundang pun sama-sama melakukan amal shaleh dengan memenuhi undangan, mendoakan mayyit, berdzikir bersama, menemani dan menghibur keluarga mayyit. Manakah dari hal-hal baik tersebut yang diharamkan? Sungguh ulama yang mumpuni benar-benar bijaksana dalam menetapkan hukum “makruh” karena melihat dengan seksama adanya potensi “menambah kesedihan atau beban merepotkan”, meskipun jika seandainya hal itu tidak benar-benar ada.
Adanya sebagian kegiatan Tahlilan yang dilakukan oleh orang awam yang sangat membebani dan menyusahkan karena ketidak mengertiannya dalam masalah agama, secara umum tidak bisa dijadikan alasan untuk menetapkan hukum haram atau terlarang. Bagi mereka lebih pantas diberi tahu atau diajari bukan dihukumi.
2. Kedustaan Kedua
Kata yang seharusnya merupakan status hukum namun diterjemahkan sehingga maksud yang terkandung dari pernyataan tersebut menjadi berbeda. Ungkapan-ungkapan ulama seperti “akrahu” (saya membenci), “makruh” (dibenci), “yukrahu” (dibenci), “bid’ah munkarah” (bid’ah munkar), “bid’ah ghairu mustahabbah” (bid’ah yang tidak dianjurkan), dan “bid’ah mustaqbahah” (bid’ah yang dianggap jelek), semua itu mereka pahami sebagai larangan yang berindikasi hukum haram mutlak. Padahal dalam kitab tersebut berkali-kali dinyatakan hukum “makruh” untuk kegiatan berkumpul di rumah keluarga mayyit dan dihidangkan makanan, terlepas dari hukum-hukum perkara lain seperti takziyah, hukum mendoakan, bersedekah untuk mayyit, dimana semua itu dihukumi sunnah.
Bacalah terjemahan mereka yang sudah dituliskan di atas. Padahal teksnya yang benar adalah:
وما اعتيد من جعل أهل الميت طعاما ليدعوا الناس إليه، بدعة مكروهة – كإجابتهم لذلك، لما صح عن جرير رضي الله عنه. كنا نعد الاجتماع إلى أهل الميت وصنعهم الطعام بعد دفنه من النياحة
“Dan kebiasaaan dari keluarga mayyit membuat makanan untuk mengundang (mengajak) menusia kepadanya, ini bid’ah makruhah (bid’ah yang makruh), sebagaimana mereka memenuhi ajakan itu. Sesuai dengan hadits shahih dari Jarir Ra.: “Kami (sahabat) menganggap bahwa berkumpul ke keluarga mayyit dan menyediakan makanan (untuk mereka) setelah dikuburnya (mayyit) adalah bagian dari meratap.”
Mereka secara tidak jujur menterjemahkan status hukum “makruh” pada kalimat di atas. Dan hal itu sudah menjadi tuntutan untuk tidak jujur bagi mereka sebab mereka telah menolak pembagian bid’ah. Karena penolakan tersebut, maka mau tidak mau mereka harus berusaha memelintir maksud bid’ah makruhah (bid’ah yang makruh) tersebut.
Padahal bid’ah juga dibagi menjadi lima (5) status hukum namun mereka tolak, sebagaimana yang tercantum dalam kitab Syarah Shahih Muslim juz 7 halaman 105:
أن البدع خمسة أقسام واجبة ومندوبة ومحرمة ومكروهة ومباحة
“Sesungguhnya bid’ah terbagi menjadi 5 macam; bid’ah yang wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah.”
Bila ingin memahami perkataan para ulama Madzhab Syafi’i, maka harus faham juga istilah-istilah yang ada dan digunakan di dalam Madzhab Syafi’i. Penolakan mereka terhadap pembagian bid’ah ini mengandung konsekuensi yang besar bagi mereka sendiri saat dihadapkan dengan kitab-kitab ulama Madzhab Syafi’iyyah. Dan untuk menghidarinya, satu-satunya jalan adalah dengan jalan tidak jujur atau mengaburkan maksud yang terkandung dari sebuah kalimat. Siapapun yang mengikuti pemahaman mereka maka sudah bisa dipastikan keliru.
Status hukum yang disebutkan pada kalimat di atas adalah “makruh”. Makruh adalah makruh dan tetap makruh, bukan haram, yaitu mendapat pahala apabila ditinggalkan dan tidak mendapat dosa bila dilakukan. Makruh yang disebutkan di atas juga terlepas dari hukum takziyah itu sendiri.
Kemudian persoalan “an-Niyahah” (meratap) yang disebut dalam hadits shahih di atas, dimana hadits tersebut juga dikeluarkan oleh Ibnu Majah. An-Niyahah memang perbuatan yang dilarang dalam agama. Namun, bukan berarti sama sekali tidak boleh bersedih atau menangis saat ada anggota keluarga yang meninggal dunia, sedangkan Rasulullah Saw. saja menangis mengeluarkan air mata saat cucu Beliau (Fatimah) wafat. Disaat beliau Saw. mencucurkan air mata, sahabat Sa’ad Ra. Bertanya:
فَقَالَ سَعْدٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا هَذَا فَقَالَ هَذِهِ رَحْمَةٌ جَعَلَهَا اللَّهُ فِي قُلُوبِ عِبَادِهِ وَإِنَّمَا يَرْحَمُ اللَّهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ
“Ya Rasulullah, apakah ini?” Jawab Rasulullah Saw.: “Ini (kesedihan ini) adalah rahmat yang Allah jadikan di hati para hambaNya, Allah hanya merahmati hamba-hambaNya yang mengasisihi.” (HR. Imam Bukhari no. 1284).
Rasulullah Saw. juga menangis saat menjelang wafatnya sang putra yang bernama Ibrahim, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abdurrahman bin ‘Auf Ra.:
فَقَالَ لَهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَأَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ يَا ابْنَ عَوْفٍ إِنَّهَا رَحْمَةٌ ثُمَّ أَتْبَعَهَا بِأُخْرَى فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْعَيْنَ تَدْمَعُ وَالْقَلْبَ يَحْزَنُ وَلَا نَقُولُ إِلَّا مَا يَرْضَى رَبُّنَا وَإِنَّا بِفِرَاقِكَ يَا إِبْرَاهِيمُ لَمَحْزُونُونَ
Abdurrahmah bin ‘Auf bertanya kepada Rasulullah Saw.: “Dan anda wahai Rasulullah?” Rasulullah Saw. bersabda: “Wahai Ibnu ‘Auf, sesungguhnya (tangisan) itu rahmat, dalam sabda yang lain beliau kata “sesungguhnya mata itu mencucurkan air mata dan hati bersedih, dan kami tidak mengatakan kecuali apa yang menjadi keridhaan Allah. Sesungguhnya aku adalah orang yang bersedih karena perpisahanku dengan Ibrahim.” (HR. Imam Bukhari no. 1303).
Rasulullah Saw. juga menangis di makam ibundanya sehingga orang yang bersamanya pun ikut menangis sebagaimana diriwayatkan dalam hadits-hadits shahih. (Lihat dalam Mughni al-Muhtaj ila Ma’rifat Ma’aniy Alfadz al-Minhaj juz 1 halaman 356 karya Imam Muhammad al-Khathib asy-Syarbini, cet. Dar el-Fikr).
Maka meratap yang sebenarnya dilarang (diharamkan) yang disebut sebagai “an-Niyahah” adalah menangisi mayyit dengan suara keras hingga menggerung apalagi diiringi dengan ekspresi berlebihan seperti memukul-mukul atau menampar pipi, menarik-narik rambut, dan lain sebagainya.
Kembali kepada status hukum “makruh” di atas, sebagaimana juga dijelaskan di dalam kitab al-Mughniy juz 2 halaman 215:
فأما صنع أهل الميت طعاما للناس فمكروه لأن فيه زيادة على مصيبتهم وشغلا لهم إلى شغلهم وتشبها بصنع أهل الجاهلية
“Maka adapun bila keluarga mayyit membuat makanan untuk orang maka itu makruh. Karena bisa menambah atas mushibah mereka, menambah kesibukan mereka (merepotkan) dan meniru-niru perbuatan jahiliyah.”
Makruh bukan haram, dan status hukum makruh bisa berubah menjadi mubah (boleh) jika keadaannya sebagaimana digambarkan dalam kitab tersebut di tulisan selanjutnya:
وإن دعت الحاجة إلى ذلك جاز فإنه ربما جاءهم من يحضر ميتهم من القرى والأماكن البعيدة ويبيت عندهم ولا يمكنهم إلا أن يضيفوه
“Dan jika melakukannya karena ada (sebab) hajat, maka itu diperbolehkan. Karena barangkali diantara yang datang ada yang berasal dari pedesaan, dan tempat-tempat yang jauh, dan menginap di rumah mereka, maka tidak bisa (tidak mungkin) kecuali mereka mesti dijamu (diberi hidangan).”
3. Kedustaan Ketiga
Penukilannya juga tidak tepat dan keluar dari konteks, sebab pernyataan tersebut masih terikat dengan kalimat sebelumnya. Dan mereka juga menterjemahkan status hukum yang ditetapkan dalam kitab al-Bazaz secara keliru. Berikut teks lengkapnya yang benar:
وقال أيضا: ويكره الضيافة من الطعام من أهل الميت، لانه شرع في السرور، وهي بدعة. روى الامام أحمد وابن ماجه بإسناد صحيح، عن جرير بن عبد الله، قال: كنا نعد الاجتماع إلى أهل الميت وصنعهم الطعام من النياحة. اه. وفي البزاز: ويكره اتخاذ الطعام في اليوم الاول والثالث وبعد الاسبوع، ونقل الطعام إلى القبر في المواسم إلخ
“Dan (juga) berkata: “Dan dimakruhkan penyediaan jamuan besar dari keluarga mayyit, karena untuk mengadakan kegembiraan, dan ini adalah bi’dah. Diriwayatkan oleh al-Imam Ahmad dan Ibnu Majah dengan isnad yang shahih dari Jarir bin Abdullah Ra.: “Kami (sahabat) menganggap berkumpulnya ke (tempat) keluarga mayyit dan menyediakan makanan bagian dari meratap.” Dan dalam kitab al-Bazaz: “Dimakruhkan menyediakan makanan pada hari pertama, ketiga dan setelah satu minggu dan (juga) dikatakan (termasuk) makanan (yang dibawa) ke kuburan pada musiman.”
Apa yang dijelaskan dalam kitab al-Bazaz adalah sebagai penguat pernyataan makruh sebelumnya (masih terkait dengan apa yang disampaikan sebelumnya). Namun sayangnya, mereka menukil separo-separo sehingga maksud dari pernyataan tersebut melenceng. Parahnya lagi mereka gunakan untuk melarang Tahlilan karena kebencian mereka terhadap kegiatan tersebut dan tidak menjelaskan apa yang sebenarnya dimakruhkan.
Yang dimakruhkan adalah berupa jamuan besar untuk tamu (adh-Dhiyafah) yang dilakukan oleh keluarga mayyit untuk kegembiraan. Status hukum ini adalah makruh bukan haram, namun bisa berubah menjadi jaiz (mubah) sebagaimana dijelaskan dalam kitab al-Mughniy di atas.
4. Kedustaan Keempat
Mereka menampilkan teks secara tidak utuh. Berikut adalah teks lengkapnya yang benar:
وفي حاشية العلامة الجمل على شرح المنهج: ومن البدع المنكرة والمكروه فعلها: ما يفعله الناس من الوحشة والجمع والاربعين، بل كل ذلك حرام إن كان من مال محجور، أو من ميت عليه دين، أو يترتب عليه ضرر، أو نحو ذلك.
“Dan di dalam kitab Hasiyat al-Jamal ‘ala Syarh al-Minhaj: “Dan sebagian dari bid’ah munkarah dan makruh mengerjakannya, yaitu apa yang dilakukan orang dari berduka cita, berkumpul dan 40 harian. Bahkan semua itu haram jika (dibiayai) dari harta yang terlarang (haram), atau dari (harta) mayyit yang memiliki (tanggungan) hutang atau (dari harta) yang bisa menimbulkan bahaya atasnya, atau lain sebagainya.”
Begitu jelas ketidakjujuran yang mereka lakukan dan penipuan terhadap umat Islam yang mereka sebarkan melalui website dan buku-buku mereka. Kalimat yang seharusnya dilanjutkan, di potong oleh mereka. Mereka telah menyembunyikan maksud yang sebenarnya dari ungkapan ulama yang berasal dari kitab aslinya. Mereka memenggal kalimat secara “seksama” (penipuan yang direncanakan/disengaja) demi tercapainya tujuan mereka yaitu melarang bahkan mengharamkan Tahlilan, seolah-olah tujuan mereka didukung oleh pendapat ulama, padahal hanya didukung oleh tipu daya mereka sendiri yang mengatasnamakan ulama.
5. Kedustaan Kelima:
Kalimat yang mereka terjemahkan sebenarnya masih berkaitan dengan kalimat sebelumnya, yang harus dipahami secara keseluruhan. Berikut ini adalah kelanjutannya:
وقد قال رسول الله (ص) لبلال بن الحرث رضي الله عنه: يا بلال من أحيا سنة من سنتي قد أميتت من بعدي، كان له من الاجر مثل من عمل بها، لا ينقص من أجورهم شيئا. ومن ابتدع بدعة ضلالة لا يرضاها الله ورسوله، كان عليه مثل من عمل بها، لا ينقص من أوزارهم شيئا. وقال (ص): إن هذا الخير خزائن، لتلك الخزائن مفاتيح، فطوبى لعبد جعله الله مفتاحا للخير، مغلاقا للشر. وويل لعبد جعله الله مفتاحا للشر، مغلاقا للخير.
Rasulullah Saw. bersabda kepada Bilal bin Harits Ra.: “Wahai Bilal, barangsiapa yang menghidupkan sunnah dari sunnahku setelah dimatikan sesudahku, maka baginya pahala seperti (pahala) orang yang mengamalkannya, tidak dikurangi sedikitpun dari pahala mereka (orang yang mengamalkan). Dan barangsiapa yang mengada-adakan (membuat) bid’ah dhalalah dimana Allah dan RasulNya tidak akan ridha, maka baginya (dosa) sebagaimana orang yang mengamalkannya dan tidak dikurangi sedikitpun dari dosa mereka.”
Dan Nabi Saw. bersabda: “Sesungguhnya kebaikan itu memiliki khazanah-khazanah. Khazanah-khazanah itu ada kunci-kuncinya (pembukanya). Maka berbahagialah bagi hamba yang telah Allah jadikan pada dirinya pembuka untuk kebaikan dan pengunci keburukan. Maka, celakalah bagi hamba yang telah Allah jadikan pada dirinya pembuka keburukan dan pengunci kebaikan.”
ولا شك أن منع الناس من هذه البدعة المنكرة فيه إحياء للسنة، وإماته للبدعة، وفتح لكثير من أبواب الخير، وغلق لكثير من أبواب الشر، فإن الناس يتكلفون تكلفا كثيرا، يؤدي إلى أن يكون ذلك الصنع محرما. والله سبحانه وتعالى أعلم.
“Dan tidak ada keraguan bahwa mencegah manusia dari bid’ah munkarah ini, padanya termasuk menghidupkan sunnah, mematikan bid’ah, membuka pada banyak pintu kebaikan, dan mengunci banyak pintu keburukan. Maka jika manusia membebani (dirinya) dengan beban yang banyak, itu hanya akan mengantarkan mereka kepada perkara yang diharamkan.”
Jika hanya membaca sepintas nukilan dari mereka, akan terkesan seolah-olah adanya pelarangan bahwa berkumpulnya manusia dan makan hidangan di tempat keluarga mayyit adalah diharamkan sebagaimana yang telah mereka nukil secara tidak jujur. Atau bahkan ketidakjelasan mengenai bid’ah munkarah yang dimaksud, padahal pada kalimat sebelumnya sudah dijelaskan dan status hukumnya adalah makruh. Meskipun bisa mengantarkan pada perkara yang haram jika membebani dengan beban yang banyak, yaitu jika (dibiayai) dari harta yang terlarang, atau dari (harta) mayyit yang memiliki (tanggungan) hutang atau (dari harta) yang bisa menimbulkan bahaya atasnya. (Disarikan dari mejlisrasulullah.org, generasisalaf.wordpress.com dan elhooda.net)
Orang syiah ni
Yang bilang bidah termasuk yang buat artikel di atas… Itu orang bego…. Dalam muktamar itu pengertiannya bukan seperti itu…makanya tanya pada ulama nu… Dan bukan diartikan sendiri…. Itu salah pengertian saja… He.. He… Lucu rasanya melihat orang bodoh berkeliaran sok pintar….
Kemudian anda menganggap diri anda pintar dan paling benar, astaghfirullah
Tanggapi dong juga isi artikelnya…^_^
baik saya tanggapi sebagian:
1. Terjemahan dari kitab i’anat talabin banyak korupsinya. sehingga pembaca tidak memahami maksud dari fatwa tersebut. ingat dalam dunia fatwa: jawaban hanya khusus untuk pertanyaan yang diajukan. dan pertanyaan berkaitan dengan penanya, waktu, tempat dan kasus. jika satu di antara 4 itu ada perbedaan, maka jawaban akan berbeda.
diterjemahan no 1, disebutkan seolah2x kasus yang ditanyakan adalah hukum (berkumpul di rumah keluarga mayit dan dihidangkannya makanan untuk itu). padahal kasusnya lebih dari itu, bukan sekedar kumpul dan makan. coba kita terjemahkan lafal arabnya:
ما قول المفاتي الكرام بالبلد
الحرام دام نفعهم للانام مدى الايام، في العرف الخاص في بلدة لمن بها من
الاشخاص أن الشخص إذا انتقل إلى دار الجزاء، وحضر معارفه وجيرانه العزاء،
جرى العرف بأنهم ينتظرون الطعام، ومن غلبة الحياء على أهل الميت يتكلفون
التكلف التام، ويهيئون لهم أطعمة عديدة، ويحضرونها لهم بالمشقة الشديدة.فهل
لو أراد رئيس الحكام -بما له من الرفق بالرعية، والشفقة على
الاهالي – بمنع هذه القضية بالكلية ليعودوا إلى التمسك بالسنة السنية،
المأثورة عن خير البرية وإلى عليه ربه صلاة وسلاما، حيث قال: اصنعوا لآل
جعفر طعاما يثاب على هذا المنع المذكور ؟ أفيدوا بالجواب بما هو منقول
ومسطور.
artinya: (silahkan yang faham bahasa arab di koreksi)
Apa pendapat para Mufti Mekah yang mulia – semoga manfaat mereka abadi bagi seluruh manusia- tentang adat kebiasaan sebuah negeri yang apabila ada seorang atau lebih dari penduduknya yang meninggal dunia, kaum kerabat dan tetangganya datang untuk takziah, menurut kebiasaan, para pentakziah menunggu hidangan makanan. Karena rasa malu, maka ahli mayyit sangat bersusah payah menyediakan berbagai macam bentuk hidangan untuk pentakziah. Mereka sangat kesusahan untuk menyediakannya.
Jika pemimpin negeri itu -dengan tujuan untuk meringankan beban masyarakat- ingin melarang adat kebiasaan ini sehingga masyarakat kembali berpegang teguh pada sunnah Rasulullah saw, sebagaimana sabdanya: buatkan lah untuk keluarga ja’far makanan- apakah pemimpin negeri itu mendapatkan pahala?
jadi kasusnya bukan sekedar makan, tetapi ahlul mayyit setengah mati menyediakan makanan, mungkin sampai berutang sana sini. dalam kasus seperti ini, haram hukumnya ngumpul dirumah si mayyit untuk menunggu makanan.
coba lihat bagaimana fatwa ini diselewengkan cakupannya.
kedua:
Dan tidak diragukan lagi bahwa melarang orang-orang untuk melakukan
Bid’ah Mungkarah itu (Haulan/Tahlilan : red) adalah menghidupkan Sunnah,
mematikan Bid’ah, membuka banyak pintu kebaikan, dan menutup banyak
pintu keburukan
tanggapan:
Fatwa tersebut tidak membicarakan tahlilan. tahlilan dengan pertanyaan mustafti itu dua kasus berbeda.
1. pertanyaan mustafti (penanya): orang2x yang takziyah berkumpul dirumah mayyit menunggu makanan, dan ahlul mayyit setengah mati menyiapkan makan.. ini kasusnya.
2. Tahlilan : Ahli waris punya kelebihan duit (bukan dari harta warisan, kalau pun dari harta warisan sudah disepaati bersama), ahli waris ingin menyedekahkan pahala kepada si mayyit – yang menurut sebagian ulama pahala bisa sampai- karena itu, ahlu mayit dengan senang -tidak terpaksa- mengundang penduduk kampung untuk datang membaca yasin, tahlil – la ilaha illaloh, tahmid dan lainnya, kemudian doa.. setelah itu ahlul bait menyediakan hidangan makanan.
dua kasus diatas jelas berbeda.
menyamakan kedua kasus itu dan memakai fatwa ini untuk mengharamkan yang kedua, jelas2x kejahatan ilmiyah, dan penipuan terhadap orang awam yang tidak faham bahasa arab dan tidak faham dunia fatwa.
bahkan beliau di dalam fafwa itu berkata:
من البدع المنكرة والمكروه
فعلها: ما يفعله الناس من الوحشةوالجمع والاربعين، بل كل ذلك حرام إن كان
من مال محجور، أو من ميت عليه دين، أو يترتب عليه ضرر، أو نحو ذلك
artinya: termasuk bid’ah yang mungkar dan makruh dilaksanakan: Apa yang dilakukan oleh manusia diantaranya berkumpul2x, dan 40 hari, bahkan semua itu menjadi haram hukumnya APABILA biaya yang dipakai adalah harta milik “mahjur” (ahli waris yang masih anak2x atau gila), atau harta mayyit yang masih punya utang yang belum terlunasi, atau jika menyebabkan bahaya, atau lainnya yang sama.
bisa difahami melalui mafhum mukhalafah: APABILA biaya yang dipakai adalah bukan dari harta milik “mahjur” (ahli waris yang
masih anak2x atau gila), atau bukan dari harta mayyit yang masih punya utang yang
belum terlunasi, atau bukan pula menyebabkan bahaya, maka hukumnya tidak haram.
Pergulatan umat islam bangsa indonesia, semakin meruncing.
Pengklaiman atas suatu kebenaran sebagai salah satu problema masyarakat saat ini. Lengkap sudah dr berbagai segmentasi masyarakat kaum akademisi dengan sejuta teorinya, kaum priyayi (tokoh masyarakat) dg patwa2 legitimasinya, menambah citarasa kebencian semakin gurih dan bervarian.
Bukankah rasulullah diutus utk membebaskan manusia dari kerangkeng perbudakan utk kemerdekaan diri , perdamaian dari segala konflik dan kebencian, bahkan dalam dekade hudaibiyah sudah mampu memberikan kreasi yang luar biasa dg terciptanya masyarakat tanpa peperangan, dilanjut dengan capaian deklarasi piagam madinah yang sudah mampu memberikan kesan satu atap antara islam, yahudi dan nasrani.mereka saling berdampingan, tolong menolong serta gotong royong (kuntowijoyo,).
Namun sekarang jangankan kita menjunjung tinggi hasil perjuangan nabi dalam menciptakan perdamaian, malah kitanya sendiri meligitimasi suatu kesalahan menggunakan hadist dan sabda nya. Mengklaim sekte agamanyalah yang paling benar, bahkan mensejajarkan diri sebagai ajaran (agama) baru sejajar dengan islam malah lebih ganas. Menganggap bahwa kelompoknya yang paling superior dan shahih dalam menjalankan sunah2 nabi. mudah berkata bid’ah dan melegalkan fitnah sesat thd saudaranya sendiri.
Adakah kita mampu mengambil hikmah dari perjalanan riwayah Muhammad.???
*fastabikul khoirot
https://generasisalaf.wordpress.com/2013/01/26/kejahatan-kecurangan-wahabi-salafy-menukil-kitab-ianatuth-thalibinn/
nih orang syiah mau bikin syubhat…aje baca2 baek2 yee “mereka berpisah kecuali keluarga dan orang-orang dekatnya.” itu bukan pesta mas cuman makan biasa aja yg hidangin juga sesama keluarga dan itu gak masuk ke pembahasan diatas karena yg dimaksud pembahasan diatas jelas : Dan dibenci bagi para tamu memakan makanan keluarga mayit, karena telah disyari’atkan tentang keburukannya
Belajar lg yaaaa mas. Biar pinter
Duh…ngeri NU sekarang.banyak dukung syiah, bid’ah….belagu kyai NU skr
http://www.elhooda.net/2014/03/keputusan-muktamar-nu-i-dan-kitab-ianath-ath-thalibin-melarang-tahlilan-benarkah/
Secara klo g boleh pasti rosul bilang kpd istriny, bhwa itu g boleh.
Buat baduy klo bca hadist jngan setengah2, itu msih da klanjutannya. Ilmunya rosul itu putus2 karena dibagi sma 4 sohabat, knp? Krn 1orang g mampu mempelajari ke ma’rifatan rosul.
Setahu saya,.orang datang berkumpul di rumah duka memberikan takziyah dgn makan2, tapi makanan itu disumang oleh warga kampung. Bukan disediakan olh tuan rumah. Yg dilarang itu klau memberatkan si tuan rumah atau si yg berduka utk mnyediakan makan minum..
klo dicirebon makan2 disediakan oleh tuan rumah bukan sumbangan warga kampung,selama 7hri brturut2 pula, sungguh mberatkan bg klurga yg brduka
Pestanya mana ? Ente tak paham bahwa makanan yg disuguhkan itu tujuannya untuk menenangkan hati orang yang sakit ? Ini masih termasuk ke dalam takziah. Pesta kematiannya dimana ?
Indahnya Islam kalo saling menghormati saudaranya
Ni ada cerita… Ayah ku meninggal 4 tahun lepas org kampung dtng dan para saudara..kebisaan kmpung ku pasti ada sumbangan dapat dri setiap org dtng dan dapat dana 6juta,,,,mlm nya kami mengada kan thlilan yg uang yg dapat tdi kami belanja kan mkanan dan minuman buat org yg hadir tahlilan yg memasak jg tetangga dan masrakat gk ada istilah istri si mayat yg krja kan semua..aku sebagai anak almahrum gembira melihat bnyk nya org yg datang berjikir dan mendoa kan almahrum…dimlm kedua hujan lebat dan org pun sepi rasa hti ini sedih gak bnyak org dtng di mlm ketiga bru ramai lagi hti ini pun senang….apa memulia dan mengembira kn hti seseorg yg sedang kena musibah itu bit’ah menurut anda…..sedang kan di majelis thlilan org gk ada yg meratap mlh sama” berdoa dan berjikir”’ di dalam ny bnyk mempat pertama memulia/ menghibur keluarga simayet,, dan mengingat kita tentang kematian agar lebih dekat sama allah,, dan menjalin slaturahim kepada masarakat itu yg anda bilng bit’ah,,nabi pernah bersabdah hibur keluarga zappar dan bawa kan minuman dan makanan krna kluarga zappar miskin klu yg meninggal kaya raya apa ahliwaris nya nya gk boleh sedekah memberi org” yg dtng makan,, yg gak boleh itu keluarga yg meninggal miskin trus masarakat gk mau buat sumbangan trus di ada kan tahlilan yg memasak sampai melayani makana dan minuman ahliwaris dan kita datang tinggal senang nya itu yg gk di bolehin.,, klu keluarga kaya tinggal tergantung niat apa mau cari nama atau mau dapat kridoan allah